Rabu, 30 November 2011

Dollar AS tak goyah sebagai aset teraman

Dollar AS tak goyah sebagai aset teraman
JAKARTA. Dollar Amerika Serikat (AS) semakin sulit ditandingi. Ini terlihat dari gerak Indeks dollar, yang mengukur nilai tukar the greenback terhadap enam valuta mitra dagang AS. Indeks itu, Selasa (29/11), senilai 79,105.

Sejatinya, angka indeks dollar agak melandai, setelah mencapai rekor tertingginya sejak Februari 2011, yaitu 79,68, akhir pekan lalu. Namun, dollar AS masih keluar menjadi jawara aset aman alias safe haven, mengalahkan emas dan aset lain.

Salah satu indikasi ketangguhan dollar AS terjadi kemarin. Lembaga pemeringkat global Fitch Ratings menurunkan outlook surat utang AS dari stabil menjadi negatif.

Kegagalan parlemen AS menyepakati pengurangan defisit anggaran senilai US$ 1,2 triliun menjadi pemicu penurunan prospek. "Outlook negatif merefleksikan penurunan kepercayaan dan pemerintah harus menangani masalah fiskalnya," demikian pernyataan Fitch seperti dikutip Reuters, Selasa (29/11).

Fitch mengingatkan, AS bisa kehilangan predikat investment grade, jika Negeri Paman Sam gagal menyelesaikan masalah defisit anggarannya dalam dua tahun.

Prospek ekonomi AS yang buruk, alih-alih membenam, justru melentingkan pamor dollar. "Penurunan outlook Amerika tidak akan mempengaruhi minat investor membeli dollar. Investor lebih melihat nilai suatu aset," ujar Kiswoyo Ady Joe, analis Asia Kapitalindo Futures.

Dollar AS menjadi aset teraman karena posisinya sebagai cadangan devisa hampir semua negara di dunia. Selain itu, dari sisi konsumsi, AS belum tertandingi oleh negara manapun di dunia bahkan oleh China sekali pun. "Tingkat konsumsi China masih sepertiga angka AS. Ini berarti kekuatan ekonomi AS belum tersaingi," jelas Kiswoyo.

Tidak tersaingi

Klara Premesti, analis Bank BNI, menambahkan, selama krisis utang Eropa belum menunjukkan titik terang, dollar AS masih menjadi pilihan utama investor. Bisa dibilang, para pemodal saat ini tidak memiliki pilihan lain.

Valuta utama lain seperti euro dan poundsterling memiliki tingkat volatilitas yang tinggi dan prospeknya muram. Adapun franc Swiss dan yen Jepang penguatannya terbatas karena otoritas Swiss dan Jepang tidak membiarkan valutanya menguat drastis.

Menteri Keuangan Jepang Jun Azumi, kemarin, menegaskan kebijakan Jepang menjaga stabilitas yen. "Volatilitas yen tinggi, saya ingin melanjutkan upaya mempertahankan nilai tukar yen agar tetap ideal," tegas Jun.

Pasangan USD/JPY kemarin melemah 0,22% ke posisi 77,8. Bulan lalu, Jepang mengintervensi pasar secara besar-besaran hingga nilai yen merosot 3% dalam sehari, saat pairing USD/JPY menguat hingga posisi 75,00.

Di kelompok valuta, dollar AS tidak memiliki saingan. Klara memprediksi, sampai akhir tahun ini indeks dollar AS bisa menembus 80. Sedang Kiswoyo memprediksi, pergerakan indeks dollar AS akan berkisar 77-80.

Menurut Kiswoyo, di saat ekonomi global lesu, AS tentu tidak menginginkan valutanya terlalu kuat. Penggelontoran stimulus perekonomian ke depan bisa melemahkan otot the greenback.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar