Rabu, 30 November 2011

Rupiah tumbang 3,5% dalam sebulan

Rupiah tumbang 3,5% dalam sebulan
JAKARTA. Rupiah kembali tumbang pada perdagangan Rabu(30/11). Tekanan yang terjadi hari ini bahkan telah membawa mata uang Garuda ini pada rekor pelemahan bulanan terbesar sejak Februari 2009. Otot rupiah melemah karena kekhawatiran memburuknya krisis utang Eropa bisa memperlambat pertumbuhan ekonomi global.

Nilai tukar rupiah tergerus 0,2% pagi ini, sementara dalam sebulan ini tercatat sudah tumbang 3,5% menuju level Rp 9.170 per dollar AS hingga pukul 9.05 di Jakarta.

Kemarin, rupiah bahkan menyentuh level terlemah dalam 17 bulan terakhir. Namun, Direktur riset ekonomi dan kebijakan moneter Bank Indonesia Perry Warjiyo menegaskan, bank sentral berkomitmen untuk menstabilkan rupiah dengan menjual mata uang asing dan membeli obligasi pemerintah di pasar sekunder.

Pada 10 November lalu, secara tak terduga, BI memangkas suku bunga 50 basis poin menjadi 6%, untuk menyokong pertumbuhan ekonomi domestik.

"Di tengah kekhawatiran zona Euro, pasar mencari sinyal positif. Pemangkasan suku bunga itu bersifat prematur. Ada kendala terkait berapa banyak bank sentral dapat intervensi ke dalam pasar," kata Radhika Rao, ekonom dari Forecast Pte, di Singapura.

Sementara itu, harga obligasi pemerintah jatuh paling dalam sejak Januari. Data Inter-Dealer Market Association menunjukkan, yield obligasi benchmark yang jatuh tempo Juli 2021 naik 51 basis poin dalam bulan ini menuju level 6,85% hingga kemarin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar