Senin, 26 September 2011

IHSG Makin Terpuruk, Ambles 110 Poin

Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpangkas 110 poin pasca investor terus mengurangi portofolionya akibat situasi global yang tidak menentu. Jatuhnya harga-harga komoditas dunia juga turut memberi sentimen negatif.

Sementara nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup melemah di posisi Rp 9.080 per dolar AS dibandingkan penutupan akhir pekan lalu di Rp 8.950 per dolar AS.

Membuka perdagangan pagi tadi, IHSG turun tipis 4,984 poin (0,15%) ke level 3.421,362 terus jatuh secara perlahan. Indeks pun kembali bertengger di level 3.300.

Tak lama setelah pembukaan, indeks sempat menanjak ke zona hijau meski hanya naik tipis ke 3.429,463. Setelah itu, tekanan aksi jual memaksa indeks jatuh sangat dalam hingga ke level 3.217,951.

Pada penutupan perdagangan sesi I, IHSG jatuh 137,497 poin (4,02%) ke level 3.288,849. Tekanan jual masih tinggi dilakukan baik investor asing maupun lokal.

Setelah sempat menyentuh posisi terendahnya, indeks mulai mengurangi tingkat koreksinya meski belum berhasil kembali ke zona hijau. Meski jatuh cukup dalam, namun koreksi IHSG ini bukan yang paling parah di Asia.

Menutup perdagangan, Senin (26/9/2011), IHSG anjlok 110,209 poin (3,22%) ke level 3.316,137. Sementara Indeks LQ 45 ambruk 18,565 poin (3,15%) ke level 574,153.

Investor seolah masih alergi untuk mengkoleksi saham, terbukti dari tekanan jual yang tak henti-hentinya menghantam IHSG. Hal ini membuat seluruh indeks sektoral 'kebakaran'.

Saham-saham tambang memimpin koreksi bursa saham dengan anjlok lebih dari 7% dipicu rontoknya harga-harga komoditas. Selain itu krisis utang Eropa yang tak kunjung usai juga memberi tekanan kepada investor.

Dana asing pun kembali mengalir keluar lantai bursa. Transaksi investor asing pada perdagangan hari ini tercatat melakukan penjualan bersih (foreig net sell) senilai Rp 114,928 miliar di seluruh pasar.

Perdagangan hari ini berjalan moderat dengan frekuensi transaksi mencapai 166.292 kali pada volume 5,381 miliar lembar saham senilai Rp 5,572 triliun. Sebanyak 25 saham naik, sisanya 263 saham turun, dan 35 saham stagnan.

Seluruh bursa-bursa saham di regional berguguran dengan koreksi yang cukup tinggi. BEI juga anjlok cukup dalam, namun bukan yang paling parah di Asia.

Bursa saham Thailand lah yang berkinerja paling buruk di regional hari ini. Hingga penutupan perdagangan sesi siang saja sudah jatuh lebih dari 8%.

Berikut situasi dan kondisi bursa-bursa di regional sore ini:
  • Indeks Komposit Shanghai anjlok 39,98 poin (1,64%) ke level 2.393,18.
  • Indeks Hang Seng jatuh 261,03 poin (1,48%) ke level 17.407,80.
  • Indeks Nikkei 225 ambruk 186,13 poin (2,17%) ke level 8.374,13.
  • Indeks Straits Times turun 44,28 poin (1,64%) ke level 2.654,52.

Saham-saham yang naik signifikan dan masuk dalam jajaran top gainers diantaranya Mandom (TCID) naik Rp 700 ke Rp 8.600, BFI Finance (BFIN) naik Rp 450 ke Rp 6.000, Multibreeder (MBAI) naik Rp 400 ke Rp 15.800, dan Inti Agri (IIKP) naik Rp 70 ke Rp 720.

Sementara saham-saham yang turun cukup dalam dan masuk dalam kategori top losers antara lain Multi Bintang (MLBI) turun Rp 8.000 ke Rp 335.000, Astra Agro (AALI) turun Rp 1.950 ke Rp 18.800, Astra Internasional (ASII) turun Rp 1.850 ke Rp 57.000, dan Indo Tambangraya (ITMG) turun Rp 1.850 ke Rp 38.800.

(ang/qom)

IHSG ditutup turun 3,22% sesi sore

JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup dengan penurunan 3,22% sore ini. Itu artinya, indeks ditutup pada level 3.316,137.

Sektor agrikultur mencatatkan penurunan terdalam sebesar 6,47%. Baru kemudian disusul sektor industri dasar dan sektor pertambangan dengan penurunan masing-masing sebesar 5,06% dan 5,47%.

Terdapat 247 saham yang memerah. Sementara, hanya ada 23 saham yang naik dan 33 saham lainnya tak berubah posisi. Sementara itu, volume perdagangan hari ini melibatkan 5,381 miliar saham senilai Rp 5,572 triliun.

Di posisi top losers, terdapat saham-saham: Sunson Textile Manufacture (SSTM) turun 34,20% menjadi Rp 127, PT Multifiling Mitra (MFMI) turun 24,17% menjadi Rp 182, dan Duta Pertiwi Nusantara (DPNS) turun 23,77% menjadi Rp 465.

Sedangkan di posisi top gainers antara lain: Ratu Prabu Energi (ARTI) yang naik 18,18% menjadi Rp 325, Bank Pundi Indonesia (BEKS) naik 13,56% menjadi Rp 134, dan PT Ancora Indonesia Resources (OKAS) naik 12% menjadi Rp 280.

Panic Selling, IHSG Ditutup Anjlok 3,21%

INILAH.COM, Jakarta - IHSG pada perdagangan Senin (26/9) ditutup anjlok 3,21 ke level 3.316,14.

Pelemahan IHSG sore ini masih dipicu merosotnya saham regional akibat kehawatiran investor terhadap penyelesaian utang Yunani dan zona euro lainnya yang menyebabkan investor panic selling. Di Asia Shanghai ditutup turun 1,64%, Hang Seng anjlok 1,48%, KLSE melemah 2,5%, Nikkei merosot 2,17%, STI turun 1,63%, dan Seoul turun 2,64%.

Force sell yang dilakukan oleh perusahaan efek dari rekening-rekening margin juga diperkirakan menjadi salah satu faktor penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Hal itu disampaikan Kepala Riset PT MCN Securities Edwin Sebayang. "Faktor dari domestik karena adanya force sell dari rekening-rekening margin karena sudah ada peringatan untuk tambah dana atau margin call dan fasilitas T plus," ujar Edwin.

Para bankir memperkuat default Yunani, dan harapan terbaik mereka adalah Eropa dapat membangun sebuah firewall di sistem perbankan yang cukup kuat dan cukup cepat untuk mencegah menyebar ke negara-negara zona euro lainnya.

Kesuraman terpancar si wajah para bankir lembaga keuangan besar, saat menghadiri sebuah konferensi di sela-sela sesi Dana Moneter Internasional / Bank Dunia, di mana mereka membandingkan risiko penularan pasar keuangan dengan runtuhnya Lehman Brothers.

Investor bereaksi hati-hati sambil memantau perkembangan pertemuan para pemimpin Eropa yang bekerja dengan cara-cara baru untuk menghentikan dampak dari krisis utang zona euro yang bisa membawa kerusakan lebih kanjut ke perekonomian dunia. Selain itu prospek sekonomi AS juga melemah, dipertegas sinyak perlambatan di China.

Sebanyak 263 saham langsung turun sore ini, sementara 26 saham naik, dan 35 saham stagnan. Indeks saham unggulan LQ45 ditutup anjlok 4,11% ke level 568,32, sedang JII merosot 4,26% ke level 448,28.

Volume perdagangan sore ini tercatat sebanyak 5,37 miliar saham dengan nilai transaksi sebesar Rp5,56 triliun atau terjadi crossing di pasar negosiasi. Asing terpantau melanjutkan aksi jualnya hingga penutupan sore ini dengan mencatatkan net foreign sell sebesar Rp114,93 miliar.

Saham-saham yang turun tajam sore ini adalah MLBI turun 2,33%, AALI turun 9,39%, ASII turun 3,14%, ITMG turun 4,56%, SCPI turun 4,03%, dan PTBA turun 6,34%.

Investor Lokal Kurang PD, IHSG Anjlok Lebih 3%

INILAH.COM, Jakarta – IHSG mengawali pekan ini dengan ambruk lebih dari 3%. Meski tekanan jual asing sudah mulai berkurang, investor lokal ternyata kurang percaya diri.

Pada perdagangan Senin (26/9), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup anjlok 110,209 poin (3,22%) ke level 3.316,137, dengan intraday terendah di 3.217,95 dan tertinggi di 3.429,46. Demikian pula indeks saham unggulan LQ45 yang turun 18,565 poin (3,15%) ke level 574,153.

Indeks hampir sepanjang hari menghabiskan waktu di zona negatif. Dibuka langsung turun 0,14% ke level 3.421, indeks sempat mencicipi area hijau di 3.429, sebelum akhirnya pada sesi siang anjlok ke level 3.288 dan ahkirnya ditutup di level 3.316.

IHSG awal pekan ini ditutup melemah, seiring memburuknya bursa regional Asia. Kendati demikian, koreksi sebenarnya sudah mulai terbatas jelang penutupan. “Indeks Hangseng sore ini berhasil ditutup di atas suport pertamanya. Demikian juga IHSG yang berhasil ditutup di atas suport pertama 3309,” kata Satrio Utomo dari Universal Broker Indonesia.

Tommy menuturkan, meski terkoreksi, tekanan jual asing sudah sangat berkurang. Terlihat dari sore ini, dimana net sell asing di pasar reguler masih kurang dari Rp150 miliar. Namun sayang, pemodal lokal malah kelihatan tidak percaya diri. “Demikian juga pemodal lokal besar yang biasanya menjaga market, hari ini terlihat kurang begitu agresif,” ujarnya.

Ia pun berharap hal ini terjadi karena memang marketnya agak kondusif, “Sehingga pemodal ini merasa bahwa market tidak perlu dijaga,”paparnya.

Seperti diketahui, bursa AS akhir pekan kemarin berhasil ditutup menguat, setelah terkoreksi signifikan empat hari terakhir, seiring spekulasi pemerintah AS akan kembali memberikan stimulus ekonomi untuk menghindarkan resesi di AS. Harga komoditas pun masih tertekan, menyusul penguatan dolar AS, dimana harga minyak ditutup di bawah level US$80/barel sementara harga mikel kembali terkoreksi 3,2%.

Perdagangan di Bursa Efek Indonesia didukung volume transaksi mencapai 5,381 miliar lembar saham, senilai Rp 5,572 triliun dan frekuensi 166.292 kali. Sebanyak 25 saham naik, sisanya 263 saham turun, dan 35 saham stagnan.

Asing masih mencatatkan aliran dana keluar, meski jumlahnya sudah berkurang ketimbang sesi awal. Transaksi jual bersih (net foreign sell) mencapai Rp114 miliar. Rinciannya adalah transaksi jual sebesar Rp1,976 triliun dan transaksi beli mencapai Rp1,861 triliun.

Semua sektor terpantau melemah, dipimpin sektor perkebunan yang anjlok 6,5%. Disusul sektor tambang dan properti yang turun 5,5%, industri dasar 5%, aneka industri 3,4%, dan manufaktur 3,2%. Selain sektor perdagangan yang turun 2,5%, finansial 2,4%, konsumer 1,8% dan infrastruktur 1,3%.

Beberapa emiten yang melemah antara lain Multi Bintang (MLBI) turun Rp 8.000 ke Rp 335.000, Astra Agro (AALI) turun Rp 1.950 ke Rp 18.800, Astra Internasional (ASII) turun Rp 1.850 ke Rp 57.000, dan Indo Tambangraya (ITMG) turun Rp 1.850 ke Rp 38.800.

Sedangkan emiten-emiten lain yang menguat antara lain Mandom (TCID) naik Rp 700 ke Rp 8.600, BFI Finance (BFIN) naik Rp 450 ke Rp 6.000, Multibreeder (MBAI) naik Rp 400 ke Rp 15.800, dan Inti Agri (IIKP) naik Rp 70 ke Rp 720.

Bursa regional Asia pun digenangi pelemahan. Indeks Komposit Shanghai terpuruk 39,98 poin (1,64%) ke level 2.393,18, indeks Hang Seng jatuh 261,03 poin (1,48%) ke level 17.407,80, indeks Nikkei 225 melemah 186,13 poin (2,17%) ke level 8.374,13, dan indeks Straits Times turun 1,43% ke level 2.660,1 dan indeks Kospi di Seoul melemah 2,64% ke 1.652,71. [ast]

Hah! Saham BUMI Sudah di Bawah Rp2.000 Lagi

Headline
INILAH.COM, Jakarta - Pada perdagangan Senin (26/9) pukul 15.00 WIB, saham PT Bumi Resources (BUMI) ditransaksikan turun Rp245 (11,26%) ke level Rp1.930 per saham. Harga intraday tertingginya mencapai Rp2.175 dan terendah Rp1.830.

Kepala Riset PT Universal Broker Indonesia Satrio Utomo mengatakan, pada 2008, saham BUMI dan saham-saham grup Bakrie lainnya menjadi pemicu penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG ) ke level 1.100-an. Apalagi, saat itu kapitalisasi market saham-saham di grup Bakrie sangat besar. “Jika tidak terjadi koreksi pada grup Bakrie, peluang koreksi IHSG saat itu hanya ke level 2.000,” ucapnya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Senin (26/9).

Saat ini, pada 2011, menurut Satrio, koreksi yang dipicu oleh saham BUMI dan grup Bakrie lainnya mungkin tidak akan memicu koreksi tajam indeks seperti 2008. “Sebab, kapitalisasi marketnya, tidak sebesar dulu lagi,” ucapnya.

Force Sell di Rekening Marjin Pemicu IHSG Tumbang

INILAH.COM, Jakarta - Force sell yang dilakukan oleh perusahaan efek dari rekening-rekening margin diperkirakan menjadi salah satu faktor penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencapai hampir 5% ke level 3.260 pada perdagangan saham Senin (26/9).

Hal itu disampaikan Kepala Riset PT MCN Securities Edwin Sebayang, Senin (26/9). "Faktor dari domestik karena adanya force sell dari rekening-rekening margin karena sudah ada peringatan untuk tambah dana atau margin call dan fasilitas T plus," ujar Edwin.

Lebih lanjut ia mengatakan, penurunan IHSG pada perdagangan saham Senin (26/9) siang ini juga dipicu pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS dan bursa saham regional juga mengalami pelemahan pada perdagangan saham hari ini.

Sementara itu, Kepala Riset PT Samuel Securities M. Alfatih mengatakan, pelemahan IHSG juga didorong dari pelemahan bursa saham regional. Di mana bursa saham regional turun 3%-8%. kurs mata uang regional pun turun terhadap mata uang dolar AS. Selain itu, kondisi Eropa yang makin tak pasti setelah Menteri Keuangan Jerman menuturkan Uni Eropa belum akan keluarkan dana bantuan pada pertemuan 3 Oktober mendatang."Penurunan IHSG juga dipicu dari harga komoditas turut anjlok, kebetulan bobot saham komoditas di indeks juga cukup besar," kata Alfatih saat dihubungi INILAH.COM.

Alfatih memperkirakan, penurunan IHSG akan tertahan ditopang laporan keuangan kuartal ketiga emiten yang akan diterbitkan dan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan kembali ke level 8.600-8.900. "Ketika IHSG sudah menembus 3.650 maka tren turun sudah dimulai tetapi penurunan IHSG akan tertahan oleh laporan keuangan emiten pada kuartal ketiga," tegas Alfatih.

Seperti diketahui, indeks Hang Seng turun 1,46% ke level 17.408,58 dan indeks KLSE turun 2,73% ke level 1.328,70. [cms]

Bursa Asia terjungkal ke level paling rendah dalam 16 bulan terakhir

Bursa Asia terjungkal ke level paling rendah dalam 16 bulan terakhir
TOKYO. Bursa saham Asia masih terjungkal. Pada pukul 17.28 waktu Tokyo, indeks MSCI Asia Pacific anjlok 2,4% menjadi 109. Ini merupakan level paling rendah sejak Mei tahun lalu. Pada pekan lalu, bursa Asia sudah melorot 7,1%, penurunan mingguan terbesar dalam tiga tahun terakhir.

Sekadar catatan, indeks Nikkei 225 Stock Average turun 2,2% menjadi 8.374,13. Ini merupakan level terendah sejak April 2009. Sementara, indeks Kospi turun 2,6% dan indeks Hang Seng turun 1,5%.

Saham-saham berkapitalisasi besar yang mempengaruhi bursa Asia antara lain: Nippon Electric Glass turun 12% setelah memangkas prediksi laba, China Yurun Food turun 31% setelah memprediksi penurunan laba akibat kenaikan harga bahan baku, dan Hanjin Shipping Co turun 15% setelah mengutarakan niatnya untuk menerbitkan rights issue.

Penurunan pasar saham terjadi akibat kecemasan kalau Eropa tidak akan mamu menyelesaikan masalah krisis utangnya. Selain itu, sejumlah perusahaan juga memangkas proyeksi kinerjanya.

"Pasar bergerak mengikuti perkembangan Yunani. Saat ini investor tengah fokus pada outlook pertumbuhan ekonomi dan bagaimana dampak krisis terhadap sektor perbankan. Khusus untuk Asia, kepercayaan investor terus melorot," urai Mark Konyn, chief executive officer RCM Asia Pacific Ltd.

Hatta: IHSG RI Masih Terbaik di Dunia

Hatta: IHSG RI Masih Terbaik di Dunia
INILAH.COM, Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diklaim masih yang terbaik di dunia, kendati telah turun lebih dari 10% dalam sepekan terakhir.

Hal tersebut diungkapkan Menko Perekonomian Hatta Rajasa di kantornya, Senin (26/9). "Saya katakan situasi ini akan seperti itu dan seperti itu juga di mana-mana. Tapi kalau kita melihat year to date. Jangan lihat kondisi kemarin, tapi year to date kita itu masih terbaik di dunia," ujarnya.

Hatta menilai, sepanjang 2011 kondisi IHSG masih yang terbaik dibanding negara-negara lain. Di sisi lain ia mengatakan, runtuhnya IHSG lebih disebabkan kondisi global. "Artinya masih lebih baik dalam sepanjang tahun itu. Jadi tidak berkaitan dengan fundamental kita," pungkas. [cms]

Krisis Utang Zona Euro, Saham Eropa Bakal Jatuh

Krisis Utang Zona Euro, Saham Eropa Bakal Jatuh
INILAH.COM, London - Saham Eropa diperkirakan dibuka melemah setelah pembicaraan akhir pekan tentang bagaimana untuk menangani krisis utang zona euro, komentar garis keras dari Kanselir Jerman dan pengunduran diri CEO UBS.

Di Washington, menteri keuangan bertemu dengan para gubernur bank sentral dan pembuat kebijakan pada pertemuan tahunan IMF. Laporan menunjukkan rencana untuk membiarkan Yunani default dengan cara yang teratur dalam pertimbangan.

Berbagai laporan seperti dikutip CNBC juga menunjukkan rencana untuk rekapitalisasi sejumlah bank-bank Eropa, sementara ada pembicaraan multi-triliun euro yang akan memungkinkan Bank Sentral Eropa atau Dana Stabilitas Keuangan Eropa (EFSF) untuk menghentikan penularan menyebar ke Italia dan pasar obligasi Spanyol.

Hanya sedikit rincian resmi pada pembicaraan yang menyoroti bagaimana pembuat kebijakan global yang bersangkutan, tanpa menawarkan sebuah sinyal yang jelas tentang apa respon terhadap krisis utang.

Pada hari Selasa, perdana menteri Yunani akan tiba di Berlin untuk melakukan pembicaraan dengan Kanselir Jerman Angela Merkel menjelang pemungutan suara pada Kamis ketika para anggota parlemen Jerman akan memutuskan apakah akan kembali meningkatan ukursan EFSF.

Dalam pidatonya pada hari Minggu malam Menteri Keuangan Yunani Evangelos Venizelos mengatakan euro menghadapi krisis politik dan kelembagaan. "Intinya adalah apakah Kawasan Eropa, yang memiliki satu mata uang paling kuat di dunia, memiliki struktur kelembagaan dan kapasitas politik yang dapat merespon dengan cepat dan tegas, dan membuat keputusan yang menjamin pasar," kata Venizelos.

"Kami harus memenangkan perang ini, adalah mutlak diperlukan untuk memenangkan perang ini," tandas menteri keuangan.

Secara terpisah, pada hari Sabtu pagi, Kepala Eksekutif UBS mundur dari perusahaan seiring skandal perdagangan nakal yang menyebabkan bank kehilangan $ 2 miliar. Oswald Grbel mengundurkan diri dan mengatakan kepemimpinan yang baru diperlukan untuk mendapatkan kembali kepercayaansetelah skandal itu dan mendorong reformasi bank. Sergio Ermotti, mantan bankir UniCredit telah ditunjuk sebagai CEO sementara. Pasar akan mampu memberikan putusan pada pukul 09:00 CET.

Ups! IHSG Sesi I Ditutup Anjlok4,01% ke 3.288,85

INILAH.COM, Jakarta - IHSG pada perdagangan sesi I Senin (26/9) ditutup anjlok 4,01 ke level 3.288,85.

Pelemahan IHSG yang sangat signifikan siang ini dipicu merosotnya saham regional akibat kehawatiran investor terhadap penyelesaian utang Yunani dan zona euro lainnya. Shanghai siang ini turun 0,50%, Hang Seng anjlok 1,79%, KLSE melemah 2,84%, Nikkei merosot 1,60%, STI turun 1,78%, dan Seoul turun 1,84%.

Para bankir memperkuat default Yunani, dan harapan terbaik mereka adalah Eropa dapat membangun sebuah firewall di sistem perbankan yang cukup kuat dan cukup cepat untuk mencegah menyebar ke negara-negara zona euro lainnya.

Kesuraman terpancar si wajah para bankir lembaga keuangan besar, saat menghadiri sebuah konferensi di sela-sela sesi Dana Moneter Internasional / Bank Dunia, di mana mereka membandingkan risiko penularan pasar keuangan dengan runtuhnya Lehman Brothers.

Investor bereaksi hati-hati sambil memantau perkembangan pertemuan para pemimpin Eropa yang bekerja dengan cara-cara baru untuk menghentikan dampak dari krisis utang zona euro yang bisa membawa kerusakan lebih kanjut ke perekonomian dunia. Selain itu prospek sekonomi AS juga melemah, dupertegas sinyak perlambatan di China.

Sebanyak 250 saham langsung turun siang ini, sementara 12 saham naik, dan 27 saham masih stagnan. Indeks saham unggulan LQ45 sesi I ditutup anjlok 4,11% ke level 568,32, sedang JII merosot 4,26% ke level 448,28.

Volume perdagangan siang ini tercatat sebanyak 2,32 miliar saham dengan nilai transaksi sebesar Rp2,38 triliun. Asing terpantau melanjutkan aksi jualnya hingga siang ini dengan mencatatkan net foreign sell sebesar Rp6,71 miliar.

Saham-saham yang turun tajam siang ini adalah MBAI turun 19,80%, ASII turun 4,33%, GGRM turun 3%, ITMG turun 3,69%, AALI turun 6,74%, dan HMSP turun 4,2%.

Meski asing kabur, ketahanan pasar obligasi Indonesia cukup besar

Meski asing kabur, ketahanan pasar obligasi Indonesia cukup besar
JAKARTA. Situasi pada pasar obligasi tak kalah memanasnya dengan kondisi pasar saham domestik. Selama dua pekan yang berakhir 23 September, Inter Dealer Market Association (IDMA) yang merupakan acuan harga obligasi pemerintah, menurun. Per 23 September, IDMA terkoreksi ke level 101,70 atau turun 5,67% dari posisi 107,36 pada 9 September lalu.

Analis Obligasi BNI Sekuritas Ariawan berpendapat, ketahanan pasar obligasi Indonesia saat ini cukup besar. Dia menjelaskan, jumlah dana asing yang keluar dari Surat Berharga Negara (SBN) lebih kurang Rp 15 triliun selama dua pekan. Kendati begitu, kenaikan tingkat yield seri-seri obligasi pemerintah tidak terlalu tinggi.

"Selama dua pekan kenaikan yield paling tinggi hanya sekitar 100 basis poin (bps). Coba bandingkan dengan Januari 2011 lalu, yang mana dana asing sempat keluar Rp 6 triliun, tapi kenaikan yield mencapai 200 bps," urai Ariawan, Senin (26/9).

Dia pun melanjutkan, pada tahun 2008 lalu, dana asing yang keluar sempat lebih kurang Rp 12 triliun. Pada waktu itu, yield melonjak tinggi sampai mencapai 700 bps.

Bagaimana potensi indeks IDMA dalam sepekan ini? Menurut Ariawan, kemungkinan IDMA untuk melorot di bawah 100 bps sangat kecil. "Pemerintah dan Bank Indonesia (BI) sudah merespon atas penurunan harga obligasi pemerintah dengan melakukan pembelian kembali surat utang (buyback)," kata Ariawan. Kemungkinan, pemerintah juga akan melakukan intervensi dengan cara lain, seperti Bond Stabilization Program.

Kondisi sepekan ini juga bisa ditinjau dari hasil lelang Surat Utang Negara (SUN), pada Selasa (27/9) besok. "Hasil lelang tersebut bisa menjadi indikasi minat dan pandangan asing terhadap obligasi pemerintah. Semoga saja penawarannya masih ramai digandrungi," ungkapnya.

Indeks loyo akibat aksi jual bluechips oleh investor asing

JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terjungkal 4% lebih di sesi I. Aksi jual saham-saham bluechips menjadi salah satu pemicu utamanya. Tiga di antaranya yakni:

- PT Astra Internasional (ASII)
Saham ASII melorot 4,33% menjadi Rp 56.300 di sesi I. Sejumlah broker yang tercatat paling besar melepas saham ini adalah: Citigroup Securities senilai Rp 48,48 miliar, Credit Suisse Securities senilai Rp 19,42 miliar, dan Deutsche Securities senilai Rp 15,86 miliar.

- PT Bank Central Asia (BBCA)
Saham BBCA melorot 4% menjadi Rp 7.200 di sesi I. Sejumlah broker yang tercatat paling besar melepas saham ini adalah: Deutsche Securities senilai Rp 14,32 miliar, JPMorgan Securities senilai Rp 11,11 miliar, dan HD Capital senilai Rp 5,26 miliar.

- PT Bank Rakyat Indonesia (BBRI)
Saham BBRI melorot 4,46% menjadi Rp 5.350 di sesi I. Sejumlah broker yang tercatat paling besar melepas saham ini adalah: CLSA Indonesia senilai Rp 68,61 miliar, Kim Eng Securities senilai Rp 41,33 miliar, dan UBS Securities senilai Rp 36,87 miliar.

Masih Terkoreksi, Investor Jangka Pendek Bisa BOW

INILAH.COM, Jakarta- Koreksi bursa siang ini akan berlanjut hingga penutupan. Investor jangka pendek bisa melakukan pembelian di level bawah, sedangkan untuk trader jangka panjang, tunggu sampai ada kenaikan 4%.

Analis Panin Securities Purwoko Sartono memperkirakan, pergerakan indeks saham domestik hingga penutupan sore nanti akan melemah. “Indeks berpeluang mengarah ke level support 3.240 dan 3.310 jadi level resistance-nya. Jika situasi bertambah buruk, bisa melemah lebih dalam ke arah 3.000-an,” katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Senin (26/9).

Pelemahan indeks hari ini, menurutnya, masih dipicu oleh krisis utang Eropa. Pasalnya, pasar khawatir, pemangku kebijakan di Eropa tidak bisa mengatasi krisis utang. “Karena itu, outlook perekonomian global melambat karena demand dari Eropa bakal turun,” ujar Purwoko.

Di sisi lain, lanjutnya, pasar juga melihat sejauh ini ancaman terjadinya capital outflow dalam jumlah besar dari Asia. “Apalagi, pasar berekspektasi, persoalan utang Yunani semakin parah pada Oktober 2011 hingga terancam default (gagal bayar) sebagaimana dinyatakan European Central Bank (ECB),” paparnya.

Dalam situasi ini, Purwoko menyarankan untuk melakukan pembelian di level bawah (buy on support). Aksi beli juga sebaiknya mencermati saham per saham. Sebab, ada saham-saham yang volume transaksinya cukup tinggi atau likuiditasnya besar tapi pergerakannya sangat volatif.

Tapi, strategi ini hanya berlaku khusus bagi trader (investor jangka pendek) yang menyukai spekulasi saat market mulai reversal naik. “Saham jenis ini sangat menarik bagi trader, karena bisa makes money dalam situasi market volatile,” tutur Purwoko.

Sementara investor jangka panjang disarankan untuk ambil jarak. “Bagi investor jangka panjang, lebih baik menunggu indeks turun hingga di atas 4% dalam sehari ini,” paparnya. [ast]

Anjlok 4,01%, IHSG terseret ke level 3.200-an di sesi I

JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali mendapat tekanan hebat. Pada pukul 12.00, indeks tercatat anjlok 4,01% menjadi 3.288,849. Pada transaksi sebelumnya, indeks bahkan sempat terjungkal hingga 4,89% menjadi 3.266,545.

Seluruh sektor pun mencatatkan penurunan dalam. Sektor industri dasar merupakan sektor dengan penurunan paling dalam sebesar 6,09% di sesi I. Baru kemudian disusul oleh sektor pertambangan dan agrikultur dengan penurunan masing-masing sebesar 5,93%.

Sekitar 235 saham ditransaksikan melorot. Sementara, hanya 10 saham yang naik. Sedangkan 25 saham lainnya tak berubah posisi. Volume transaksi hari ini melibatkan 2,597 miliar saham senilai Rp 2,573 triliun.

Saham-saham top losers pada siang ini antara lain: PT Prasidha Aneka Niaga (PSDN) turun 24,56% menjadi Rp 215, PT Lippo Cikarang (LPCK) turun 20,75% menjadi Rp 1.260, dan PT Multibreeder Adirama (MBAI) turun 19,81% menjadi Rp 12.350.

Sementara itu, tiga saham top gainers adalah: PT First Media (KBLV) naik 18% menjadi Rp 590, PT Bank Pundi Indonesia (BEKS) naik 13,56% menjadi Rp 134, dan PT Midi Utama Indonesia (MIDI) naik 5,62% menjadi Rp 470.

Tekanan Jual Masih Tinggi, IHSG Tinggalkan Level 3.300

Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali terkoreksi tajam dan terpaksa jatuh meninggalkan level psikologis 3.300. Tekanan jual masih tinggi dilakukan baik investor asing maupun lokal.

Membuka perdagangan pagi tadi, IHSG turun tipis 4,984 poin (0,15%) ke level 3.421,362 terus jatuh secara perlahan. Indeks pun kembali bertengger di level 3.300.

Tak lama setelah pembukaan, indeks sempat menanjak ke zona hijau meski hanya naik tipis ke 3.429,463. Setelah itu, tekanan aksi jual memaksa indeks jatuh sangat dalam hingga ke level 3.264,723.

Pada penutupan perdagangan sesi I, Senin (26/9/2011), IHSG jatuh 137,497 poin (4,02%) ke level 3.288,849. Sementara Indeks LQ 45 ambruk 24,403 poin (4,12%) ke level 568,315.

Indeks terseret melemahnya bursa-bursa Asia, selain itu koreksi harga-harga komoditas dunia semakin membuat investor tidak percaya diri. Meskipun posisinya sudah sangat jenuh jual, namun situasi pasar yang belum kondusif memaksa investor kembali lakukan aksi jual.

Koreksi yang terjadi di indeks sektoral sangat tinggi, rata-rata turun lebih dari 4%, bahkan indeks sektor properti turun lebih dari 6% dan memimpin kejatuhn bursa.

Perdagangan hari ini berjalan moderat dengan frekuensi transaksi mencapai 79.132 kali pada volume 2,597 miliar lembar saham senilai Rp 2,573 triliun. Sebanyak 11 saham naik, sisanya 250 saham turun, dan 27 saham stagnan.

Pergerakan bursa-bursa di Asia juga tidak terlalu menggembirakan, sejak dibuka pagi tadi masih terjebak di zona merah. Penurunan IHSG ini kembali menjadi yang paling parah di Asia.

Berikut kondisi bursa-bursa di regional hingga siang hari:
  • Indeks Komposit Shanghai melemah 12,07 poin (0,50%) ke level 2.421,09.
  • Indeks Hang Seng jatuh 316,83 poin (1,79%) ke level 17.352,00.
  • Indeks Nikkei 225 ambruk 160,25 poin (1,87%) ke level 8.400,01.
  • Indeks Straits Times anjlok 43,33 poin (1,61%) ke level 2.655,47.

Saham-saham yang naik signifikan dan masuk dalam jajaran top gainers diantaranya Telkom (TLKM) naik Rp 150 ke Rp 7.350, First Media (KBLV) naik Rp 90 ke Rp 590, Ultra Jaya (UTLJ) naik Rp 50 ke Rp 1.100, dan Berlina (BRNA) naik Rp 50 ke Rp 1.890.

Sementara saham-saham yang turun cukup dalam dan masuk dalam kategori top losers antara lain Multibreeder (MBAI) turun Rp 3.050 ke Rp 12.350, Astra Internasional (ASII) turun Rp 2.550 ke Rp 56.300, Gudang Garam (GGRM) turun Rp 1.500 ke Rp 48.500, Indo Tambangraya (ITMG) turun Rp 1.500 ke Rp 39.150.

(ang/qom)

Bursa China melorot ke level terendah sejak Juli 2010

Bursa China melorot ke level terendah sejak Juli 2010
SHANGHAI. Mayoritas saham di bursa China dilanda aksi jual hari ini. Pada penutupan pukul 11.30 waktu setempat, Shanghai Composite Index turun 0,5% menjadi 2.421,09. Ini merupakan level terendah sejak 8 Juli 2010 lalu. Pada minggu kemarin, bursa China sudah terpapas 2%. Sementara, CSI 300 Index turun 0,6% menjadi 2.653,34.

Sejumlah saham yang pergerakannya turut mempengaruhi pergerakan bursa China antara lain: Poly Real Estate Group Co turun 2,3%, Kweichow Moutai Co turun ke level terendah dalam tiga pekan, dan China Coal Energy Co naik 1,9%.

Kemerosotan bursa China terjadi setelah Gubernur Bank Sentral China mengeluarkan pernyataan bahwa tingkat inflasi di Negeri Panda itu masih menjadi fokus utama pemerintah.

"Penentu kebijakan sepertinya tidak akan memperlonggar kebijakan dalam jangka pendek. Sehingga, pasar saat ini masih dalam proses mencari level dasar (bottom)," jelas Wu Kan, fund manager Dazhong Insurance Co.

Dia menambahkan, saat ini valuasi pasar saham China sudah sangat murah. "Sehingga, penurunan yang terjadi tidak akan sebesar sebelumnya," tambahnya.

Mata uang Asia melemah, won keok paling dalam

Mata uang Asia melemah, won keok paling dalam
SEOUL. Mata uang Asia melemah pagi ini, di mana won Korea Selatan keok paling dalam. Pada pukul 11.31 waktu Seoul, won melemah 1,5% mendekati level paling rendah dalam setahun terakhir ke level 1.184,55 per dollar.

Sementara itu, pelemahan juga terjadi pada rupiah Indonesia sebesar 0,8% menjadi 8.853. Sedangkan dollar Taiwan melemah 0,6% menjadi NT$ 30,582, baht Thailand melemah 0,4% menjadi 31, dan peso Filipina melemah 0,3% menjadi 43,720.

Pelemahan mata uang Asia terjadi akibat kecemasan investor bahwa Eropa akan gagal mengatasi krisis utang yang semakin memburuk. Hal itu menyebabkan outlook perusahaan-perusahaan ekspor Asia negatif dan memangkas permintaan aset-aset emerging market.

"Dana asing mulai meninggalkan saham-saham Asia. Sejumlah dana mengalir ke obligasi Asia, namun hanya untuk jangka pendek karena investor kemungkinan menggunakan dana itu untuk menutupi kerugian di Eropa dan AS," jelas Sean Callow, senior currency strategist Westpac Banking Corp di Sydney.

Bankir Eropa Antisipasi Default Yunani

Bankir Eropa Antisipasi Default Yunani
INILAH.COM, Jakarta - Para bankir memperkuat default Yunani, dan harapan terbaik mereka adalah Eropa dapat membangun sebuah firewall di sistem perbankan yang cukup kuat dan cukup cepat untuk mencegah menyebar ke negara-negara zona euro lainnya.

Kesuraman terpancar si wajah para bankir lembaga keuangan besar, saat menghadiri sebuah konferensi di sela-sela sesi Dana Moneter Internasional / Bank Dunia, di mana mereka membandingkan risiko penularan pasar keuangan dengan runtuhnya Lehman Brothers. "Paparan keuangan langsung dalam sistem perbankan Eropa dikelola dengan ekstrim. Apa dampak tidak langsungnya? Anda akan memiliki kejutan permintaan besar-besaran," kata Vikram Pandit, Kepala Eksekutif Citigroup mengutip Reuters.

"Faktanya adalah kita semua harus memperkirakan beberapa sorotan dari dampak GDP jika Anda memiliki permintaan mengherankan yang sangat signifikan dan bahwa itu akan memiliki dampak pada bisnis."

Ketakutan terbesar adalah bahwa default Yunani dengan utang pemerintah sebesar 340 miliar euro akan memicu penjualan utang zona euro secara meluas yang menyebabkan krisis keuangan yang lebih luas.

"Itu sangat pesimis," kata bankir senior komersial lainnya di lembaga-lembaga keuangan internasional. "Ini (default Yunani) membuat kita harus mempersiapkan diri untuk. Saya tidak bisa mengatakan skenario yang paling mungkin akan dilakukan, tapi kita harus siap."

Andreas Schmitz, Presiden Asosiasi Perbankan Jerman BdB mengatakan, kebangkrutan Yunani yang terisolasi akan dikelola, meskipun mereka harus mengambil writedown lebih besar dari 21 persen hari ini mereka telah membuat ketentuan. "Tetapi jika gelombang kebangkrutan menyapu Eropa, situasinya terlihat berbeda. Banyak bank akan mendapat masalah dan tidak hanya di Eropa, " katanya kepada Reuters.

Secara pribadi, bankir mengatakan bahwa mereka bisa menghadapi kehilangan 60-80 persen padat obligasi akibat defaultnya Yunani.
Melihat hal ini, mereka mengatakan bahwa mereka akan bersedia untuk merundingkan ulang kesepakatan yang lebih baik. Mereka telah sepakat untuk menyerap sebagai bagian dari kesepakatan swap obligasi Yunani Juli, menurunkan risiko kebangkrutan Yunani.

S&P: Bailout Zona Eropa Turunkan Rating Eropa

S&P: Bailout Zona Eropa Turunkan Rating Eropa
INILAH.COM, Jakarta - Upaya Eropa untuk meningkatkan perang melawan krisis utang di zona euro memiliki potensi untuk memicu penurunan peringkat kredit di wilayah tersebut, pejabat Standard & Poor secara resmi memperingatkan.

David Beers, head of S&P's sovereign rating group mengatakan terlalu dini untuk mengetahui bagaimana pembuat kebijakan Eropa akan mendorong Fasilitas Stabilitas Keuangan Eropa (EFSF), dan seberapa efektif akan dan kemungkinan implikasinya terhadap penyelesaian utang di Zona Euro.

Namun dia mengatakan berbagai alternatif ini bisa memiliki implikasi untuk penyelesaian utang di Zona Euro, termasuk untuk memimpin negara-negara zona euro seperti Perancis dan Jerman.

Pejabat Eropa yang tengah mencari cara lebih banyak untuk melindungi terhadap dari dampak dari krisis utang zona euro, sedang mempertimbangkan cara untuk meningkatkan dampak dari 440 miliar euro untuk mengambil keuntungan, meskipun masih belum jelas persis bagaimana caranya.

Beers mengatakan jelas, bagaimanapun, bahwa pembuat kebijakan tidak dapat mengambil keuntungan tanpa batas EFSF. "Ada beberapa pengakuan di zona euro bahwa tidak ada yang gampang, opsi itu bebas risiko untuk EFSF menggunakannya lagi," ujar Beers kepada Reuters.

Beberapa analis mengatakan minimal 2 triliun euro akan dibutuhkan untuk untuk menjaga Italia dan Spanyol jika krisis Yunani menyebar. "Kami kembali mendapatkan ke titik di mana pendekatan semacam jaminan dari sorotan bahwa EFSF akan keluar dari cara itu," kata Beers dalam sebuah wawancara Sabtu malam.

Negara-negara anggota zona euro memberikan jaminan kepada EFSF untuk memberikan pinjaman kek negara-negara anggota yang berjuang melawan utang seperti Yunani. Namun negara-negara seperti Jerman telah mengindikasikan bahwa mereka tidak akan berkomitmen untuk memberikan utang lagi.

Beers mengatakan keengganan itu menyebabkan pembuat kebijakan sekarang mendiskusikan pilihan seperti menggunakan dana melalui Bank Sentral Eropa atau melalui pasar, atau bahkan
kemungkinan integrasi fiskal lebih lanjut di zona euro. Beers menolak mengomentari implikasi dari setiap skenario untuk meningkatkan EFSF itu. Namun, salah satu pilihan bisa melibatkan back up dana dari Bank Sentral Eropa.

Solusinya, meskipun berpotensi mengurangi dampak pada peringkat sovereign, yaitu dengan meningkatkan kewajiban dalam neraca ECB dan dapat meninggalkan negara-negara zona euro di hook untuk memulihkan modal bank dalam hal kerugian yang disebabkan oleh defaultnya zona euro.

Memanfaatkan EFSF juga dapat menyebabkan penurunan peringkat kredit AAA.

Kemerosotan fiskal zona euro yang mendalam, di sisi lain, akan meningkatkan biaya pinjaman untuk negara-negara Eropa besar seperti Perancis dan Jerman, sambil memberikan bantuan kepada negara-negara pinggiran lebih utang-berat.

S & P memperingatkan gema keprihatinan oleh beberapa pembuat kebijakan Eropa pada pertemuan setengah tahunan akhir pekan ini dengan Dana Moneter Internasional dan Bank Dunia di Washington.

S & P percaya, bagaimanapun, bahwa bank-bank masih bisa mengumpulkan uang di pasar daripada hanya mengandalkan pada dukungan pemerintah. "Bank-bank harus keluar dan berbicara dengan calon investor. Ada sebuah perkembangan yang menarik tahun ini, bank di Eropa telah meningkatkan modal," tukas Beers.

Pada prospek ekonomi, S & P melihat peningkatan risiko resesi di Amerika Serikat dan Eropa sebagai bagian dari ekonomi mereka yang berjuang untuk pulih pada saat yang sama bahwa negara-negara pasar negara berkembang besar seperti China dan India akan mengetatkan kebijakan moneter.

Implikasi dari resesi double-dip untuk peringkat negara-negara maju akan tergantung pada bagaimana pemerintah menanggapi krisis kepercayaan yang merupakan akar dari kelemahan ekonomi. "Jika pemerintah tidak bisa lagi fokus pada hambatan untuk pertumbuhan, maka penghematan saja tidak akan memberikan pertumbuhan," kata Beers, mengutip kasus Italia.

Menipis 4 Poin, IHSG Terus Melemah

Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi tipis 4 poin dan terus jatuh secara perlahan. Indeks pun kembali bertengger di level 3.300.

Sementara nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibuka menguat di posisi Rp 8.900 per dolar AS dibandingkan penutupan akhir pekan lalu di Rp 8.950 per dolar AS.

Pada perdagangan preopening, IHSG menipis 3,564 poin (0,11%) ke level 3.422,782. Sedangkan Indeks LQ 45 turun tipis 0,884 poin (0,14%) ke level 691,834.

Membuka perdagangan awal pekan, Senin (26/9/2011), IHSG turun tipis 4,984 poin (0,15%) ke level 3.421,362. Indeks LQ 45 menipis 1,237 poin (0,20%) ke level 591,481.

Hingga pukul 9.35 waktu JATS, IHSG turun 36,034 poin (1,05%) ke level 3.390,312. Sementara Indeks LQ 45 melemah 7,376 poin (1,24%) ke level 585,342.

Akhir pekan lalu, IHSG berhasil rebound 57 poin setelah dalam empat hari perdagangan terpuruk di zona merah. Indeks pun sempat mengalami koreksi harian terburuknya hingga hampir sembilan persen.

Bursa-bursa di Asia merespons turunnya Wall Street akhir pekan lalu dengan terkoreksi cukup signifikan. Meski para pemimpin G20 sepakat menanggulangi krisis utang Eropa namun para pelaku pasar belum percaya diri.

Berikut situasi di bursa-bursa Asia pagi hari ini:
  • Indeks Komposit Shanghai turun tipis 5,14 poin (0,21%) ke level 2.428,02.
  • Indeks Hang Seng melemah 131,84 poin (0,75%) ke level 17.536,99.
  • Indeks Nikkei 225 anjlok 140,90 poin (1,65%) ke level 8.419,36.
  • Indeks Straits Times jatuh 32,47 poin (1,20%) ke level 2.666,33.

Sementara nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dibuka menguat di posisi Rp 8.900 per dolar AS dibandingkan penutupan akhir pekan lalu di Rp 8.950 per dolar AS.

(ang/ang)

Mayoritas sektor tertekan, IHSG dibuka di zona merah

Mayoritas sektor tertekan, IHSG dibuka di zona merah
JAKARTA. Pada awal perdagangan pekan ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih dibuka melemah. Hingga pukul 9.34 WIB, IHSG tertahan di zona merah, dengan koreksi sekitar 0,96% ke level 3.389,967.

Sebanyak 73 saham memerah, dan hanya 27 saham yang mampu reli. Sedangkan, 47 saham lainnya masih diam ditempat.

Hanya satu sektor yang bisa bangkit, yaitu sektor infrastruktur yang naik 0,47%. Sementara, sembilan sektor lainnya masih terbenam di zona merah. Penurunan terbesar terjadi pada sektor pertambangan yang jatuh 1,91%, disusul sektor Industri dasar yang turun 1,55%.

Deretan top losers pagi ini, diantaranya saham PT Surya Citra Media Tbk (SCMA) yang terkoreksi 7,02% ke Rp 5.300. Diikuti, saham PT Asuransi Bina Dana Artha Tbk (ABDN) yang tergelincir 4,84% ke Rp 590, dan saham PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) yang turun 4% ke Rp 12.000.

Sementara, saham yang berhasil menempati deretan top gainers yaitu, saham PT Bank Pundi Indonesia Tbk (BEKS) yang naik 22,84% ke Rp 145, juga saham PT kawasan Industri Jababeka Tbk (KIJA) yang naik 5,67% ke Rp 149.

Buyback SUN sepi peminat

Buyback SUN sepi peminat
JAKARTA. Transaksi pembelian kembali (buyback) surat utang negara di pasar sekunder sepi peminat. Dalam aksi yang digelar Jumat (23/9) lalu, pemerintah cuma membeli satu seri SUN Rp 11,78 miliar.

Pemerintah menyerap obligasi seri FR0026 yang jatuh tempo 15 Oktober 2014 dengan kupon 11%. Harga rata-rata tertimbang seri ini 113%. Dus, dalam tiga hari terakhir pemerintah menggelontorkan Rp 2,55 triliun untuk buyback SUN. Pada Rabu lalu (21/9), pemerintah melakukan buyback Rp 2,08 triliun lewat lelang. Sehari setelah itu pemerintah melakukan buyback secara langsung senilai Rp 363 miliar.

Aksi buyback SUN oleh Bank Indonesia dalam rangka operasi pasar moneter juga sepi peminat. Pada Jumat lalu, penawaran yang masuk Rp 1,4 triliun. Tapi BI hanya mengeksekusi Rp 300 miliar. Jumlah itu jauh dari target indikatif Rp 4 triliun. Demikian pula pada buyback pada 22 September, dimana BI hanya membeli SUN Rp 3,2 triliun dari target Rp 5 triliun.

“Ini bagian dari langkah BI dalam rangka stabilisasi rupiah serta menambah SUN sebagai instrumen moneter," ujar Direktur Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter BI, Perry Warjiyo, pekan lalu.

Analis obligasi NC Securities I Made Adi Saputra mengatakan rendahnya nilai buyback yang dimenangkan pemerintah dan BI karena investor ingin menjual SUN di harga tinggi. Sedangkan pemerintah dan BI menawar pada harga rendah. "Ini mengindikasikan, meski butuh likuiditas, investor masih ingin harga jual yang tinggi," ujar dia.

Alasan yang lain, investor tidak berminat melepas SUN karena harganya rendah. Toh, di tengah kondisi pasar finansial yang bergejolak, instrumen investasi lainnya juga tak menjanjikan keuntungan yang lebih tinggi dibandingkan obligasi negara.

'Risk Appetite' Investor Dorong Saham Blue Chip

INILAH.COM, Jakarta - IHSG pada perdagangan Senin (26/9) diperkirakan masih akan bergerak sideways dengan kecenderungan menguat.

Menurut Samuel Sekuritas dalam ulasan pasarnya hari ini, kondisi tersebut seiring mulai kembalinya risk appetite investor yang akan membawa aksi bargain buying pada saham-saham blue chip yang di pekan lalu telah melemah signifikan seperti sektor banking, semen, ASII dan UNTR. Resistance indeks hari ini berada di level 3.484.

Bursa AS di akhir pekan kemarin berhasil ditutup menguat setelah selama 4 hari terakhir terkoreksi signifikan seiring spekulasi pemerintah AS akan kembali memberikan stimulus ekonomi untuk menghindarkan resesi di AS. Harga komoditas masih mengalami tekanan koreksi seiring kembali menguatnya nilai tukar US$ dengan harga minyak ditutup di bawah level US$80/barel sementara harga Nikel kembali terkoreksi 3,2%.

Pagi ini bursa Asia masih dibuka melemah terutama bursa Jepang yang Korea yang terkoreksi sekitar 2% pagi ini.

Sementara nilai tukar Rupiah dibuka menguat tipis pagi ini di level Rp8.950 per dolar AS.

Harga batubara NEWC pekan ini berhasil bertahan di level US$123,4 per ton tidak terpengaruh oleh koreksi signifikan yang terjadi di komoditas lainnya.

Bursa Jepang merosot ke level terendah dalam dua tahun

Bursa Jepang merosot ke level terendah dalam dua tahun
TOKYO. Sebagian besar bursa Jepang memerah pagi ini. Pada pukul 10.07 waktu Tokyo, indeks Nikkei 225 Stock Average turun 1,5% ke level 8.432,20. Ini merupakan level terendah sejak April 2009 lalu. Pada Jumat kemarin, bursa Jepang ditutup karena libur nasional. Sedangkan indeks Topix turun 1,6% hari ini ke posisi 732,56.

Saham-saham berkapitalisasi besar dilanda aksi jual. Di antaranya Sony Corp yang turun 3,4% serta Nippon Electric Glass Co anjlok 10%.

Kemerosotan bursa Jepang terjadi setelah saham-saham eksportir dan perusahaan perdagangan anjlok. Investor cemas Eropa tidak bisa menemukan solusi terkait krisis utang di kawasan tersebut.

"Masih ada kecemasan bahwa krisis utang Eropa akan menjalar ke sistem finansial sehingga akan terjadi krisis Lehman tahap II," jelas Takashi Hiroki, chief strategist Monex Securities di Tokyo. Dia menambahkan, saham-saham dilanda aksi jual seiring kecemasan perekonomian global melambat.

Analis: Meski sentimen belum kuat, IHSG berpotensi rebound

Analis: Meski sentimen belum kuat, IHSG berpotensi rebound
JAKARTA. Dalam hasil riset yang dirilis hari ini, Indosurya Asset Management memprediksi, pada perdagangan Senin (26/9) diperkirakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan berada pada support 3.200-3.314 dan resistance 3.482-3.538.

Secara teknikal, IHSG membentuk hammer dimana sebelumnya membentuk black marubozu. Posisi candle telah melewati lower bollinger bands. MACD bergerak melemah dengan histogram negatif yang memanjang. RSI, William's %R, dan Stochastic telah menembus area oversold namun, terlihat adanya upaya reversal.

"Meski sentimen yang beredar di pasar belum sepenuhnya kuat mengangkat pasar, namun sinyal positif dari bursa saham AS dan hasil pertemuan G20 serta banyaknya saham-saham yang telah terdiskon besar bisa menjadi alasan untuk kembali ke pasar saham," jelas Reza Priyambada, Managing Research Indosurya. Dia menambahkan, penurunan yang terjadi bukan disebabkan oleh penurunan kinerja emiten sehingga masih berpeluang untuk dikoleksi.

Sementara itu, eTrading Securities memprediksi, IHSG berpotensi rebound hari ini dan akan bergerak pada range 3.338-3.515. Sementara itu, saham-saham yang dapat diperhatikan antara lain ASII, INDF, dan BBRI.

Apa Kabar Saham CPO & Batu Bara?

Apa Kabar Saham CPO & Batu Bara?
INILAH.COM, Jakarta – Saham-saham sektor CPO dan batu bara berpotensi rebound pada November 2011. Saatnya akumulasi bertahap pada emiten dengan pendapatan berkesinambungan hingga lima tahun ke depan!

Wakil Kepala Riset Valbury Asia Securities Nico Omer Jonckheere mengatakan, pelemahan saham-saham di sektor perkebunan dan pertambangan batu bara tidak terlepas dari kondisi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG ) yang secara umum anjlok.

Menurutnya, bursa melemah secara signifikan hingga hampir 9% pada Kamis (22/9), semua saham pun terkoreksi. Di sisi lain, lanjutnya, koreksi pada sektor perkebunan dan pertambangan, juga merefleksikan harga penurunan komoditas. “Sebab, harga minyak pun sideways antara US$75 hingga US$90 per barel dalalm beberapa bulan terakhir,” katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Jumat (23/9).

Pada perdagangan Jumat (23/9), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG ) ditutup menguat 57,203 poin (1,69%) ke level 3.426,346, dengan intraday tertinggi di 3.426,82 dan terendah di level 3.258,37. Saham-saham sektor perkebunan masih melemah 0,31% dan pertambangan minus 0,43%.

Begitu juga harga Crude Palm Oil (CPO) yang melandai karena memasuki musim panen. Berdasarkan harga di Malaysia, CPO turun RM17 (0,56%) ke level RM2992 atau US$943 per ton. “Karena itu wajar, jika harga sahamnya tidak banyak bergerak. Suplai meningkat, sementara demand tidak bertambah, sudah jadi hukum pasar, harganya turun,” ujarnya.

Apalagi, saat minyak turun harga CPO pun turun karena komoditas ini merupakan salah satu produk derivatif. “Semua itu berpangkal pada penguatan dolar AS yang memastikan semua komoditas melemah,” tandas Nico.

Namun demikian, menurut Nico, kedua sektor ini potensial rebound pada November 2011. Sebab, Bank Sentral AS kemungkinan akan menggulirkan Quantitative Easing (QE) ketiga pada bulan tersebut. Akibatnya, semua harga komoditas naik baik minyak, CPO, batu bara maupun komoditas lainnya.

Saat itu, lanjutnya, likuiditas dolar AS bakal kembali melimpah sehingga harga minyak terkerek naik. Karena itu, dalam enam bulan ke depan, Nico memperkirakan, harga minyak bisa kembali naik ke atas US$100 per barel. “Tapi, selama musim panen, harga CPO berpeluang sideways antara US$900-1.200 di Roterdam,” tutur Nico.

Karena itu, dia menyarankan agar pasar memperhatikan momentum akhir Oktober atau awal November. Jika saat itu ada rumor The Fed akan menggulirkan QE ketiga, harga komoditas akan naik lebih awal. “Dimulai dari kenaikan harga minyak lalu disusul batu bara dan CPO dan komoditas lainnya,” papar dia.

Lebih jauh dia menjelaskan, secara nilai, harga CPO dan batu bara sudah naik signifkan dibandingkan tahun lalu. Sebab, saat krisis 2008-2009 semua harga komoditas benar-benar anjlok. Harga saat ini, sudah jauh di atas itu. “Karena itu, dalam laporan keuangan emiten pada kedua sektor ini bakal terefleksi positif,” ucap Nico.

Lalu, dari sisi ekspor pun menurutnya, kedua sektor ini tidak terlalu terpengaruh oleh isu perlambatan global yang dimotori oleh AS dan Eropa. Sebab, CPO merupakan bahan dasar makanan dan bukan produk yang tergantung pada siklus ekonomi. “Sebab, dalam situasi resesi, orang tetap makan,” timpalnya.

Begitu juga dengan batu bara yang diperuntukkan energi listrik. Batu bara Indonesia lebih banyak dikonsumsi di Asia. Berkaca pada 2008, walaupun resesi, komoditas Indonesia tetap booming. “Permintaan batu bara dari China dan India tetap tumbuh,” tandas Nico.

Sejauh ini, ekspor batu bara Indonesia yang terbesar ke China begitu juga dengan CPO. Tapi, untuk batu bara, India lebih prospektif ke depannya. “Sebab, saat ini India banyak sekali membangun pembangkit listrik berbasis batu bara,” paparnya.

Dia menegaskan, dari sisi perlambatan global, kedua sektor ini tidak terlalu terpukul. Berkaca pada 1970-an, saat ekonomi global stagnan dan AS hampir tidak tumbuh sama sekali, harga komoditas terus naik. Karena defisit fiskal besar, pemerintah AS terus mencetak uang. “Sekarang pun fenomenanya sama. Saya pikir, harga komoditas tetap akan kinclong,” kata Nico optimistis.

Dihubungi terpisah, analis Infovesta Utama Praska Putrantyo mengungkapkan pandangan lain. Praska mengaku belum berani memberi rekomendasi positif saham-saham di sektor batu bara dan CPO. Sebab, dalam situasi perlambatan ekonomi global, kedua sektor ini justru yang paling terdampak negatif.

Karena itu, menurut Praska, investor lebih baik menghindari saham-saham yang terkait langsung dengan kebutuhan perdagangan internasional seperti CPO, pertambangan batu bara dan logam. Apalagi, harga komoditas saat ini sedang jatuh.

Menurutnya, saham-saham perkebunan dan tambang masih memiliki potensi pelemahan meski pekan lalu sudah rotok. “Tak satu pun saham CPO dan tambang saya rekomendasikan. Sebab, demand dari AS dan Eropa pasti berkurang,” tandasnya. “Lebih baik, investor melirik saham-saham berbasis domestic demand terutama infrastruktur yang bisa mengembalikan kepercayaan diri pasar.”

Di atas semua itu, Nico Omer kembali mengatakan, saat ini menjadi saat tepat untuk mengakumulasi bertahap saham-saham di sektor batu bara dan CPO terutama pada saham-saham yang secara fundamental memiliki potensi kenaikan laba bersih (earnings sustainability) dalam rentang lima tahun ke depan.

Pembelian dengan mencicil. Dari dana Rp100 juta bisa dicicil Rp10 juta dalam 10 kali pembelian. “Jangan sekaligus. Sebab, IHSG memiliki probabilitas turun lebih jauh ke level support 3.000,” kata Nico wanti-wanti.

Saham-saham pilihannya adalah PT Bukit Asam (PTBA) dengan target Rp28.450, PT Berau Coal Energy (BRAU) dengan target Rp1.170, PT BW Plantation (BWPT) dengan target Rp1.600 dan PT Tunas Baru Lampung (TBLA) dengan target di level Rp1.480. “Saya rekomendasikan buy on extreme weakness saham-saham tersebut hingga target tercapai dalam 12 bulan ke depan,” ujar dia.

Sementara untuk PT Bumi Resources (BUMI) dan PT Adaro Energy (ADRO) disarankan dihindari. Sebab, utang dalam denominasi dolar AS kedua emiten itu sangat besar. Meski rupiah terus diintervensi oleh Bank Indonesia, investor tetap harus hati-hati. “Setiap sesi sore jelang penutupan, BI memastikan rupiah berada di bawah 9.000,” ungkap dia. [mdr]

Investor masih cemas, bursa Asia melorot ke level terendah dalam setahun

Investor masih cemas, bursa Asia melorot ke level terendah dalam setahun
TOKYO. Mayoritas saham di bursa Asia memerah pagi ini. Pada pukul 09.39 waktu Tokyo, indeks MSCI Asia Pacific turun 0,7% menjadi 110,96. Ini merupakan level terendah dalam setahun terakhir.

Sementara itu, indeks Nikkei 225 Stock Average Jepang turun 1,74% menjadi 8.411,40. Sedangkan indeks Hang Seng Hongkong turun 1,36% menjadi 17.668,80. Indeks S&P/ASX 200 Australia berhasil naik 0,13% menjadi 3.908,10.

Sejumlah saham yang pergerakannya mempengaruhi bursa Asia antara lain: Fanuc Corp dan Komatsu Ltd yang melorot lebih dari 2,8%. Selain itu, ada pula Hanjin Shipping Co yang turun 15% dan Nippon Electric Glass Co yang jeblok 12%.

Aksi jual yang melanda Asia terjadi seiring kecemasan akan krisis utang Eropa yang diprediksi akan memperlambat pertumbuhan global. "Ada kecemasan bahwa krisis Eropa akan menyebar. Harga saham-saham kian murah. Ini merefleksikan ketakutan investor," jelas Takashi Hiroki, chief strategist Monex Securities di Tokyo.

Bursa Asia Terkoreksi, Bursa Australia Menguat

Bursa Asia Terkoreksi, Bursa Australia Menguat
INILAH.COM, Sydney - Saham Jepang turun, namun saham Australia menguat pada Senin (26/9), karena investor memfaktorkan pelemahan ekonomi global saat Tokyo libur tiga hari di akhir pekan. Sedangkan Sydney diuntungkan bargain buying.

Indeks Nikkei Stock Average Jepang turun 1,5%, mengikuti anjloknya saham Asia Jumat pekan lalu, ketika pasar Tokyo tutup karena libur.

Di Australia, indeks S & P / ASX 200 naik 0,5%, sedangkan indeks Kospi Korea Selatan naik 0,2% setelah bergerak sideways pada awal perdagangan.

Bursa China, Korea Selatan dan Australia menutup pekan di level terendah 52 minggu, dengan kerugian bervariasi dari 2% untuk Shanghai Composite hingga 9,2% untuk Indeks Hang Seng.

Bursa Jepang Turun Pascalibur Tiga Hari

Bursa Jepang Turun Pascalibur Tiga Hari
INILAH.COM, Los Angeles – Saham eksportir dan sumber daya Jepang anjlok pada perdagangan Senin (26/9) pagi. Hal ini terjadi setelah bursa buka pascalibur tiga hari.

Indeks Nikkei Stock Average turun 0,4% ke level 8.523,15 dan Topix turun 0,6%.

Berlanjutnya kekhawatiran tentang ekonomi Eropa dan AS membebani saham eksportir, seperti Sony Corp turun 2%, Hitachi Ltd melemah 1,6%, Toshiba Corp 2,2% turun, dan Toyota Motor Corp turun 0,7%.

Penurunan harga untuk minyak mentah dan komoditas lainnya juga memukul saham sumber daya. Japan Petroleum Exploration Co turun 3,6%, Inpex Corp melemah 2,8%, dan produsen baja JFE Holdings Inc turun 3,4%. [ast]

BI Picu Rupiah konsolidasi di Level 8.770

BI Picu Rupiah konsolidasi di Level 8.770
INILAH.COM, Jakarta - Kurs rupiah di pasar spot valas antar bank Jakarta, Senin (26/9) diprediksi konsolidasi. Sebab, intervensi Bank Sentral bakal membawa rupiah pada level 8.770-8.790.

Periset dan analis senior PT Monex Investindo Futures Ariana Nur Akbar mengatakan, awal pekan ini rupiah akan konsolidasi. Asumsinya adalah belum ada perubahan pengaruh dari berita fundamental ekonomi, terutama dari zona euro. Apalagi, pada dolar AS sendiri terjadi profit taking sehingga melemah terhadap euro dan frank Swiss.

Di sisi lain, euro sendiri berpeluang sideways. Sebab, kebijakan The Fed pekan lalu, juga terimbangi oleh komitmen G20 terahdap kawasan Uni Eropa. "Dari dalam negeri, intervensi rupiah masih kuat dari Bank Indonesia,” katanya kepada INILAH.COM.

Dia menjelaskan, baik data fundamental dan ekonomi masih berimbang yakni faktor The Fed dan Pertemuan G20 dengan International Monetray Fund (IMF). "Jadi, kebijakan Operation Twist The Fed seharusnya masih memperkuat dolar AS akibat menariknya yield obligasi negeri Paman Sam itu," ujarnya.

Tapi, ditegaskan Ariana komitmen G20 yang akan mensupport total kawasan Uni Eropa juga turut memperkuat euro. Apalagi, dolar AS mengalami tekanan jual akibat profit taking. "Jadi, dukungan itu, memperkuat euro sehingga mengimbangi penguatan dolar AS dan rupiah relatif sideways," paparnya.

Karena itu, lanjutnya, kalaupun melemah, rupiah akan tertahan di level 8.800 pada penutupan hari ini. Sepanjang perdagangan, rupiah berpeluang akan berada dalam level intraday terlemahnya 8.860 hinggga level intraday terkuatnya di level 8.760/8.760 per dolar AS. "Jika melihat intervensi yang gencar dilakukan bank Indonesia, rupiah akan sideways dalam kisaran 8.770-8.790 per dolar AS," imbuh Ariana.

Seperti diketahui, kurs rupiah pasar spot valas antar bank Jakarta, Jumat (23/9) ditutup melemah 10 poin (0,11%) ke level 8.770/8.790 per dolar AS. [ast]

Rupiah masih tertekan

Rupiah masih tertekan
JAKARTA. Nilai tukar rupiah masih belum bisa lepas dari sentimen negatif kondisi ekonomi global. Analis memperkirakan mata uang garuda ini akan tertekan hari ini.

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah pada Jumat pekan lalu ditutup di Rp 8.941 per dollar Amerika Serikat (AS). Nilai tukar ini masih lebih baik dari posisi sehari sebelumnya, yaitu Rp 9.024 per dollar AS. Tapi jika dibanding penutupan pekan sebelumnya, rupiah melemah 1,57%.

Nurul Eti Nurbaeti, Kepala Riset Divisi Treasuri Bank BNI, memprediksi capital outflow masih berpeluang terjadi hari ini. Pelaku pasar masih memindahkan aset mereka ke dollar Amerika Serikat (AS), yang dianggap mata uang paling aman saat ini.

Eti meyakini Bank Indonesia (BI) akan melakukan intervensi agar rupiah tidak makin anjlok. "BI akan menjaga volatilitas rupiah tidak terlalu lebar," kata Eti, akhir pekan lalu (23/9).

Pendapat serupa disampaikan Suluh Wicaksono, analis Askap Futures. Menurut Suluh, saat ini pemodal masih menunggu langkah antisipasi BI selanjutnya. “Tanpa intervensi BI, bukan tidak mungkin rupiah menyentuh Rp 9.300,” tandasnya.

Melihat ketidakpastian kondisi ekonomi dunia saat ini, Eti memperkirakan rupiah akan bergerak dalam kisaran Rp 8.700 ingga Rp 8.950 per dollar AS. Ini dengan asumsi bank sentral masih melakukan intervensi di pasar.

Sementara Suluh meramalkan rupiah akan bergerak dalam rentang Rp 8.900-Rp 9.100 per dollar AS. Ini tergantung gejolak yang terjadi di bursa saham Indonesia.

Rebound, kontrak harga minyak dunia beranjak dari level terendah enam pekan

Rebound, kontrak harga minyak dunia beranjak dari level terendah enam pekan
SYDNEY. Kontrak harga minyak dunia rebound dari level terendah dalam enam pekan di New York. Pagi tadi, kontrak harga minyak untuk pengantaran November di New York Mercantile Exchange naik US$ 1 menjadi US$ 80,85 per barel. Pada pukul 09.03 waktu Sydney, kontrak yang sama berada di posisi US$ 80,65 per barel.

Sekadar informasi, pada pekan lalu, harga minyak terjungkal 9,2% menjadi US$ 79,85 per barel, level paling rendah sejak 9 Agustus lalu. Kendati begitu, harga minyak sudah naik 5,4% dalam setahun terakhir.

Sementara, kontrak harga minyak jenis Brent untuk pengantaran November di ICE Futures Europe Exchange London berada di posisi US$ 104,29 per barel atau naik 32 sen.

Kenaikan harga minyak pagi ini disinyalir akibat spekulasi investor bahwa para pemimpin Eropa akan mengambil langkah-langkah strategis untuk meredakan krisis utang di kawasan tersebut. Seperti yang diketahui, krisis utang Eropa mengguncang pasar finansial dan memperlambat pertumbuhan ekonomi. Hal itu yang kemudian memangkas permintaan minyak dunia.

IHSG Menguat untuk Pekan Ini Saja!

INILAH.COM, Jakarta - Laju IHSG pekan ini diprediksi naik. Laporan kinerja emiten kuartal III, window dressing, valuasi yang oversold, faktor historis dan penyesuaian fluktuasi rupiah menjadi katalisnya. Pilih saham big cap!

Pada perdagangan Jumat (23/9), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG ) ditutup menguat 57,203 poin (1,69%) ke level 3.426,346, dengan intraday tertinggi di 3.426,82 dan terendah di level 3.258,37. Demikian pula indeks saham unggulan indeks saham unggulan indeks saham unggulan LQ45 yang naik 14,511 poin (2,50%) ke level 592,718.

Kepala Riset HD Capital Yuganur Wijanarko memperkirakan, indeks saham domestik berpeluang menguat pekan ini meskipun pergerakan intraday-nya cenderung fluktuatif. “Indeks akan bergerak dalam kisaran support 3.433 dan 3750-3.800 sebagai level resistance-nya,” katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, akhir pekan lalu.

Menurutnya, kenaikan IHSG salah satunya dipicu oleh momentum pekan terakhir September ini yang merupakan akhir kuartal III/2011. Karena itu, pasar bakal mengantisipasi laporan keuangan berbagai emiten.

Selain itu, lanjutnya, peluang window dressing yang dilakukan emiten akhir September ini setelah indeks melemah tajam pekan lalu, juga jadi faktor pendongkrak IHSG. “Apalagi, valuasi indeks secara teknikal sudah jenuh jual (oversold). Beberapa emiten saat ini dilihat pasar sudah sangat murah,” ujarnya.

Market, menurut Yuga, juga mulai memfaktorkan dan menyesuaikan dengan fluktuasi rupiah di level 9.000-an. Memang, rupiah berpeluang fluktuatif dari level 8.900 kemudian melemah ke level 9.300 dan kembali menguat. Sebab, sejauh ini, belum ada level yang stabil bagi rupiah. “Karena itu, IHSG pun berpeluang fluktuatif dalam pergerakan intraday-nya,” ucapnya.

Jika ditarik garis hingga akhir pekan, lanjutnya, sebenarnya indeks bakal menguat. Sebab, dari sisi nilai tukar, market mulai meng-adjust rupiah yang fluktuatif dalam kisaran yang lebar antara 8.700-9.300. Rata-ratanya, rupiah akan bergerak di level 9.000 dalam tiga bulan ke depan. “Jika rupiah stabil di level ini, indeks saham akan bergerak dalam kisaran support 3.300 dan resistance 3.700,” ungkap Yuga.

Di sisi lain, penguatan indeks juga mendapat dukungan dari faktor sejarah. Secara historis, pada pekan terakhir September, IHSG selalu naik.

Lebih jauh dia melihat ketidakjelasan para petinggi Uni Eropa, mulai dari European Central Bank (ECB), Kanselir Jerman hingga Presiden Perancis dalam menangani krisis utang Yunani. Menurutnya, hari ini berkomitmen untuk menyelesaikan krisis Yunani, besok harinya berubah sehingga jadi sentiment negatif di market. “Terakhir, ECB mengatakan, Yunani berpeluang default”.

Namun, menurut Yuga, hal itu tidak terlalu dihiraukan pasar. Sebab, market lebih saat ini berpedoman pada pergerakan harga saham. Mereka melakukan aksi jual pada saham yang mahal dan aksi beli pada saham yang murah. “Sebab, masalah besar dan pokok, di Eropa belum terselesaikan,” papar Yuga.

Dihubungi terpisah, Wakil Kepala Riset Valbury Asia Securities Nico Omer justru memperkirakan, IHSG berpeluang fluktuatif cenderung bearish dalam sepekan ke depan.

Menurutnya, indeks memiliki probabilitas turun lebih jauh. Secara teknikal, indeks cenderung mengarah ke level support 3.000 dan resistance di level 3.462. Support tersebut merupakan level fibonacci Retracement 38,2% dari kenaikan yang terjadi sejak awal 2009 hingga September 2011.

Menurutnya, bullish market dimulai pada kuartal keempat 2008 dari level 1.089 hingga 4.155 tertinggi terakhir 2011. Karena itu, ditarik garis lurus dari level terlemah dan terkuatnya, level Fibonacci retracement-nya di level 3.000.

Pergerakan fluktuatif dengan kecenderungan bearish, tambahnya, dipicu perlambatan ekonomi global dan krisis utang Yunani yang berpeluang membawa negeri para dewa itu pada kebangkrutan. “Kebangkrutan itu akan merembet ke mana-mana. Itu bahayanya,” tandas Nico.

Di atas semua itu, Yuganur optimistis, semua sektor saham bakal naik dalam sepekan ke depan. Sebab, semua sektor mengalami penurunan tajam pekan lalu. “Jadi, beli saham apa saja bakal naik. Setelah turun tajam secara merata, peluang kenaikannya bakal tajam secara merata juga,” imbuhnya.

Tapi, secara khusus, dalam situasi ini, dia merekomendasikan positif saham-saham berkapitalisasi besar (big cap) seperti PT Astra Internasional (ASII) dengan target Rp64.000, PT Indofood Sukses Makmur (INDF) di level Rp4.975, PT Gudang Garam (GGRM) di angka Rp52.800, PT Bank Mandiri (BMRI) di posisi Rp6.100 dan PT Bank Rakyat Indonesia (BBRI) dengan target Rp6.050. “Saya rekomendasikan sell on strength saham-saham tersebut pada target-target harga itu,” ucapnya.

Pasalnya, lanjut Yuga, kenaikan IHSG hanya berpeluang terjadi dalam pekan ini saja seiring permasalahan AS dan Eropa yang bakal memicu perlambatan global belum selesai. “Karena itu, semua saham saya rekomendasikan jual jika terjadi kenaikan tanpa pilih kasih,” tandas dia.

Dia menegaskan, tren penurunan indeks belum selesai setelah tiga hari terakhir September ini akan mengalami rebound sebelum bursa tutup kuartal III-2011i. Pekan lalu, rata-rata penurunan saham mencapai 10%. “Saham-saham yang sudah naik di atas 10% dalam tiga hari terakhir bulan ini, harus segera dijual karena berpeluang mengalami pelemahan kembali,” timpal dia. [mdr]