Senin, 26 September 2011

IHSG Menguat untuk Pekan Ini Saja!

INILAH.COM, Jakarta - Laju IHSG pekan ini diprediksi naik. Laporan kinerja emiten kuartal III, window dressing, valuasi yang oversold, faktor historis dan penyesuaian fluktuasi rupiah menjadi katalisnya. Pilih saham big cap!

Pada perdagangan Jumat (23/9), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG ) ditutup menguat 57,203 poin (1,69%) ke level 3.426,346, dengan intraday tertinggi di 3.426,82 dan terendah di level 3.258,37. Demikian pula indeks saham unggulan indeks saham unggulan indeks saham unggulan LQ45 yang naik 14,511 poin (2,50%) ke level 592,718.

Kepala Riset HD Capital Yuganur Wijanarko memperkirakan, indeks saham domestik berpeluang menguat pekan ini meskipun pergerakan intraday-nya cenderung fluktuatif. “Indeks akan bergerak dalam kisaran support 3.433 dan 3750-3.800 sebagai level resistance-nya,” katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, akhir pekan lalu.

Menurutnya, kenaikan IHSG salah satunya dipicu oleh momentum pekan terakhir September ini yang merupakan akhir kuartal III/2011. Karena itu, pasar bakal mengantisipasi laporan keuangan berbagai emiten.

Selain itu, lanjutnya, peluang window dressing yang dilakukan emiten akhir September ini setelah indeks melemah tajam pekan lalu, juga jadi faktor pendongkrak IHSG. “Apalagi, valuasi indeks secara teknikal sudah jenuh jual (oversold). Beberapa emiten saat ini dilihat pasar sudah sangat murah,” ujarnya.

Market, menurut Yuga, juga mulai memfaktorkan dan menyesuaikan dengan fluktuasi rupiah di level 9.000-an. Memang, rupiah berpeluang fluktuatif dari level 8.900 kemudian melemah ke level 9.300 dan kembali menguat. Sebab, sejauh ini, belum ada level yang stabil bagi rupiah. “Karena itu, IHSG pun berpeluang fluktuatif dalam pergerakan intraday-nya,” ucapnya.

Jika ditarik garis hingga akhir pekan, lanjutnya, sebenarnya indeks bakal menguat. Sebab, dari sisi nilai tukar, market mulai meng-adjust rupiah yang fluktuatif dalam kisaran yang lebar antara 8.700-9.300. Rata-ratanya, rupiah akan bergerak di level 9.000 dalam tiga bulan ke depan. “Jika rupiah stabil di level ini, indeks saham akan bergerak dalam kisaran support 3.300 dan resistance 3.700,” ungkap Yuga.

Di sisi lain, penguatan indeks juga mendapat dukungan dari faktor sejarah. Secara historis, pada pekan terakhir September, IHSG selalu naik.

Lebih jauh dia melihat ketidakjelasan para petinggi Uni Eropa, mulai dari European Central Bank (ECB), Kanselir Jerman hingga Presiden Perancis dalam menangani krisis utang Yunani. Menurutnya, hari ini berkomitmen untuk menyelesaikan krisis Yunani, besok harinya berubah sehingga jadi sentiment negatif di market. “Terakhir, ECB mengatakan, Yunani berpeluang default”.

Namun, menurut Yuga, hal itu tidak terlalu dihiraukan pasar. Sebab, market lebih saat ini berpedoman pada pergerakan harga saham. Mereka melakukan aksi jual pada saham yang mahal dan aksi beli pada saham yang murah. “Sebab, masalah besar dan pokok, di Eropa belum terselesaikan,” papar Yuga.

Dihubungi terpisah, Wakil Kepala Riset Valbury Asia Securities Nico Omer justru memperkirakan, IHSG berpeluang fluktuatif cenderung bearish dalam sepekan ke depan.

Menurutnya, indeks memiliki probabilitas turun lebih jauh. Secara teknikal, indeks cenderung mengarah ke level support 3.000 dan resistance di level 3.462. Support tersebut merupakan level fibonacci Retracement 38,2% dari kenaikan yang terjadi sejak awal 2009 hingga September 2011.

Menurutnya, bullish market dimulai pada kuartal keempat 2008 dari level 1.089 hingga 4.155 tertinggi terakhir 2011. Karena itu, ditarik garis lurus dari level terlemah dan terkuatnya, level Fibonacci retracement-nya di level 3.000.

Pergerakan fluktuatif dengan kecenderungan bearish, tambahnya, dipicu perlambatan ekonomi global dan krisis utang Yunani yang berpeluang membawa negeri para dewa itu pada kebangkrutan. “Kebangkrutan itu akan merembet ke mana-mana. Itu bahayanya,” tandas Nico.

Di atas semua itu, Yuganur optimistis, semua sektor saham bakal naik dalam sepekan ke depan. Sebab, semua sektor mengalami penurunan tajam pekan lalu. “Jadi, beli saham apa saja bakal naik. Setelah turun tajam secara merata, peluang kenaikannya bakal tajam secara merata juga,” imbuhnya.

Tapi, secara khusus, dalam situasi ini, dia merekomendasikan positif saham-saham berkapitalisasi besar (big cap) seperti PT Astra Internasional (ASII) dengan target Rp64.000, PT Indofood Sukses Makmur (INDF) di level Rp4.975, PT Gudang Garam (GGRM) di angka Rp52.800, PT Bank Mandiri (BMRI) di posisi Rp6.100 dan PT Bank Rakyat Indonesia (BBRI) dengan target Rp6.050. “Saya rekomendasikan sell on strength saham-saham tersebut pada target-target harga itu,” ucapnya.

Pasalnya, lanjut Yuga, kenaikan IHSG hanya berpeluang terjadi dalam pekan ini saja seiring permasalahan AS dan Eropa yang bakal memicu perlambatan global belum selesai. “Karena itu, semua saham saya rekomendasikan jual jika terjadi kenaikan tanpa pilih kasih,” tandas dia.

Dia menegaskan, tren penurunan indeks belum selesai setelah tiga hari terakhir September ini akan mengalami rebound sebelum bursa tutup kuartal III-2011i. Pekan lalu, rata-rata penurunan saham mencapai 10%. “Saham-saham yang sudah naik di atas 10% dalam tiga hari terakhir bulan ini, harus segera dijual karena berpeluang mengalami pelemahan kembali,” timpal dia. [mdr]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar