Senin, 26 September 2011

Meski asing kabur, ketahanan pasar obligasi Indonesia cukup besar

Meski asing kabur, ketahanan pasar obligasi Indonesia cukup besar
JAKARTA. Situasi pada pasar obligasi tak kalah memanasnya dengan kondisi pasar saham domestik. Selama dua pekan yang berakhir 23 September, Inter Dealer Market Association (IDMA) yang merupakan acuan harga obligasi pemerintah, menurun. Per 23 September, IDMA terkoreksi ke level 101,70 atau turun 5,67% dari posisi 107,36 pada 9 September lalu.

Analis Obligasi BNI Sekuritas Ariawan berpendapat, ketahanan pasar obligasi Indonesia saat ini cukup besar. Dia menjelaskan, jumlah dana asing yang keluar dari Surat Berharga Negara (SBN) lebih kurang Rp 15 triliun selama dua pekan. Kendati begitu, kenaikan tingkat yield seri-seri obligasi pemerintah tidak terlalu tinggi.

"Selama dua pekan kenaikan yield paling tinggi hanya sekitar 100 basis poin (bps). Coba bandingkan dengan Januari 2011 lalu, yang mana dana asing sempat keluar Rp 6 triliun, tapi kenaikan yield mencapai 200 bps," urai Ariawan, Senin (26/9).

Dia pun melanjutkan, pada tahun 2008 lalu, dana asing yang keluar sempat lebih kurang Rp 12 triliun. Pada waktu itu, yield melonjak tinggi sampai mencapai 700 bps.

Bagaimana potensi indeks IDMA dalam sepekan ini? Menurut Ariawan, kemungkinan IDMA untuk melorot di bawah 100 bps sangat kecil. "Pemerintah dan Bank Indonesia (BI) sudah merespon atas penurunan harga obligasi pemerintah dengan melakukan pembelian kembali surat utang (buyback)," kata Ariawan. Kemungkinan, pemerintah juga akan melakukan intervensi dengan cara lain, seperti Bond Stabilization Program.

Kondisi sepekan ini juga bisa ditinjau dari hasil lelang Surat Utang Negara (SUN), pada Selasa (27/9) besok. "Hasil lelang tersebut bisa menjadi indikasi minat dan pandangan asing terhadap obligasi pemerintah. Semoga saja penawarannya masih ramai digandrungi," ungkapnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar