Jumat, 29 April 2011

Pasar Masih Mencerna Keputusan The Fed

Headline
INILAH.COM, Jakarta – Nilai tukar rupiah dan indeks saham domestik kompak mendarat di teritori positif. Pasar masih mencerna keputusan The Fed terkait suku bunga di level rendah dan quantitative easing yang tidak diperpanjang.

Analis Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan, penguatan rupiah akhir pekan ini masih dipicu pernyataan Gubernur The Fed Ben Bernanke kemarin, yang akan tetap mempertahankan suku bunga rendah di level 0-0,25%. Karena itu, di pasar tampak dolar AS melemah terhadap mata uang utama.

Di sisi lain, menurut Ariston, meskipun quantitative easing (pelonggaran kuantitatif/QE) tahap dua tidak diperpanjang, tapi stimulus moneter yang lain masih tetap dijalankan. "Karena itu, sepanjang perdagangan rupiah mencapai level terkuatnya 8.560 dan 8.590 sebagai level terlemahnya,” katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Jumat (29/4).

Kurs rupiah di pasar spot valas antar bank Jakarta, Jumat (29/4) ditutup menguat 17 poin (0,19%) jadi 8.563/8.565 per dolar AS dari posisi kemarin 8.580/8.585.

Ariston menegaskan, meski QE tahap dua dihentikan pada Juni 2011, pembelian obligasi pemerintah (long term US treasury) oleh The Fed terus dilakukan. "Karena itu, bisa disimpulkan, belum ada perubahan kebijakan dari The Fed yang melonggarkan kebijakan moneternya," ungkapnya.

Akibatnya, yield dolar AS lebih rendah dibandingkan mata uang lain sehingga investor terdorong menginvetasikan dananya ke investasi dengan yield yang lebih tinggi. "Jadi, penguatan rupiah karena pasar masih mencerna pernyataan The Fed kemarin itu," imbuhnya.

Alhasil, dolar AS melemah terhadap mayoritas mata uang utama termasuk terhadap euro (mata uang gabungan negara-negara Eropa). "Terhadap euro, dolar AS ditransaksikan melemah ke level 1,4863 dari sebelumnya US$1,4822 per euro," imbuh Ariston.

Dari bursa saham, pengamat pasar modal dari Capital Bridge Indonesia Aji Martono mengatakan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG ) sepanjang perdagangan bergerak variatif cenderung menguat (mixed to higher).

Kondisi itu dipicu oleh masih adanya pelaku pasar yang konsentrasi pada gain yang sudah mereka dapatkan setelah indeks kembali tembus 3.800. “Karena itu, mereka merealisasikan keuntungan sehingga jadi tekanan bagi market,” ujarnya.

Tapi, lanjut Aji, meski terjadi profit taking, indeks domestik cenderung menguat dan pada akhirnya ditutup positif 10,69 poin (0,28%) jadi 3.819,618. Sebab, bargaining position pun terjadi pada saham-saham second liner di sektor pertambangan energi dan batu bara.

Karena itu, saham-saham secondliner yang selama ini belum mengalami pergerakan berarti, kini mulai beranjak naik. “Apalagi, harga saham-saham lapis dua di sektor pertambangan energi dan batu bara masih relatif murah,” ungkapnya.

Lebih lanjut dia mengatakan, penguatan indeks hari ini juga mendapat dukungan dari positifnya laju bursa global dan regional. Di sisi lain, laporan keuangan masing-masing emiten untuk kuartal I/2011 yang dirilis hari ini juga turut mendongkrak pergerakan market. “Kondisi itu, diperkuat dengan aksi korporasi berupa pembagian dividen dari beberapa emiten,” imbuh Aji. [mdr]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar