Senin, 30 Mei 2011

Lemahnya Data Perekonomian AS Kembali Picu Terpuruknya Dolar

Sederet data lemah perekonomian AS membawa dollar berlanjut melemah terhadap mata uang utama dunia lainnya pada sesi perdagangan Jumat (27/5). Data Pending Home Sales menunjukkan penurunan 11,6 persen di bulan April, jauh lebih rendah dari yang diprediksikan para ekonom sebelumnya. Demikian pula data Personal Spending, meleset dari ekspektasi.

Mendekati jadwal berakhirnya program Quantitative Easing jilid II Federal Reserve, data perekonomian AS justru mengindikasikan melambatnya pertumbuhan. Sebelumnya, pada hari Kamis (26/5), data Preliminary GDP menunjukkan ekonomi AS hanya tumbuh 1,8 persen pada kuartal I.

Lemahnya data-data tersebut memicu spekulasi bahwa perekonomian AS mungkin masih membutuhkan stimulus untuk kembali pulih.

Di lain pihak, para pelaku pasar mengesampingkan tema krisis hutang Zona Euro, paling tidak untuk sementara ini. Komentar dan pernyataan para petinggi Eropa membantu menghapus sebagian kekhawatiran mengenai kemungkinan restrukturisasi hutang Yunani.

Jumat lalu, Gubenur Bank Sentral Yunani, George Provopoulos mengatakan bahwa Yunani akan mampu memenuhi kewajibannya jika patuh terhadap program penghematan sebagaimana yang disyaratkan oleh IMF dan Uni Eropa.

Terhadap dollar, euro terpantau menguat hingga 1.4307 sebelum kemudian ditutup di 1.4290 pada akhir sesi perdagangan Jumat, menguat sekitar 1,1 persen lebih dari level penutupan hari sebelumnya.

Demikian pula poundsterling, menguat sekitar 0,7 persen mencapai 1.6510 terhadap dollar, level tertinggi baru dalam 2 pekan.

Baik euro maupun poundsterling terdukung oleh faktor perbedaan tingkat suku bunga. Melambatnya pertumbuhan ekonomi AS akan memberikan alasan bagi Federal Reserve untuk mempertahankan suku bunganya untuk jangka waktu yang lebih lama. Sementara Bank Sentral Inggris, sebagaimana ECB, tersirat lebih fokus pada masalah meningkatnya tekanan inflasi yang berarti terbukanya peluang untuk menaikkan suku bunga.

Namun, bintang pada sesi perdagangan Jumat lalu adalah franc Swiss. Di antara negara-negara maju, Swiss adalah negara yang perekonomiannya paling stabil. Di tengah krisis hutang Zona Euro dan masalah melambatnya pertumbuhan ekonomi AS, franc Swiss pun semakin menarik minat para pelaku pasar.

Versus euro dan dollar, franc Swiss berlanjut menguat hingga mencatatkan rekor baru dalam sejarah. Terhadap dollar, franc Swiss ditutup menguat hampir 2 persen di 0.8479. Sebelumnya, franc Swiss terpantau sempat menguat hingga rekor baru 0.8463 per dollar.

Sementara itu, harga emas dunia juga berlanjut naik hingga mencapai level tertinggi baru dalam 3 pekan. Harga spot emas naik hingga $1538.00 per troy ounce sebelum kemudian ditutup di 1533.20 pada akhir sesi. Sebagaimana franc Swiss, emas juga diuntungkan oleh masalah perekonomian yang dihadapi Zona Euro dan AS.

Dollar juga terpantau melemah versus yen dan dollar Australia. Terhadap yen, dollar ditutup melemah sekitar 0,6 persen di 80.82. Sedangkan dollar Australia ditutup menguat 0,6 persen di kisaran 1.0699 terhadap dollar AS. (atz)

(qom/qom)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar