Selasa, 01 November 2011

Emas sulit mengejar US$ 2.000 tahun ini

Emas sulit mengejar US$ 2.000 tahun ini
JAKARTA. Kemilau emas mulai redup. Usai sepekan terakhir mencoba bertahan di level US$ 1.740-an per ons troi (oz), kontrak emas di Bursa Berjangka New York turun 1,7% menjadi US$ 1.718,6 per oz, Senin (31/10). Di pasar spot, emas bahkan terperosok hingga US$ 1.705,5/oz.

Emas terbenam penguatan dollar Amerika Serikat (AS) yang melesat seiring intervensi Jepang terhadap yen. Selama ini, pergerakan emas hampir selalu berlawanan arah dengan dollar AS.

Penguatan indeks dollar AS hingga 75,998 menggiring turun harga komoditas, terutama kelompok logam berharga. "Dollar AS telah menjadi kunci yang menyetir komoditas belakangan ini, termasuk emas," ujar Sun Yonggang, analis Everbright Futures, seperti dikutip Bloomberg.

Selain emas, harga perak juga turun 2,71% menjadi US$ 34,33 per oz. Platinum melemah 2,08% menjadi US$ 1.617,3 per oz, dan palladium tergerus 2,17%.

Suluh A. Wicaksono, Kepala Riset Asia Kapitalindo Futures, menilai, koreksi emas cs hanya sementara. "Ini gara-gara intervensi Jepang di pasar valuta," kata dia, kemarin.

Level US$ 1.700/oz yang menjadi titik support psikologis emas, belum tertembus. Ini sinyal emas berpeluang mendaki lebih tinggi lagi. "Kalau angka itu tembus, emas akan tertahan seharga US$ 1.686," imbuh Suluh.

Penurunan tajam emas dua bulan terakhir, menurutnya, menjadikan emas hanya mampu menembus US$ 1.853 per oz, akhir tahun. Alwi Assegaf, analis Universal Broker, melihat secara teknikal emas akan melanjutkan koreksi, terlebih jika dollar AS terus menguat.

Harga penutupan di bawah US$ 1.730-an per oz, kemarin, mengkonfirmasi tren penurunan di jangka pendek. Namun, sentimen Eropa yang belum hilang tuntas, diprediksi bisa mengangkat emas kembali.

Alwi memprediksi, harga emas di akhir tahun mencapai US$ 1.812 per oz. Tahun depan, emas berpeluang mendaki ke kisaran US$ 1.923 hingga US$ 2.000 per oz. "Tidak ada alasan menjual emas bagi investor jangka panjang, karena tren ke depan masih naik," ujar Alwi.

Nico Omer Jonckeere, VP Research Analysis Valbury Asia Futures, mengungkapkan, tren utama emas tetap bullish. Uptrend line yang terbentuk sejak kuartal IV-2008, belum tertembus ke bawah. Jadi, koreksi harga dua bulan terakhir tidak perlu terlalu dikhawatirkan selama garis tren emas tetap utuh.

Namun, jika garis tren dipecahkan ke bawah secara signifikan dalam beberapa pekan ke depan, tren utama dapat berbalik arah menjadi bearish jangka menengah-panjang. "Jika bursa saham dunia benar anjlok di 2012, harga emas akan jatuh dan bisa merosot hingga US$ 1.030,8 per oz," kata Nico.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar