Selasa, 01 November 2011

Inflasi Terkendali, Saham Properti-Bank Menarik

INILAH.COM, Jakarta – Inflasi Oktober diprediksi terkendali di level rendah. BI rate pun diperkirakan turun ke level 6% hingga akhir tahun. Saham-saham di sektor properti dan bank jadi pilihan.

Analis Riset Reliance Securities Gina Novrina Nasution mengatakan, seiring inflasi Oktober yang sudah diperkirakan terkendali, direkomendasikan positif saham-saham di sektor properti dan perbankan. Apalagi, dengan BI rate yang berpeluang diturunkan dari level saat ini 6,5% ke level 6% hingga akhir tahun.

“Karena itu, saham-saham di sektor properti dan perbankan semakin menarik. Begitu juga dengan saham farmasi dan sektor konsumsi ritel hingga akhir tahun,” katanya kepada INILAH.COM.

Pada perdagangan Senin (31/10), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 39,113 poin (1,03%) ke level 3.790,847, dengan intraday terendah di 3.758,49 dan tertinggi di 3.830,87. Demikian pula indeks saham unggulan LQ45 yang turun 8,307 poin (1,22%) ke level 675,572.Berikut ini wawancara lengkapnya:

Setelah melemah 1,03%, bagaimana Anda melihat arah IHSG berikutnya?
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Uni Eropa sudah memutuskan penambahan kapasitas dana The European Financial Stability Facility (EFSF) sebesar 1 triliun euro atau US$1,4 triliun. Ini memang telah membuat sentimen market sempat positif. Tapi, pasar sebenarnya masih melihat adanya kekhawatiran ke depannya. Karena itu, IHSG berpeluang melemah Selasa (1/11) ini.

Level support dan resistance-nya?
Indeks memiliki support 3.700 dan pergerakan tidak ke mana-mana dengan kisaran resistance 3.845. Ini bisa berlaku dalam sepekan ke depan. Sebab, kondisi eksternal belum stabil terutama soal kecemasan Eurobonds.

Maksud Anda?
Pasar mengkhawatirkan perbankan Eropa yang terdampak Eurobonds terutama setelah diberlakukan haircut (pemangkasan nilai obligasi Yunani) sebesar 50%. Jadi, pasar mengantisipasi besaran dampak haircut terhadap perbankan di Eropa.

Di sisi lain, pasar juga masih mencermati masalah keuangan Yunani sendiri. Lalu, pasar juga mengkhawatirkan adanya default dari obligasi negara lain dan penurunan peringkat utang seperti Spayol dan Italia. Pada saat yang sama, pertumbuhan Uni Eropa secara umum banyak yang meragukannya, meskipun pertumbuhan Jerman masih cukup positif.

Bagaimana dengan faktor teknikal?
Secara teknikal, IHSG masih oke jika bisa bertahan di atas support 3.745. Jika kuat di atas support tersebut, indeks berpeluang besar kembali ke level 3.900.

Lantas, saham apa saja yang jadi pilihan Anda?
Seiring inflasi Oktober yang sudah diperkirakan terkendali, saya rekomendasikan positif saham-saham di sektor properti dan perbankan. Apalagi, dengan BI rate yang berpeluang diturunkan dari level saat ini 6,5% ke level 6% hingga akhir tahun. Karena itu, saham-saham di sektor properti dan perbankan semakin menarik. Begitu juga dengan saham farmasi dan sektor konsumsi ritel hingga akhir tahun.

Spesifik sahamnya?
Di sektor properti adalah PT Bakrieland Development (ELTY), PT Bukit Sentul City (BKSL), PT Alam Sutera Realty (ASRI), PT Lippo Karawaci (LPKR) dan PT Bumi Serpong Damai (BSDE).

Di sektor perbankan, secara teknikal saya rekomendasikan buy on weakness saham PT Bank Rakyat Indonesia (BBRI), akumulasi beli PT Bank Mandiri (BMRI), akumulasi beli PT Bank Danamon (BDMN), buy on weakness PT Bank Negara Indoensia (BBNI), dan buy on weakness saham PT Bank Central Asia (BBCA).

Bagaimana dengan saham konsumsi ritel dan farmasi?
Untuk sektor konsumsi ritel, direkomendasikan akumulasi beli saham PT Indofood Sukses Makmur (INDF) jika terjadi double bottom meskipun sekarang berada dalam tekanan jual. Lalu, hold untuk saham PT Unilever Indonesia (UNVR) karena masih sideways. Di sektor farmasi saya rekomendasikan akumulasi beli PT Kalbe Farma (KLBF) karena saat ini berada dalam tren bullish. Untuk sektor mining dan plantation wait and see saja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar