Senin, 03 Oktober 2011

IHSG Masuki Masa Oktober Kelabu

Headline
INILAH.COM, Jakarta – Indeks Harga Saham Gabungan mulai memasuki masa berkabung sejak Oktober ini. Beberapa emiten pun diperkirakan akan mengalami koreksi.

Yuganur Wijanarko, Senior Research HD Capital mengatakan, pada bulan kesepuluh ini, IHSG akan memasuki masa Oktober Kelabu. “Usai window dressing September lalu, IHSG akan terkoreksi secara medium term di bawah level 3.000,” katanya, Senin (3/10).

Hal ini didukung secara teknikal, dimana penutupan price gap atas dalam downtrend, merupakan pola berkelanjutkan untuk turun lagi. Apalagi secara bulanan MACD IHSG sudah mengkonfirmasi cross down 30 September.

“Pasca menutup semua price gap saham di atas, IHSG akan mengetes kembali support kritis di low 3.220 dengan potensi breakdown hingga 2.900 pada Oktober. Berhati-hati potensi suspen di bursa, bila hal itu terjadi,” ujarnya.

Prediksi koreksi ini terjadi karena ekonomi AS masih belum pulih sesuai ekspektasi, akibat harga komoditas minyak yang tinggi. Sehingga, The Fed belum berani melepas quantitative easing jilid tiga, sampai dolar kembali naik dan memicu komoditas turun ke harga yang lebih bersahabat.

Menurut Yuga, outlook AS dan Eropa yang masih belum jelas, serta problem likuiditas global, akan membuat asing menarik dana dari Indonesia, baik obligasi dan saham, sehingga rupiah berpotensi melemah dan saham terkoreksi, walaupun secara fundamental Indonesia masih bagus.

Melemahnya rupiah di atas 8.700 pada penutupan bulanan 30 September lalu, menandakan bahwa potensi swing di atas 9.000 sangat mungkin, dan merupakan sesuatu yang dapat memberikan sentimen negatif karena banyak emitten yang mempunyai cost serta hutang dalam dolar AS. “Penutupan bulanan rupiah di atas 8700 membuka potensi untuk bermain di 9.500 Oktober ini,” katanya.

Hal ini didukung ekspektasi inflasi Indonesia yang tinggi tahun depan. Suku bunga rendah memicu konsumsi domestik serta naiknya harga impor barang konsumen dapat menyebabkan inflasi (imported inflation) sehingga proyeksi angka-angka ekonomi dapat berubah.

Di sisi lain, tren investor gobal kembali ke mata uang aman dolar AS juga akan melukai emas, dimana logam mulia ini akan terus mengalami downtren karena mempunyai inverse relationship dengan dolar AS. “Emas akan menembus di bawah level 1.600 untuk bermian di range lebih rendah 1400-1600,” ujarnya.

Dengan ekspektasi Oktober kelabu, Yuga masih menyodorkan rekomendasi portfolio dan target harga koreksi beberapa emiten untuk satu bulan mendatang. “Investor sebaiknya melakukan strategi jual untuk saham-saham ini,” ucapnya.

Astra International (ASII) diperkirakan akan menyentuh level Rp45.000 dengan PER 2011 mencapai 11 kali, PBV 2011 3 kali dan ROE 2011 26%. Kemudian Charoen Pokphand (CPIN) yang akan mencapai level Rp1.850, dengan PER 2011 sebesar 12 kali, PBV 2011 3 kali dan ROE 49%. Serta ADMG yang akan menyentuh Rp350 dengan PER 6 kali, PBV 2 kali and ROE 33%.

Saham sektor perbankan seperti Bank Rakyat Indonesia (BBRI), Bank Mandiri (BMRI), Bank Jabar (BJBR) dan Bank Central Asia (BBCA), juga diperkirakan akan terseret koreksi. BBRI akhir Oktober nanti diprediksi akan melemah hingga mencapai level Rp5.350, BMRI Rp5.250, BJBR Rp750 dan BBCA RP7.000 per lembarnya.

Yuga menilai, koreksi tidak terjadi hanya Oktober saja. Namun, juga berlanjut hingga tahun depan, dengan time frame hingga akhir Oktober, IHSG di level 2.900 dan Natalan IHSG mencapai 2.500-2.200. “Sedangkan IHSG 1700 tercapai pada Januari –Februari 2012,”pungkasnya. [ast]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar