Senin, 03 Oktober 2011

Koreksi Berlanjut, Pilih Saham Penggerak Indeks

INILAH.COM, Jakarta- Koreksi yang terjadi pada siang ini akan berlanjut hingga penutupan. Saham yang menjadi penggerak indeks bisa menjadi pilihan menarik.

Pada sesi pertama perdagangan Senin (3/10), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah tajam 142,87 poin (4,03%) ke level 3.406,161. Begitu juga indeks saham unggulan LQ45 yang anjlok 27,75 poin (4,46%) ke angka 594,883.

Laju indeks siang ini cukup ramai, didukung oleh volume transaksi yang tercatat mencapai 1,482 miliar lembar saham di pasar reguler dan total mencapai 1,836 miliar. Sementara itu, nilai transaksi mencapai Rp1,520 triliun di pasar reguler dan total Rp1,555 triliun dan frekuensi 53.376 kali. Sebanyak 9 saham menguat, sedangkan 243 saham melemah dan 25 saham stagnan.

Kerontokan indeks, juga diwarnai aksi jual asing yang mencatatkan transaksi nilai jual bersih (net foreign sell) sebesar Rp311,9 triliun. Rinciannya, transaksi beli mencapai Rp568,2 triliun sedangkan transaksi jual sebesar Rp880,2 miliar.

Semua sektor saham, kompak mendorong pelemahan IHSG. Sektor perkebunan memimpin pelemahan 5,76%, disusul industri dasar 5,09%, properti 4,99%, aneka industri 4,85%, keuangan 4,83%, manufaktur 3,81%, pertambangan 3,68%, perdagangan 3,30%, infrastruktur 3,01% dan konsumsi 2,18%.

Kepala Riset PT Universal Broker Indonesia Satrio Utomo memperkirakan, indeks saham domestik bakal melemah hingga penutupan sore nanti. “Indeks akan menguji support 3.400 dan 3.522-3.580 sebagai level resistance-nya,” katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Senin (3/10).

Pelemahan indeks hari ini menurutnya, dipicu oleh bursa regional dan global yang diselimuti berita buruk. Di antaranya adalah, meski Jerman sudah menyetujui kenaikan kapasitas dana The European Financial Stability Facility (EFSF), tapi pasar melihat belum tentu cukup. Berdasarkan kesepatakan Uni Eropa pada 21 Juli, kapasitas dana EFSF dinaikkan dari 220 miliar menjadi 440 miliar euro untuk membantu penyelesaian masalah krisis Eropa.

Di sisi lain, lanjut Tommy (panggilan akrab Satrio), banyak analis menyatakan, AS bakal terjebak pada resesi. Karena itu, jika melihat berita-berita terkini, sulit mencari sentimen positif bagi IHSG terutama yang berasal dari luar negeri.

Hanya saja, lanjutnya, sekarang pasar sudah memasuki kuartal keempat 2011 dan penutupan laporan keuangan kuartal ketiga. “Jika market mau berharap, tinggal bagaimana laporan keuangan kuartal ketiga itu,” tandasnya. “Jika angkanya bagus, pergerakan IHSG pun bakal baik.”

Pada saat yang sama, para analis saat ini sudah mulai ramai membicarakan outlook market 2012. Menurutnya, jika kinerja keuangan emiten pada kuartal ketiga positif, outlook 2012 pun masih memiliki harapan. “Sekarang, pasar tinggal mencermati posisi netbuy asing,” ujarnya.

Satrio memaparkan, dana jangka pendek asing, sejak awal 2011 sudah mencapai Rp18 triliun hingga 20 September 2011. Yang keluar sudah mencapai Rp15-16 triliun. “Artinya, dana jangka pendek asing yang tersisa tinggal Rp2-3 triliun di market domestik,” ungkap Tommy.

Sementara itu, Tommy mengatakan, dana jangka panjang asing, sudah mencapai Rp40 triliun sejak 2008 hingga 20 September 2011. Hingga saat ini dana tersebut belum mengalami perubahan. Jika yang keluar hanya dana jangka pendek, masih bisa diserap pasar. “Tapi, jika dalam bulan ini dana yang Rp40 triliun mulai keluar bertahap Rp2-3 trilun, bersiaplah atas peluang terjadinya longsor lebih lanjut di market,” katanya mengingatkan.

Dalam situasi ini, Satrio merekomendasikan saham-saham yang jadi penggerak indeks. Untuk lapis pertama, PT Astra Internasional (ASII), PT Gudang Garam (GGRM) dan PT Bank Mandiri (BMRI). Lapis kedua, PT Unilever Indonesia (UNVR) dan Lapis ketiga PT Charoen Pokphand Indonesia (CPIN) dan PT Mitra Adi Perkasa (MAPI). “Pada saat IHSG turun tajam, saatnya akumulasi banyak-banyak saham-saham tersebut,” imbuhnya. [ast]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar