Senin, 03 Oktober 2011

Inflasi September Melandai, Rupiah Juga

Headline
INILAH.COM, Jakarta - Kurs rupiah di pasar spot valas antar bank Jakarta, Senin (3/10) diprediksi melemah. Ekspektasi pelonggaran moneter BI jadi katalisnya seiring landainya inflasi.

Periset dan analis senior PT Monex Investindo Futures Zulfirman Basir mengatakan, awal pekan ini, rupiah berpeluang masih konsolidasi dengan kecenderungan sedikit tertekan ke bawah. Sebab, pergerakan rupiah awal pekan ini sangat tergantung pada data inflasi yang akan dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) Senin (3/10) ini.

Sebab, lanjut dia, data itu akan memberikan gambaran bagi pasar tentang bagaimana outlook kebijkana moneter Bank Indonesia. Inflasi diperkirakan masih melandai dalam kisaran target Bank Indonesia (BI) di level 5% plus-minus 1% (year on year). "Karena itu, rupiah akan konsolidasi cenderung melemah dalam kisaran 8.700 - 8.900 per dolar AS,” katanya kepada INILAH.COM.

Jika inflasi kembali mereda, Firman menegaskan, semakin besar peluang untuk menurunkan suku bunga setelah bulan lalu, bank sentral tetap mempertahankan BI rate di level 6,75% dan di sisi lain, suku bunga Fasbi (Fasilitas Bank Indonesia) diturunkan. "Tapi, peluang pelemahan rupiah hari ini bersifat terbatas," ujarnya.

Sebab, pada Sabtu (1/10) sudah dirilis data Indeks Manufaktur China yang angkanya sudah diperkirakan membaik. "Indeks PMI China diperkirakan naik jadi 51,2 dari sebelumnya 50,9," ujarnya.

Lalu, pada Senin (3/10) pagi ini, pasar juga sudah dihadapkan pada data manufacturing Jepang yang juga sudah diprediksi membaik. "Indeks manufaktur Tamkan yang dirilis Bank of Japan (BoJ), angkanya sudah diprediksi positif 2 dari sebelumnya -9," papar Firman.

Dua data dari mitra dagang utama Indonesia ini, lanjutnya, bisa menahan pelemahan rupiah lebih jauh akibat ekspektasi pelonggaran moneter dari Bank Indonesia. Jika kedua data China dan Jepang itu baik, outlook ekonomi Indonesia pun membaik. "Ini juga akan meredakan kecemasan investor terhadap performa ekonomi Indonesia di tengah gejolak pasar," imbuh dia.

Tapi, bagaimanapun, karena Indonesia memiliki rilis inflasi September yang diumumkan BPS awal pekan ini, investor juga butuh angka itu sebagai petunjuk untuk outlook kebijakan moneter Bank Indonesia yang akan diumumkan pekan depan. "Jadi, kemungkinan rupiah akan menguat terlebih dahulu, lalu konsolidasi, dan pada akhirnya akan ditutup sedikit melemah awal pekan ini," imbuh Firman.

Asal tahu saja, kurs rupiah di pasar spot valas antar bank Jakarta, Jumat (30/9) ditutup menguat 60 poin (0,67%) ke level 8.780/8.800 per dolar AS.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar