Selasa, 04 Oktober 2011

Yunani Genting, 'Capital Outflow' Tebar Ancaman

Headline
INILAH.COM, Jakarta – Krisis utang Yunani benar-benar dalam situasi genting. Sebab, usaha pemangkasan defisit fiskal jauh dari target yang menjadi syarat bailout. Capital outflow pun jadi ancaman serius.

Pengamat ekonomi David Sumual mengatakan, kegagalan Yunani untuk mencapai target defisitnya sehingga sulit mendapatkan dana bailout dipicu oleh sistem fiskal dan moneter Uni Eropa sendiri yang lemah karena parlemen Uni Eropa yang terpisah-pisah.

Karena itu, lanjut dia, pada saat International Monetary Fund (IMF) mensyaratkan target budget defisit dan pemotongan belanja, harus mendapat persetujuan dari 17 parlemen anggotan Uni Eropa. Akibatnya, pengambilan keputusan menjadi lambat. “Karena itu, meski Parlemen Jerman setuju, belum tentu goal sebab harus ada persetujuan negara Eropa lainnya,” katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Senin (3/10).

Di sisi lain, lanjut David, pasar bergerak sendiri. Padahal, Yunani berutang di market sehingga bunga utang dan asuransi utang, credit default swap (CDS) juga bergerak liar. “Karena itu, pada saat dana The European Financial Stability Facility (EFSF) disetujui sebesar 220 miliar euro pertengahan 2011, sekarang membengkak jadi 440 miliar euro karena faktor bunga dan asumsi kurs,” ujarnya.

David menilai, jika asumsi suku bunga berubah 1% saja, angka kebutuhan bailout dan kurs euro membengkak jauh lebih besar. Karena itu, sangat wajar jika Menteri Keuangan AS Timothy Geithner menyatakan, level aman dana EFSF perlu ditambah hingga 2 trilun euro.

David menegaskan, kebijakan fiskal dan moneter Uni Eropa tidak terkoordinasi. Berbeda dengan AS yang kebijakan moneternya dikoordinasioan oleh Fed dan kebijakan fiskalnya oleh Menteri Keuangan.

Berdirinya Uni Eropa, lanjut David, pada dasarnya ingin membentuk negara federal seperti AS untuk menyaingi besaran ekonomi Paman Sam dan menghindari perang di Eropa setelah Perang Dunia II. “Karena fiskal dan moneternya belum terkoordinasi, penyelesaikan krisis utang Uni Eropa masih rumit dan membutuhkan waktu lama,” ungkap David.

Sementara itu, Yunani membutuhkan dana bailout sesegera mungkin. Sebab, dana cash-nya akan habis akhir September ini. Karena itu, posisi Yunani sangat genting. Dalam situasi ini, menurut David, pelaku pasar lebih memilih untuk memegang dana cash.

Di sisi lain, satu-satunya instrument yang paling aman dan likuid adalah US Treasury dan dolar AS. “Karena itu, capital outflow bukan hanya menjadi ancaman bagi pasar Indonesia tapi juga negara-negara emerging market yang lain,” timpalnya.

Menurutnya, selama September 2011, dana asing yang keluar dari bursa saham sebesar Rp1,6 triliun setelah Juli terjadi capital outflow sebesar Rp5,2 triliun. Sementara itu, dana asing yang keluar dari Surat Utang Negara (SUN) sudah mencapai Rp33 triliun hingga akhir September sejak awal 2011 dari Rp251 triliun ke Rp118 triliun.

Dari bursa saham, Kepala Riset PT Universal Broker Indonesia Satrio Utomo mengatakan, dana jangka pendek asing, sejak awal 2011 sudah mencapai Rp18 triliun hingga 20 September 2011. Sementara itu, yang keluar sudah mencapai Rp15-16 triliun. “Artinya, dana jangka pendek asing yang tersisa tinggal Rp2-3 triliun di market domestik,” ungkap Tommy.

Sementara itu, dana jangka panjang asing, sudah mencapai Rp40 triliun sejak 2008 hingga 20 September 2011. Hingga saat ini dana tersebut belum mengalami perubahan. Jika yang keluar hanya dana jangka pendek, masih bisa di- absurd oleh pasar. “Tapi, jika dalam bulan ini dana yang Rp40 triliun mulai keluar bertahap Rp2-3 trilun, bersiaplah atas peluang terjadinya longsor lebih lanjut di market,” katanya mengingatkan.

Perlu Anda tahu, Yunani kembali mengambil langkah 'kejam' dalam upaya pemulihan kondisi finansialnya. Pemerintah meloloskan program pemangkasan senilai 6,6 miliar euro (US$8,8 miliar) guna memangkas defisit yang tak kunjung surut.

Salah satu klausul pemangkasan yang paling tidak populer adalah Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap pegawai negeri guna mengikis defisit sampai 6,8% dari produk domestik bruto (GDP) atau setara dengan 14,7 miliar euro.

Defisit Yunani tahun ini masih berkutat di sekitar 8,5% dari angka perekonomian. Level defisit terkini masih sangat jauh dibanding apa yang sudah ditargetkan oleh Troika yakni delegasi Uni Eropa (EU), Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Sentral Eropa (ECB).

Ketiga institusi memerintahkan Yunani memangkas defisit sampai 7,6% untuk 2011 dan 6,5% pada 2012 mendatang. 'Troika' kembali meminta Perdana Menteri George Papandreou untuk melakukan upaya efisiensi lebih keras supaya bisa mendapat bailout baru senilai 8 miliar euro dan jatah EFSF sejumlah 109 miliar euro.

Jika memperhitungkan kemajuan yang terjadi di Yunani, mustahil bagi pemerintah untuk memenuhi syarat yang ditetapkan oleh Troika. Perlu suatu program luar biasa supaya target defisit tahun ini bisa terpenuhi. Untuk jangka pendek, Papandreou harus membuktikan bahwa negaranya layak mendapat suntikan likuiditas baru. [mdr]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar