Selasa, 04 Oktober 2011

Oktober Kelabu 2008 Terulang Lagi ?

INILAH.COM, Jakarta – Pelaku pasar sebaiknya mewaspadai pergerakan IHSG memasuki Oktober. Secara historis, indeks mengalami masa terburuknya bulan ini. Namun, sentimen laporan keuangan dan meredanya kekhawatiran global, akan menopang bursa.

Yuganur Wijanarko, Senior Research HD Capital mengatakan, IHSG bulan ini berpeluang mengalami koreksi. Bila terjadi breakdown di bawah level 3.300, IHSG akan mengalami suspend, terutama bila penurunan berlebih. “Namun hal ini akan mempercepat momentum turun dibawah 3.000,” katanya.

Yuga melihat kondisi ini mirip dengan Oktober 2008. Ketika itu, terjadi penurunan sebesar 30% yang dimulai dengan down day sebesar 3% pada hari pertama trading di Oktober 2008. “Koreksi sebesar 30% dari 3.550 membuat IHSG berlabuh di kisaran 2.700 (perhitungan technical) dan 2.500 (perhitungan fundamental),” ujarnya.

Salah satu pemicu koreksi adalah faktor mata uang. Seperti diketahui, IHSG mempunyai korelasi negatif (inverse relationship) dengan rupiah, dengan beta 1 tahun sekitar -2x (-200%) dan beta 3 tahun sekitar -1x (-100%).

IHSG pun saat ini mulai menyesuaikan dengan perubahan kurs, contohnya bila rupiah di atas 9.000, harusnya IHSG bermain di 2.700- 2.500. “Walaupun data on screen 8.800, namun prakteknya, rate yang diperdangkan di luar adalah 9.050, sehingga terlihat likuiditas AS mulai kering,” paparnya.

Bagaimana dengan fundamental dan makro ekonomi jangka panjang?

Yuga melihat, begitu terjadi penarikan dana asing untuk kembali ke dolar AS (T-bonds) akibat krisis likuiditas interbank global yang disebabkan krisis Amerika dan Eropa yang belum pulih, fundamental tidak diperdulikan.

Lihat saja ASII yang pada 2008-2009 mencatatkan laba naik 5%, sedangkan saham terkoreksi lebih dari 60%.

Adapun pelemahan rupiah akan membuat perhitungan ekonomi (GDP, inflasi) dan model fundamental berubah, terutama untuk yang cost import dan menjual kepada hasil akhir ke pasar domestik.

Senada dengan Adrianus Bias Prasuryo, Analis Samuel Sekuritas. Ia menilai, IHSG Oktober ini masih akan volatile cenderung melemah, mengikuti pola historisnya. “IHSG bulan ini akan cenderung berada pada kisaran 3.250-3.270,” katanya.

Sentimen negatif lebih didominasi faktor eksternal, yakni ketidakpastian ekonomi global. Hal ini cenderung memicu investor melakukan peralihan portofolio dari aset-aset berisiko, “Mereka akan mencari instrumen investasi yang paling aman,” ujarnya.

Sementara Edwin Sebayang, Kepala Riset MNC Securities menilai, meski volatilitas bursa masih berlangsung hingga akhir tahun, pengumuman laporan keuangan emiten pada pekan ketiga keempat Oktober bisa mengangkat indeks. “Apalagi harga saham di BEI sudah sangat murah,” ujarnya.

Ia menuturkan, penurunan IHSG dan saham saat ini tidak mencerminkan fundamental. Kendati level bottom IHSG adalah di 3.426, namun kalau laporan kinerja bagus, bursa bisa naik ke level 4.000 hingga 4200 di akhir tahun. Terutama jika laba bersih per saham (EPS) kuartal tiga 2011 mencapai di atas 30%. Adapun EPS di BEI tahun ini diperkirakan tumbuh 33% dan PER 11 kali.

Mastono Ali, analis dari CIMB Securities juga melihat, volatilitas IHSG akan mereda bulan ini. Selain didukung kembali masuknya aliran dana asing, fundamental ekonomi Indonesia masih sangat baik. “Aksi window dressing, pembagian dividen emiten interim dan hasil kinerja bisa menjadi sentimen positif bagi investor,” ucapnya. [ast]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar