Kamis, 03 November 2011

Pertemuan G-20 memanaskan harga minyak mentah

Pertemuan G-20 memanaskan harga minyak mentah
JAKARTA. Harga minyak mentah kembali bangkit setelah terpangkas dalam kurun tiga hari berturut-turut sejak Kamis (27/10) lalu. Kemarin sore (2/11), harga minyak mentah jenis WTI untuk pengiriman Desember 2011 sempat naik 0,9% jadi US$ 93,09 per barel. Padahal, harga minyak di pagi hari turun ke US$ 91,50 per barel.

Dua faktor yang memicu kenaikan harga minyak adalah persediaan yang diperkirakan menyusut serta melemahnya dollar AS. Di sisi lain, pandangan pelaku pasar terkait krisis utang Eropa mulai terbelah menyusul optimisme menjelang pertemuan G-20 selama dua hari, pada 3 hingga 4 November nanti.

Masalah Eropa tetap menjadi faktor utama yang mempengaruhi pasar. "Namun, pasokan dan permintaan masih kuat mendukung harga minyak," ujar Victor Shum, analis Purvin & Gertz, seperti dikutip Bloomberg, kemarin.

Rencananya, Kamis ini (3/11), Departemen Energi AS merilis data cadangan energi. Mengacu ke survei Bloomberg, persediaan bensin akan menurun sebanyak 800.000 barel.

Pasokan minyak mentah disuling (distilat), termasuk minyak panas dan diesel, diperkirakan juga susut 1,75 juta barel. Data American Petroleum Institute, pada Senin (31/10) lalu, memperlihatkan stok bensin telah menurun 1,1 juta barel dan minyak distilat turun 3,4 juta barel.

Kenaikan harga minyak juga dipicu penurunan dollar AS. Kemarin, indeks dollar AS melemah ke 76,877. Pelemahan the greenback berefek positif bagi harga komoditas, termasuk minyak.

Ariana Nur Akbar, analis Monex Investindo Futures, melihat masih ada unsur tarik-menarik di pasar global. "Di satu sisi pasar beranggapan rencana referendum Yunani akan memperparah kondisi. Di sisi lain, ada potensi penyelesaian krisis Eropa menjelang G-20," ujar dia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar