Kamis, 03 November 2011

Inilah Arah IHSG November Ini

INILAH.COM, Jakarta – Laju IHSG November ini berpeluang tembus 4.000. Tapi, karena situasi market cepat berubah, mayoritas indeks, akan berada dalam 3.600-3.700. Inilah saham pilihannya.

Pada perdagangan Rabu (2/11), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 78,02 poin (2,12%) ke level 3.763,034. Begitu juga indeks saham unggulan LQ45 yang naik 17,28 poin (2,64%) ke angka 671,09.

Pengamat pasar modal Teguh Hidayat mengatakan, IHSG berpeluang kembali menembus 4.000 pada November ini. Hanya saja, untuk bertenger di atas level tersebut bakal terjadi sebentar. Pasalnya, penguatan indeks ke level tersebut baru didukung oleh faktor teknikal.

Sementara itu, secara fundamental belum sepenuhnya mendukung. Menurutnya, memang kinerja emiten pada kuartal III-2011 positif, tapi masih belum sebagus 2010 lalu. “Jadi, mayoritas posisi IHSG akan berada di level 3.600-3.700 seperti yang belakangan terjadi,” katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Rabu (2/11).

Dia menjelaskan, laba perbankan pada kuartal III-2011, rata-rata tumbuh 35,6% dibandingkan kuartal III-2010. Sedangkan pada 2010, dibandingkan kuartal III-2009, rata-rata laba perbankan naik 42%. “Karena itu, kinerja emiten secara umum mengalami penurunan,” ujarnya. Memang, dia menilai pertumbuhan laba 35% masih bagus tapi tidak sebagus tahun lalu.

Ia memaparkan, saham-saham sektor perbankan jadi patokan. Sebab, saham-saham perbankan berkapitalisasi besar di market seperti BMRI, PT Bank Rakyat Indonesia (BBRI), PT Bank Central Asia (BBCA), dan PT Bank Negara Indoensia (BBNI). Menurutnya, saham-saham tersebut mewakili pergerakan bursa.

Teguh menjelaskan, jika fundamental saham-saham tersebut bagus, bisa dikatakan, fundamental bursa Indonesia juga bagus. “Ini juga jadi acuan asing, jika bukan saham-saham sumber daya alam seperti perkebunan dan pertambangan, saham-saham perbankan yang jadi acuan,” ungkapnya.

Karena itu, meski berpeluang tembus 4.000, hanya akan terjadi sesaat. Apalagi, dengan arah pasar yang cepat berubah. Pada Oktober lalu, IHSG bergerak 500 poin dari level terendah Rp3.200-an dan tertinggi Rp3.700-an. “Begitu juga dengan November ini, indeks berpeluang bergerak dalam kisaran support 3.600 hingga resistance 4.000,” paparnya.

Dalam satu bulan ke depan, dia menjatuhkan pilihan, salah satunya pada saham-saham di sektor perkebunan seperti PT Tunas Baru Lampung (TBLA) dan PT London Sumatera Plantation (LSIP) yang pergerakannya sudah kembali normal. Di luar itu, PT Bank Mandiri (BMRI) dan PT Indika Energy (INDY).

Menurutnya, saham INDY di level Rp2.650 saat ini masih sangat murah. Sebab, harga wajarnya di level Rp3.000-an dalam sebulan ke depan. “Jika IHSG bisa stabil di posisi sekarang dan kalaupun turun, tidak melampaui 3.600, saham INDY bisa dijual pada level Rp3.000,” ungkapnya.

BMRI sudah mengalami penguatan tajam ke level Rp7.100. Saham ini bisa naik ke Rp7.200. “Karena itu, strateginya harus menunggu saham ini turun ke level Rp6.500 dan jual di level Rp7.100-7.200. Sebab, sekarang merupakan posisi yang rentan jual,” ucapnya.

Sementara itu, harga TBLA di level Rp620 sudah berada di atas valuasi wajarnya Rp600. Tapi, jika IHSG bertenger di level 3.900 saja, saham ini bisa naik ke Rp700. Begitu juga dengan LSIP yang potensial naik ke level Rp2.350-2.400 dari level harga Rp2.200 saat ini. “Apalagi, dengan momentum harga Crude Palm Oil (CPO) yang kembali naik dari level RM2.800 per ton ke level RM2.900-3000 per ton,” ucapnya.

Di atas semua itu, dia merekomendasikan buy on weakness saham-saham tersebut. “Lalu, jika IHSG sudah mendekati 4.000 dalam sebulan ke depan, lebih baik mengambil posisi jual dan kembali masuk saat IHSG berada di area 3.700-an,” imbuhnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar