Selasa, 20 Desember 2011

Bargaining pada Bluechips dan Second Liners

INILAH.COM, Jakarta – IHSG berpeluang variatif-menguat Selasa (20/12). Bargaining terjadi pada saham-saham perbankan dan second liner di sektor properti dan infrastruktur.

Analis dari Capital Bridge Indonesia Aji Martono mengatakan, terjadinya bargaining pada saham-saham berkapitalisasi besar bakal diikuti oleh saham-saham second liner. Selain likuid, juga berfundamental kuat di sektornya.

Kondisi itu, mendapat dukungan dari investment grade yang diraih Indonesia pekan lalu dari Fitch Rating. Gelar tersebut didapat di tengah situasi Eropa yang sedang kebingungan mengatasi krisis utangnya. “Karana itu, saya melihat peluang peralihan investasi dari beberpa pasar Asia ke Indonesia,” katanya kepada INILAH.COM.

Pada perdagangan Senin (19/12), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG ) ditutup menguat tipis 1,93 poin (0,05%) ke level 3.770,287 dengan intraday tertinggi 3.773,797 dan terendah 3.753,276. Begitu juga dengan indeks saham unggulan LQ45 yang naik 1,73 poin (0,26%) ke level 665,034. Berikut ini wawancara lengkapnya:

Setelah menguat tipis, bagaimana Anda melihat arah IHSG Selasa (20/12) ini?
IHSG berpeluang variatif-menguat hingga penutupan sore. Pergerakan indeks masih berpeluang berada dalam kisaran yang sempit dengan support 3.751 dan resistance 3.793. Tapi, pada akhir sesi, berpeluang terjadi bargaining pada beberapa saham berkapitalisasi besar yang diikuti saham-saham second liner. Karena itu, peluang penguatan indeks hari ini cukup besar untuk menembus titik psikologisnya di level 3.800. Meskipun, secara kasat mata, sulit ditembus mengingat perdagangan tinggal 8 hari lagi untuk 2011.

Bagaimana dengan faktor fundamental?
Bargaining pada saham-saham big cap dan likuid, juga medapat dukungan dari investment grade yang diraih Indonesia pekan lalu dari Fitch Rating. Gelar tersebut didapat di tengah situasi Eropa yang sedang kebingungan mengatasi krisis utangnya. Karana itu, saya melihat peluang peralihan investasi dari beberpa pasar Asia ke Indonesia.

Sebab, para fund manager pasti melihat pada negara yang prospek investasinya cukup bagus baik dari sisi fundamental maupun teknikal. Itu tentu bersamaan dengan mengalirnya hot money ke Indonesia seiring investment grade yang diraih jelang tutup tahun 2011.

Bagaimana dengan penguatan IHSG kemarin yang sangat tipis?
Memang, pada perdagangan kemarin, jumlah saham yang jadi market mover masih terbatas yakni saham-saham berkapitalisasi besar seperti PT Astra Internasional (ASII), PT Gudang Garam (GGRM), dan PT Unilever Indonesia (UNVR).

Saham ASII menjadi penggerak utama dari seluruh pergerakan indeks setelah saham ini kembali menguat ke level Rp72,150kemarin. Begitu juga dengan GGRM yang diikuti penguatan UNVR. Setelah ditutup positif, akan membawa hal positif pada pergerakan indeks Selasa (20/12) ini.

Faktor regional bagaimana?
Laju indeks global masih jadi indikator utama pergerakan indeks domestik. Kemarin, Dow Jones dan Hang Seng mengalami pelemahan. Tapi, pelemahan tersebut diwarnai oleh pergerakan saham yang juga variatif. Karena itu, jika bursa global yang jadi indikator pergerakan, menguat, IHSG pun berpeluang menguat untuk melanjutkan kenaikan akhir sesi kemarin. Begitu juga sebaliknya.

Bagaimana jika bursa regional ternyata melemah?
Meski bursa global melamah, bargaining tetap akan terjadi pada beberapa saham di bursa domestik. Karena itu, sepanjang perdagangan bisa jadi laju IHSG fluktuatif tapi peluang penguatan lebih besar pada Selasa ini. Bargaining terjadi, karena positifnya fundamental emiten bahkan saham-saham dalam kategori second liner yang tidak terlalu menentukan pergerakan bursa.

Para investor akan mengakumulasi saham untuk investasi 2012. Apalagi, dari sisi industrinya pun cukup mendukung, selain bluechips, juga saham-saham second liner di sektor perbankan dan properti.

Selain properti dan perbankan?
Saham-saham di sektor infrastruktur yang terimbas positif oleh Undang-Undang Pengadaan Lahan seperti PT Adhi Karya (ADHI), PT Wijaya Karya (WIKA), dan PT Pembangunan Perumahan (PTPP). Meski harganya sudah berfluktuasi dan meninggalkan harga terendahnya, saham-saham tersebut memiliki prospek yang cukup bagus untuk akumulasi.

Peluang akan terjadi pada saham-saham di sektor perbankan yang berkapitalisasi besar seperti PT Bank Mandiri (BMRI), PT Bank Rakyat Indonesia (BBRI), dan PT Bank Central Asia (BBCA). Saya rekomendasikan trading buy ketiga saham tersebut. Lalu, pergerakan saham big cap itu, bakal diikuti saham-saham second liner seperti PT Bank Tabungan Negara (BBTN) dan PT Bank Jabar Banten (BJBR). Saya rekomenasikan akumulasi beli untuk BBTN dan BJBR.

Di sektor properti, saya melihat peluang pada saham PT Bukit Sentul City (BKSL) dan PT Alam Sutera Realty (ASRI). Di sektor infrastruktur PT Jasa Marga (JSMR) dan PT Citra Marga Nusaphala Persada (CMNP). Saya rekomendasikan akumulasi beli.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar