Selasa, 20 Desember 2011

Inilah Strategi Trading Saham di Sesi Dua

INILAH.COM, Jakarta – Laju IHSG hingga penutupan diprediksi sideways cenderung menguat seiring kondisi regional yang belum kondusif. Saham-saham bank dan saham potential upside jadi pilihan.

Pada sesi pertama perdagangan Selasa (20/12), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah tipis 1,33 poin (0,04%) ke level 3.768,953. Sementara itu, indeks saham unggulan LQ45 justru naik 0,22 poin (0,03%) ke angka 665,253.

Laju indeks siang ini cukup ramai, didukung oleh volume transaksi yang tercatat mencapai 2,7 miliar lembar saham di pasar reguler dan total mencapai 4,2 miliar. Sementara itu, nilai transaksi mencapai Rp1,5 triliun di pasar regular dari total Rp1,8 triliun dan frekuensi 65.748 kali.

Sebanyak 82 saham menguat, sedangkan 116 saham melemah dan 92 saham stagnan. Hanya saja, pelemahan indeks justru diwarnai aksi beli dari investor asing yang mencatatkan transaksi nilai beli bersih (net foreign buy) sebesar Rp134 miliar. Rinciannya, transaksi beli mencapai Rp711,2 miliar sedangkan transaksi jual sebesar Rp577,2 miliar.

Mayoritas sektor saham, mendukung pelemahan indeks. Sektor pertambangan memimpin koreksi 0,54%, disusul perdagangan 0,34%, infrastruktur 0,31%, properti 0,17%, aneka industri 0,13%, perkebunan 0,02%, dan industri dasar 0,01%. Hanya tiga sektor yang menguat, konsumsi 0,83%, manufaktur 0,28% dan keuangan 0,09%.

Kepala Riset PT Universal Broker Indonesia Satrio Utomo memperkirakan, indeks saham domestik bakal sideways cenderung menguat hingga penutupan sore nanti. “Indeks memiliki support 3.750 dan resistance 3.800,” katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Selasa (20/12).

Menurutnya, selama indeks masih ditutup di bawah 3.800, IHSG berpeluang sideways dalam dalam kisaran 3.625-3.800.

Sidewaysnya indeks, menurut Satrio, dipicu oleh bursa regional yang kurang mendukung. Karena itu, pada pembukaan sesi pagi, investor asing berposisi net sell. Lalu, jelang siang kembali net buy dalam kisaran yang tipis sehingga secara keseluruhan masih sidelines. “Kondisi ini, menandakan, investor asing masih wait and see,” ujarnya.

Dia menjelaskan, investor asing menunggu situasi bursa regional yang diperkirakan bakal terus memburuk. Itulah yang membuat aliran dana asing ragu-ragu masuk ke bursa domestik. Semua itu, dipicu oleh kegagalan para menteri keuangan Uni Eropa untuk memberikan komitmen pinjaman kepada International Monetary Fund (IMF) sebesar 200 miliar euro.

Komitmen itu hanya terpenuhi 150 miliar euro. Artinya, krisis Eropa belum ada solusi sama sekali sampai sekarang. Karena itu, pelaku pasar jangan terlalu berharap banyak, indeks bakal bullish. Jika mau beli, harus jauh di level bawah dibandingkan harga market terakhir.

Pasalnya, dikhawatirkan terjadi profit taking. Kalaupun Anda mau jualan, hanya bisa hold position. Sebab, arah market belum jelas baik menguat maupun melemah. Di sisi lain, sinyal Dow Jones masih negatif tapi masih ditutup di atas support 11.700-11.750.

Sementara itu, investment grade, merupakan sentimen positif untuk jangka panjang. Artinya, pasar percaya pada outlook perekonomian Indonesia dalam beberapa tahun ke depan. “Karena itu, jika ada aliran dana asing masuk seiring investment grade, aliran dana itu dipastikan untuk jangka panjang,” paparnya.

Karena itu, pada saat IHSG terkoreksi dalam, Anda harus berani beli. Tapi, untuk beli saat ini, harus disadari, bahwa bursa regional saat ini berada dalam tren turun. “Sebelum ada arah yang jelas dari regional, trader harus dalam posisi ringan,” tuturnya.

Di atas semua itu, Satrio merekomendasikan positif saham-saham berkapitalisasi besar di sektor perbankan seperti PT Bank Mandiri (BMRI) dan PT Bank Rakyat Indonesia (BBRI) yang jadi incaran asing. Resistance BMRI di level Rp6.800 dan jika tembus bisa lari ke Rp7.000. “Tapi, paling aman beli saham ini di level Rp6.750 bukan Rp6.800,” ujarnya.

Selain jadi incaran asing, Fitch Ratings juga meng-up grade peringkat kredit 8 bank lokal termasuk BMRI dan BBRI. “Karena itu, untuk melakukan penerbitan obligasi akan mudah sehingga tak ada kekhawatiran soal likuiditas,” paparnya.

Terlebih lagi, semua sektor bank juga dinilainya oke karena kenaikan peringkat itu seperti PT Bank Central Asia (BBCA), PT Bank Negara Indoensia (BBNI), PT Bank NISP (NISP), PT Bank Internasional Indonesia (BNII), PT Bank CIMB Niaga (BNGA). “Kalau turun, saham-saham ini bagus untuk pilihan defensive stock,” ujarnya.

Di luar perbankan, beberapa saham lain juga menunjukkan chart yang sangat positif. Di antaranya, PT Semen Gresik (SMGR), PT Indocement Tunggal Prakasa (INTP), PT Bumi Resources (BUMI) dan PT United Tractor (UNTR).

Menurutnya, dilihat dari periode akumulasinya, saham-saham tersebut potensial menguat. Ia mencontohkan, jika BUMI tembus resistance Rp2.350-2.550, bisa melambung ke Rp3.500 per saham sehingga bisa diakumulasi, tapi jangan terlalu banyak. “Secara umum, buy on weakness dengan pola trading untuk investor jangka pendek karena bursa regional sedang ‘rewel’,” ucapnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar