Selasa, 20 Desember 2011

Pidato ECB Bakal Jadi Tekanan bagi Rupiah

Headline
INILAH.COM, Jakarta - Kurs rupiah di pasar spot valas antar bank Jakarta, Selasa (20/12) diprediksi melemah. Penegasan ECB yang tidak akan membeli obligasi eurozone dalam skala besar jadi pemicunya.

Analis senior Monex Investindo Futures Zulfirman Basir mengatakan, potensi pelemahan rupiah hari ini, salah satunya dipicu oleh pidato dari Presiden European Central Bank (ECB) Mario Draghi semalam. Isi pidatonya sudah diperkirakan, menegaskan keengganan bank sentral untuk melakukan program pembelian obligasi dalam skala besar.

Inilah, menurut Firman, yang akan kembali membuat pasar semakin cemas terhadap nasib zona euro. Kondisi itu, bakal jadi tekanan bagi euro dan jadi sentimen negatif bagi rupiah. "Karena itu, rupiah cenderung melemah dan bergerak dalam kisaran 9.050-9.020 per dolar AS,” katanya kepada INILAH.COM.

Firman menegaskan, ketidakinginan bank sentral untuk melakukan pembelian obligasi dalam skala besar, membuat ancaman pemangkasan peringkat kredit pada negara-negara di Eurozone semakin menguat. "Itu yang membuat rupiah tertekan," ucapnya.

Padahal, semalam juga ada agenda telekonferensi para menteri keuangan zona euro yang sudah diperkirakan membahas seberapa banyak dana yang akan disalurkan ke International Monetary Fund (IMF) untuk membantu memerangi krisis utang Eurozone. "Zona euro, akan memberikan dana sebesar 150 miliar euro dan anggota Uni Eropa lainnya di luar zona euro sebesar 50 miliar euro," ucapnya.

Jumlah dana tersebut, lanjut Firman, sebenarnya sudah dibahas dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Uni Eropa sebelumnya. "Tapi, pasar tentu merespon kelanjutan detilnya," ujarnya.

Meski begitu, menurutnya, peluang pelemahan hari ini bersifat terbatas mengingat volume perdagangan akan cukup tipis jelang tutup tahun. "Di sisi lain, Bank Indonesia terus bertahan di pasar," timpalnya.

Asal tahu saja, kurs rupiah di pasar spot valas antar bank Jakarta, Senin (19/12) ditutup melemah 30 poin (0,33%) ke level 9.060/9.070 per dolar AS.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar