Selasa, 20 Desember 2011

Dolar AS Jadi Buruan Investor

Headline
INILAH.COM, Jakarta - Empat bulan setelah Standard & Poor's melucuti AS dari rating kredit 'AAA-nya' dan mengatakan negara ekonomi terbesar dunia ini tidak lagi aman dari peminjam, aset finansial denominasi dolar sedang tidak melakukan apa-apa tapi terapresiasi.

Bloomberg melaporkan obligasi pemerintah telah kembali ke 4,4 persen, dolar telah naik 8,6 persen relatif terhadap mata uang lain, dan S & P 500 indeks telah reli 1,7 persen sejak rating kredit Amerika Serikat dipotong ke 'AA' dari 'AAA' pada 5 Agustus 2011 lalu.

Biaya masyarakat untuk meminjam telah jatuh ke level terendah sejak S & P mengatakan Amerika Serikat tidak lagi bebas risiko, dengan yield bulanan rata-rata pada bulan November untuk obligasi bertenor 10 tahun berada di bawah 2 persen untuk pertama kalinya sejak 1950.

Permintaan terhadap aset Amerika meningkat akibat kepercayaan konsumen, manufaktur dan angka tenaga kerja menunjukkan bahwa AS sedang menguat akibat Europa berjuang untuk menyelamatkan persatuan mata uang dan mata uang negara berkambang melemah.

Produk domestik bruto AS akan ekspansi menjadi 2,19 persen tahun depan, dibandingkan dengan 1,55 persen untuk kelompok 10 negara seperti hasil survei Bloomberg terhadap ekonom. "AS adalah pasar favorit kami," ujar Hiromasa Nakamura, investor obligasi di Mizuho Asset Management Co, Tokyo, yang mengelola dana asing sebesar $42 miliar.

"Dislokasi keuangan sedang berlanjut dan uang investor sedang mengalir ke cadangan mata uang dolar AS."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar