Rabu, 11 Mei 2011

Indeks CPI China dan Komoditas Bangkitkan Pasar

Headline
INILAH.COM, Jakarta – Nilai tukar rupiah dan indeks saham kompak menguat. Tingginya CPI China dan kenaikan harga komoditas jadi katalisnya. Data tersebut menjadi indikator tingginya inflasi Asia termasuk RI.

Periset dan analis senior PT Monex Investindo Futures Albertus Christian mengatakan, secara keseluruhan, penguatan rupiah hari ini dipicu oleh data inflasi tahunan Consumer Price Index (CPI) China. Angkanya dirilis di atas prediksi dari level 5,2% ke level 5,3%.

Lalu, menurutnya, inflasi bulanannya pun naik dari -0,2% menjadi 0,1%. "Karena itu, sepanjang perdagangan rupiah mencapai level terkuatnya 8.524 dan 8.544 sebagai level terlemahnya,” katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Rabu (11/5).

Kurs rupiah di pasar spot valas antar bank Jakarta, Rabu (11/5) ditutup menguat tajam 29 poin (0,33%) jadi 8.526/8.536 per dolar AS dari posisi kemarin 8.555/8.560.

Lebih jauh Christian mengatakan, tingginya inflasi China telah memicu ketakutan pasar atas indikasi tingginya inflasi di Asia secara keseluruhan sehingga rupiah turut terapresiasi. "Sebab, tingginya inflasi di kawasan Asia memberikan peluang lebih besar pada kenaikan BI rate dari level 6,75% saat ini," tambahnya.

Selain itu, lanjut Christian, penguatan rupiah juga dipicu kenaikan harga komoditas baik minyak maupun emas. Mata uang yang berbasis komoditas seperti dolar Australia pun menguat. "Sebenarnya, rupiah juga termasuk mata uang berbasis komoditas karena ekspor RI lebih banyak komoditas terutama batu bara," imbuhnya.

Alhasil, dolar AS melemah terhadap mayoritas mata uang utama termasuk terhadap euro (mata uang gabungan negara-negara Eropa). "Terhadap euro, dolar AS ditransaksikan melemah ke level US$1,4407 dari sebelumnya US$1,4350 per euro," imbuh Christian.

Dari bursa saham, pengamat pasar modal Irwan Ariston Napitupulu mengatakan, penguatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG ) sebesar 37,622 poin (0,98%) ke level 3.838,142 karena secara teknikal, IHSG sudah kembali dalam tren bullish setelah bursa global juga berada dalam pembalikan arah menguat. Apalagi, bursa Eropa siang tadi dibuka positif.

Selain faktor regional, indeks juga mendapat dukungan dari aktifnya pergerakan saham-saham di grup Bakrie sehingga mendorong penguatan saham-saham lain. Secara teknikal, saham-saham grup Bakrie belum bergerak banyak.

Sebab, lanjut Irwan, pada saat saham-saham lain sudah mencapai puncaknya pascakrisis 2008, saham-saham grup Bakrie, belum kembali ke level puncak sebelum krisis 2008. “Ssekarang pasar melihat bahwa sudah saatnya masuk di grup Bakrie setelah level resistance ditembus,” tuturnya.

Karena itu, trader atau pelaku pasar mulai agresif melakukan perburuan di saham-saham Bakrie dan menjadi trigger bagi saham di sektor perbankan. Saham-saham di sektor ini pun sudah mulai bangkit dari level bottom-nya.

Karena itu, saham-saham di grup Bakrie dan perbankan jadi trigger market hari ini. Akibatnya, transaksi di saham-saham pertambangan pun sudah mulai meningkat. “Kondisi itu, tampak dari transaksi di bursa yang semakin ramaim,” imbuh Irwan. [mdr]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar