Rabu, 11 Mei 2011

Inflasi China Picu Rupiah Meroket ke 8.526

Headline
INILAH.COM, Jakarta - Kurs rupiah di pasar spot valas antar bank Jakarta, Rabu (11/5) ditutup menguat tajam 29 poin (0,33%) jadi 8.526/8.536 per dolar AS dari posisi kemarin 8.555/8.560.

Periset dan analis senior PT Monex Investindo Futures Albertus Christian mengatakan, secara keseluruhan, penguatan rupiah hari ini dipicu oleh data inflasi tahunan Consumer Price Index (CPI) China. Angkanya dirilis di atas prediksi dari level 5,2% ke level 5,3%.

Lalu, menurutnya, inflasi bulannya pun naik dari -0,2% menjadi 0,1%. "Karena itu, sepanjang perdagangan rupiah mencapai level terkuatnya 8.524 dan 8.544 sebagai level terlemahnya,” katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Rabu (11/5).

Lebih jauh Christian mengatakan, tingginya inflasi China telah memicu ketakutan pasar atas indikasi tingginya inflasi di Asia secara keseluruhan sehingga rupiah turut terapresiasi. "Sebab, tingginya inflasi di kawasan Asia memberikan peluang lebih besar pada kenaikan BI rate dari level 6,75% saat ini," tambahnya.

Selain itu, lanjut Christian, penguatan rupiah juga dipicu oleh kenaikan harga komoditas baik minyak maupun emas. Karena itu, mata uang yang berbasis komoditas seperti dolar Australia juga menguat. "Sebenarnya, rupiah juga termasuk mata uang berbasis komoditas karena ekspor RI lebih banyak komoditas terutama batu bara," imbuhnya.

Alhasil, dolar AS melemah terhadap mayoritas mata uang utama termasuk terhadap euro (mata uang gabungan negara-negara Eropa). "Terhadap euro, dolar AS ditransaksikan melemah ke level US$1,4407 dari sebelumnya US$1,4350 per euro," imbuh Christian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar