Kamis, 09 Juni 2011

BI Rate Ditahan, IHSG Melorot 19 Poin

Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) jatuh 19 poin menyusul pernyataan BI menahan BI Rate dalam rangka menghadapi ancaman risiko yang berpotensi memberikan tekanan pada stabilitas ekonomi. Dana asing pun mulai kabur dari bursa.

Sementara nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup melemah di Rp 8.521 per dolar AS dibandingkan penutupan kemarin di Rp 8.515 per dolar AS.

Membuka perdagangan pagi tadi, IHSG turun tipis 3,731 poin (0,09%) ke level 3.822,090. Bursa regional tak mampu memberi dorongan karena masih terpuruk di zona merah.

Indeks sempat terbantu oleh saham perdana PT Salim Ivomas Tbk (SIMP) yang sempat menguat sampai di posisi Rp 1.230 per lembar. Ini membuat IHSG naik ke posisi tertingginya di 3.829,812.

Namun Investor lebih pilih berhati-hati dengan mengamankan portofolionya sebelum keluar pernyataan Bank Indonesia (BI) soal penetapan BI Rate. Indeks pun langsung kembali jatuh ke zona merah.

Pada penutupan perdagangan sesi I, IHSG berkurang 14,134 poin (0,36%) ke level 3.811,687 akibat makin tingginya tekanan jual. Banyak investor mengamankan portofolionya jelang pengumuman BI Rate.

Meski BI memutuskan untuk menahan BI Rate di 6,75% dan menyatakan tekanan inflasi cenderung turun namun IHSG tetap tak beranjak dari jeratan zona merah. Indeks malah semakin jatuh dan nyaris tinggalkan level 3.800.

Menutup perdagangan, Kamis (9/6/2011), IHSG melorot 19,634 poin (0,51%) ke level 3.806,187. Sementara Indeks LQ 45 jatuh 4,421 poin (0,65%) ke level 673,385.

BI mengingatkan agar investor mewaspadai sejumlah risiko yang berpotensi memberikan tekanan pada stabilitas ekonomi dalam negeri. Hal ini membuat investor asing segera melarikan dananya keluar lantai bursa.

Investor asing yang melakukan penjualan bersih (foreign net sell) sejak siang tadi kini nilainya menjadi semakin besar, yaitu Rp 694,991 miliar di seluruh pasar.

Tekanan jual pun melanda saham-saham unggulan sehingga hampir seluruh indeks sektoral di lantai bursa melemah. Hanya sektor agrikultur yang masih mampu menguat tipis.

Perdagangan berjalan moderat dengan frekuensi transaksi mencapai 107.738 kali pada volume 5,361 miliar lembar saham senilai Rp 4,913 triliun. Sebanyak 82 saham naik, 153 saham turun, dan 106 saham stagnan.

Keluarnya data ekonomi China yang tidak sesuai ekspektasi membuat bursa-bursa di Asia tertekan, terutama bursa saham China dan Hong Kong. Hanya bursa Jepang yang mampu mengakhiri pelemahan dan berhasil cetak rebound tipis.

Berikut kondisi bursa-bursa di regional sore ini:
  • Indeks Komposit Shanghai anjlok 46,97 poin (1,71%) ke level 2.703,32.
  • Indeks Hang Seng melemah 51,80 poin (0,23%) ke level 22.609,83.
  • Indeks Nikkei 225 naik tipis 17,69 poin (0,19%) ke level 9.467,15.
  • Indeks Straits Times turun tipis 0,71 poin (0,02%) ke level 3.102,27.
Saham-saham yang naik signifikan dan masuk dalam jajaran top gainers diantaranya Multi Bintang (MLBI) naik Rp 7.000 ke Rp 355.000, Delta Jakarta (DLTA) naik Rp 1.500 ke Rp 120.000, Salim Ivomas (SIMP) naik Rp 150 ke Rp 1.250, dan Pan Brothers (PBRX) naik Rp 145 ke Rp 2.025.

Sementara saham-saham yang turun cukup dalam dan masuk dalam kategori top losers antara lain Dian Swastatika (DSSA) turun Rp 850 ke Rp 14.500, Astra Internasional (ASII) turun Rp 700 ke Rp 58.800, Multibreeder (MBAI) turun Rp 550 ke Rp 24.500, dan SMART (SMAR) turun Rp 450 ke Rp 6.900.
(ang/dnl)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar