Kamis, 09 Juni 2011

Euro Kembali Terkoreksi Digoyang Krisis Utang Yunani

Gb
Euro melemah terhadap dollar di sesi perdagangan Rabu menyusul munculnya kembali kekhawatiran mengenai krisis utang Yunani. Sebuah laporan yang dirilis oleh Uni Eropa, IMF dan ECB menyebutkan bahwa paket bantuan tambahan bagi Yunani tidak akan terealisasi sebelum Yunani membereskan masalah ketidakcukupan pembiayaan dalam program reformasi finansialnya.

Kabar tersebut memaksa euro terkoreksi setelah pada sesi perdagangan Selasa sebelumnya sempat menyentuh catatan tertinggi dalam 1 bulan terhadap dollar. Pada akhir sesi perdagangan Rabu, euro diperdagangkan di kisaran 1.4576 terhadap dollar, melemah sekitar 0,7 persen dari level pembukaan.

Terkoreksinya euro juga merupakan cerminan dari antisipasi pelaku pasar menjelang agenda rapat kebijakan moneter ECB hari ini.

Presiden ECB, Jean-Claude Trichet diharapkan akan memberikan sinyal mengenai kemungkinan naiknya suku bunga pada bulan Juli mendatang. Penggunaan frasa "strong vigilance" dalam konferensi pers Trichet seusai rapat nanti akan menjadi indikasi kuat dalam hal ini. Namun sebaliknya, jika Trichet kembali menanggalkan frasa tersebut pada pernyataannya nanti, euro terancam berlanjut melemah terhadap dollar.

Hasil rapat kebijakan moneter ECB akan diumumkan pada pukul 18.45 WIB Petang nanti. Menyusul kemudian, konferensi pers oleh Presiden ECB pada pukul 19.30 WIB.

Sementara itu, terhadap yen, dollar justru melemah hingga catatan terendah sejak 5 Mei. Sempat jatuh hingga kisaran 79.68, dollar akhirnya ditutup melemah hampir 0,3 persen di 79.91 terhadap yen.

Penguatan yen ini pun langsung direspons pemerintah Jepang. Menteri Keuangan Yoshihiko Noda kemarin mengatakan memantau ketat apresiasi yen.

Sebagaimana diketahui, Maret lalu, negara-negara anggota G7 bersama-sama mengintervensi yen yang saat itu menguat hingga kisaran 76 per dollar. Penguatan yen bisa berdampak buruk bagi proses pemulihan Jepang dari bencana gempa dan tsunami. Besar dana yang dihabiskan untuk intervensi saat itu diperkirakan mencapai 25 miliar dollar.

Kali ini, ancaman melambatnya pertumbuhan ekonomi dunia menjadi alasan menguatnya yen. Para pelaku pasar menutup transaksi yang dibiayai dengan jalan meminjam yen yang suku bunganya rendah karena khawatir melambatnya pertumbuhan ekonomi dunia akan berdampak negatif bagi aset-aset yang ber-yield (imbal hasil) lebih tinggi.

Untuk alasan yang sama, dollar menguat terhadap mata uang lainnya yang memberikan yield lebih tinggi seperti dollar Australia. Dengan tingkat suku bunga mendekati nol persen, dollar juga populer sebagai mata uang pendanaan (funding curerency), seperti halnya yen Jepang.

Versus aussie, dollar ditutup menguat 0,8 persen di 1.0627.

Di samping pengumuman suku bunga ECB, para pelaku pasar hari ini juga memusatkan perhatian pada pengumuman suku bunga Bank Sentral Inggris (BoE). Sebagaimana ECB, BoE diharapkan juga akan mempertahankan suku bunganya pada level 0,50 persen sementara ini. BoE dianggap belum punya cukup alasan untuk menaikkan suku bunganya demi mengimbangi naiknya tekanan inflasi. Naiknya suku bunga dinilai hanya akan menambah beban bagi perekonomian Inggris yang sedang lesu.

Poundsterling sendiri melemah sekitar hampir 0,3 persen terhadap dollar dengan ditutup di kisaran 1.6438 terhadap dollar pada akhir sesi perdagangan Rabu. Turut menambah sentimen negatif bagi poundsterling kemarin adalah lembaga pemeringkat Moodys yang kemarin kembali mengancam akan memangkas rating kredit Inggris jika gagal mencapai target-target ekonominya. (atz)

(qom/qom)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar