Jumat, 10 Juni 2011

OPEC tahan produksi, harga minyak panas lagi

OPEC tahan produksi, harga minyak panas lagi
JAKARTA. Harga minyak mentah di pasar internasional kembali memanas. Kali ini penyebabnya adalah kegagalan Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) menyepakati kenaikan kuota produksi minyak.

Nilai kontrak harian minyak mentah jenis West Texas Intermediate untuk pengiriman Juli 2011 di bursa New York, pada Kamis (9/6) pukul 17.00 WIB, meningkat 0,68% menjadi US$ 101,43 per barel.

OPEC memastikan kuota produksinya tidak berubah dari angka terakhir, yaitu 28,8 juta barel per hari.

Dalam penetapan kuota produksi terbaru, negara anggota OPEC terbelah dalam dua kubu. Arab Saudi, Kuwait, Qatar, dan Uni Emirat Arab mengusulkan kuota produksi ditambah sebanyak 1,5 juta barel per hari. Sedangkan Iran, Libia, Angola, Ekuador dan Aljazair menentang kenaikan produksi.

Ibrahim, Analis Senior Harvest International Futures, berpendapat, alasan OPEC mempertahankan kuota produksi karena mempertimbangkan kenaikan harga minyak selama ini bukan lantaran minimnya pasokan, tapi akibat spekulasi pasar.

Namun negara anggota OPEC seperti Libia menolak kenaikan produksi lantaran kapasitasnya terbatas akibat terbelit krisis politik. "Produksi mereka sudah maksimal. Jadi berat untuk menaikkan produksi," kata Nizar Hilmy, Analis Harumdana Berjangka.

Para analis memperkirakan, harga minyak mentah hingga akhir tahun nanti bakal menanjak. Selain dipicu langkah OPEC yang batal menaikkan produksi, harga minyak bakal terkerek oleh permintaan yang mulai meningkat.

Apalagi, Departemen Energi Amerika Serikat (AS) melaporkan persediaan minyak mentah mengalami penurunan paling tajam sejak Desember tahun lalu. Stok minyak mentah di AS menyusut 4,85 juta barel menjadi 369 juta barel, per pekan lalu.

Ibrahim memprediksi, harga minyak mentah bisa menyentuh lagi US$ 110 per barel di akhir tahun ini. "Departemen Energi AS menyebutkan permintaan minyak dunia akan naik menjadi 89,18 juta barel per hari selama kuartal ketiga nanti," imbuh dia.

Menurut Nizar, kenaikan harga minyak membebani keuangan sejumlah negara dan menghambat pertumbuhan. "Inflasi meningkat dan harga emas terangkat," ujar dia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar