Jumat, 10 Juni 2011

Lahan matang berlimpah, lahan baru BWPT siap tanam

Lahan matang berlimpah, lahan baru BWPT siap tanam
JAKARTA. Di tengah tren kenaikan permintaan dan harga minyak kelapa sawit (CPO), PT BW Plantation Tbk (BWPT) leluasa menggenjot produksi dengan menambah lahan tertanam dan membangun pabrik baru.

Emiten itu juga masih memiliki landbank yang luas. "BWPT bisa meraih margin tinggi karena usia pohon masih muda dan landbank masih berlimpah," kata Willy Gunawan, Analis Andalan Artha Securities, Selasa (7/6).

Pohon BWPT berusia rata-rata sepuluh tahun, sedang landbank yang belum ditanami per akhir kuartal pertama 95.000 hektar (ha).

Mengutip catatan Willy, lahan matang milik BWPT sudah 19.663 ha atau 36% dari total lahan emiten itu per akhir Maret 2011. Lahan tersebut bertambah dari 14.511 ha akhir tahun lalu.

Tandan buah segar (TBS) yang dihasilkan BWPT sepanjang kuartal pertama bisa meningkat 51% di atas periode yang sama tahun lalu menjadi 11.748 ton.

Analis OSK Nusadana Securities Yuniv Trenseno juga memperkirakan, tahun ini BWPT akan mengalami pertumbuhan produksi tinggi, sebab 4.393 ha lahan yang ditanami tahun 2007 sudah mulai matang.

Yuniv optimistis, target manajemen melakukan penanaman baru seluas 10.500 ha bisa dicapai. Sampai akhir Maret, BWPT sudah melakukan penanaman baru seluas 2.395 ha. Luas penanaman baru bertambah 3.000 ha pada pertengahan April. "Pohon siap panen di tahun keempat setelah penanaman dan baru optimal di tahun kedelapan," ujar Willy.

BWPT juga berniat membangun pabrik baru di lokasi yang sama dengan dua pabrik yang sudah ada, yaitu Kalimantan Tengah. Pabrik yang ditargetkan mulai beroperasi secara komersil akhir 2011, atau awal 2012 tersebut akan berkapasitas 30 ton per jam. Setelah pabrik itu beroperasi, total kapasitas produksi BWPT 135 ton per jam.

Inventory bertambah

Namun, analis Kresna Securities Gemilang Lim menyoroti harga jual rata-rata atau average selling price (ASP) CPO BWPT yang lebih rendah dibanding emiten perkebunan lain. Kuartal pertama, ASP CPO BWPT hanya naik 21,2% menjadi Rp 7.877 per kg.

Menurut Gemilang, penyebabnya adalah penjualan di waktu yang salah. Penjualan lebih baik di kuartal dua akan mengonversi CPO berbobot 7.700 ton menjadi pendapatan Rp 55,5 miliar.

Yuniv juga menyoroti cadangan atau inventory BWPT yang cukup tinggi, mencapai 26%, lebih tinggi dibanding level normal 6,5%. "Jika inventory normal, seharusya laba bersih BWPT bisa lebih tinggi," kata dia.

Melihat potensi pertumbuhan BWPT, ketiga analis sama-sama memberi rekomendasi buy saham BWPT.

Target harga Gemilang yaitu Rp 2.025 mencerminkan rasio price to earning (PE) tahun ini 18,3 kali. Sedang Yuniv memasang target harga senilai Rp 1.333, yang mencerminkan rasio PE 16,9 kali.

Menurut Willy, harga saham BWPT di akhir 2011 bisa mencapai Rp 1.556, mencerminkan rasio saham terhadap labya berarti 19,1 kali. Sedangkan harga BWPT saat sesuai dengan potensi pertumbihan dan return perusahaan.

Harga BWPT, Kamis (9/6) tetap dari hari sebelumnya, Rp 1.200 per saham.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar