Senin, 19 September 2011

Sepekan terakhir, indeks harga obligasi pemerintah jeblok 3,25%

Sepekan terakhir, indeks harga obligasi pemerintah jeblok 3,25%
JAKARTA. Harga obligasi pemerintah terus tergerus. Pada akhir minggu kemarin, Indeks Inter Dealer Market Association (IDMA), acuan harga obligasi pemerintah, ditutup di level 103,87. Ini artinya, IDMA sudah terkoreksi 3,25% dari posisi tertingginya di level 107,36 per 9 September lalu.

I Made Adi Saputra, Analis Obligasi NC Securities menjelaskan, harga obligasi yang terkoreksi paling dalam terjadi pada obligasi pemerintah di atas tenor 10 tahun. "Yaitu seperti seri FR0054 bertenor 20 tahun, seri FR0056 bertenor 15 tahun dan seri FR0058 yang bertenor 21 tahun," katanya, Senin (19/9).

Asal tahu saja, pada periode 9 September-16 September, FR0054 turun 4,7% menjadi 116,3 dari 122,00. Kemudian seri FR 0056 pada periode yang sama juga terkoreksi 5,35% menjadi 107,55 dari 113,63. Penurunan paling dalam juga dialami seri FR0058 yang anjlok 5,5% menjadi 105,05 dari 111.

Menurut I Made, ramainya penarikan investor terhadap obligasi pemerintah bertenor panjang mencerminkan tanda-tanda kekhawatiran mereka terhadap situasi global. Hal itu yang kemudian mempengaruhi psikologi penanaman modal investor.

Dampaknya, tren nilai tukar rupiah terhadap dollar AS kian melemah. Selain terbawa sentimen penurunan mata uang reginal secara umum, kata I made, penarikan investor terhadap obligasi pemerintah menambah beban terhadap pelamahan mata uang rupiah.

"Rupiah sepekan kemarin sempat anjlok 200 poin dalam sehari," tutur I Made. Kendati begitu, lanjut I Made, Bank Indonesia (BI) sudah melakukan terhadap pelemahan rupiah dengan melakukan penjualan dollar AS di pasar valuta untuk mengangkat rupiah.

I Made bilang, ada kemungkinan awal pekan ini, harga obligasi pemerintah akan mulai mendaki. Namun kelihatannya akan tersendat-sendat. "Jika pun ada kenaikan, selama sepekan paling hanya naik 1%," analisa I MAde.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar