Senin, 19 September 2011

Koreksi Berlanjut, Cermati Saham Kriteria Khusus

INILAH.COM, Jakarta- Koreksi bursa siang ini tampaknya akan berlanjut hingga penutupan. Namun, saham yang berorientasi ekspor, fokus pada pasar domestik dan berfundamental kuat bisa menjadi piilhan.

Pada sesi pertama perdagangan Senin (19/9), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 49,57 poin (1,29%) ke level 3.785,613. Begitu juga indeks saham unggulan LQ45 yang turun 10,07 poin (1,50%) ke angka 660.023.
Laju indeks siang ini kurang ramai, hanya didukung oleh volume transaksi yang tercatat mencapai 1,123 miliar lembar saham di pasar reguler dan total mencapai 1,701 miliar. Sementara itu, nilai transaksi mencapai Rp1,098 triliun di pasar reguler dan total Rp1,269 triliun dan 46.822 frekuensi kali. Hanya 29 saham menguat, sedangkan 189 saham melemah dan 61 saham stagnan.
Pelemahan indeks sesi pertama, juga diwarnai aksi jual asing yang mencatatkan transaksi nilai jual bersih (net foreign sell) sebesar Rp43,7 miliar. Rinciannya, transaksi beli mencapai Rp347,1 miliar sedangkan transaksi jual sebesar Rp390,8 miliar.
Semua sektor saham, kompak mendukung pelemahan indeks. Sektor konsumsi memimpin koreksi 1,65%, disusul sektor perkebunan dan keuangan yang masing-masing turun 1,54%, industri dasar turun 1,51%, manufaktur 1,49%, aneka industri 1,29%, properti 1,01%, perdagangan 0,93%, pertambangan 0,91% dan infrastruktur 0,80%.

Kepala Riset Valbury Asia Securities Alfiansyah memperkirakan, pergerakan indeks saham domestik hingga penutupan sore bakal melemah. Menurutnya, karena support 3.790 sudah ditembus, indeks berpeluang mengarah ke level support berikutnya 3.745 berdasarkan pola pivot point. “Sedangkan support 3.790 berubah jadi level resistance dan 3.865 jadi resistance berikutnya,” katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Senin (19/9).

Pelemahan indeks hari ini, menurut Alfiansyah, salah satunya masih dipicu oleh fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Rupiah menjadi konsentrasi pelaku pasar domestik saat ini karena pergerakannya sangat berpengaruh pada kondisi makro ekonomi Indonesia secara luas. “Karena itu, pasar saham mengalami kepanikan saat rupiah kembali melemah 91 poin ke level 8.894 per dolar AS,” ujarnya.

Dia menegaskan, selama pergerakan nilai tukar rupiah masih fluktuatif dalam kisaran yang lebar, indeks saham akan terdampak negatif. “Karena itu, indeks berpeluang melemah hingga penutupan kecuali jika terjadi pembalikan arah menguat pada rupiah,” papar dia.

Memang, lanjutnya, Bank Indonesia sudah membatasi transaksi dalam valuta asing. Pinjaman juga harus lebih banyak dalam rupiah dan membatasi pinjaman dalam dolar AS. Kebijakan ini diharapkan bisa menjaga rupiah pada level stabil. “Tapi, pasar punya penilaian berbeda sehingga rupiah tetap saja melemah,” ucap Alfiansyah.

Di sisi lain, seiring rencana European Central Bank (ECB) yang menyediakan fasilitas pendanaan (likuiditas) dolar AS, para hedge fund juga mulai menarik dananya dari pasar domestik. ECB bekerjasama dengan The Fed, Bank of England, Bank of Japan, dan Swiss National Bank (SNB).

Tapi, Alfiansyah menilai, penarikan dana ini semata untuk memenuhi kebutuhan likuiditas di pasar global. “Itu juga dilakukan karena bisa jadi mereka melihat peluang profit jangka pendek pada instrument investasi di pasar global,” tuturnya.

Pada saat yang sama, lanjutnya, asing juga berekspektasi positif atas Federal Open Market Committee (FOMC) meeting pada Rabu (21/9) dan Kamis (22/9) yang diperkirakan bakal menggulirkan Quantitative Easing (QE) tahap ketiga. “Mereka punya harapan atas pasar modal di AS. Karena itu, mereka keluar terlebih dahulu dari Indonesia,” imbuhnya.

Dalam situasi ini, Alfiansyah, merekomendasikan positif saham-saham yang berorientasi ekspor, mendapat dukungan dari konsumsi domestik dan berfundamental kuat di sektor perkebunan, pertambangan, industri dasar, konsumsi, properti, perbankan dan grup Astra.

Saham-saham pilihannya adalah PT Astra Agro Lestari (AALI), PT London Sumatera Plantation (LSIP), PT Adaro Energy (ADRO) dan PT Aneka Tambang (ANTM). Lalu, PT Semen Gresik (SMGR) dan PT Intraco Penta (INTA).

PT Astra Internasional (ASII), PT Indika Energy (INDY), PT Bumi Serpong Damai (BSDE), PT Citra Marga Nusaphala Persada (CMNP), PT Jasa Marga (JSMR) dan PT Bank Rakyat Indonesia (BBRI). “Saya rekomendasikan buy on support dengan pola trading buy pada saham-saham tesebut,” imbuh Alfiansyah. [ast]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar