Senin, 19 September 2011

Pilih Saham Penggerak Pasar!

Headline
INILAH.COM, Jakarta – Kepanikan pekan ini sudah jauh berkurang. Tapi, pasar harus tetap waspada. Sebab, perkembangan krisis Eropa bisa berubah dalam hitungan detik. Pilih saham yang menjadi penggerak pasar.

Kepala Riset PT Universal Broker Indonesia Satrio Utomo mengatakan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG ) berhasil menguat 60,85 poin (1,61%) ke level 3.835,181 akhir pekan lalu. Artinya, indeks berhasil ditutup di atas resistace 3.829. Karena itu, menurut Satrio, signal indeks domestik memang positif.

Yang penting juga, lanjut dia, akhir pekan lalu, aksi net sell asing sudah jauh berkurang dibandingkan dua hari sebelumnya yang masing-masing mencapai Rp1,4 triliun dan Rp1,7 triliun. “Pada Jumat (16/9) net sell asing hanya Rp24,2 miliar,” katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, akhir pekan lalu.

Pada perdagangan Jumat (16/9), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG ) ditutup menguat 60,847 poin (1,61%) ke level 3.835,181, dengan intraday tertinggi di 3.838,86 dan terendah di 3.775,45. Demikian pula indeks saham unggulan LQ45 ^JKLQ45 yang naik 10,338 poin (1,56%) ke level 670,096.

Di sisi lain, Satrio kembali mengatakan, rupiah juga sudah menguat lagi ke level 8.755 setelah sempat melemah ke level 8.900-an per dolar AS. Semua itu menandakan, kepanikan pasar sudah berlalu setelah bunga Pasar Uang Antar Bank (PUAB) yang diturunkan oleh Bank Indonesia, dari 5,75% menjadi 5,25%, pada Rabu (14/9).

Karena itu, dia menegaskan, di hari terakhir pekan lalu, kepanikan market sudah jauh berkurang dibadingkan tiga hari terakhir sebelumnya. Sekarang, tinggal melihat bagaimana pergerakan bursa regional.

Dia mempaparkan, indeks Hang Seng juga ditutup dengan signal positif jauh di atas resistance pertama 19.300. Meski begitu, posisi penutupannya terlihat kurang meyakinkan karena masih di bawah level psikologis 19.500.

Kondisi Hang Seng itu, lanjut dia, sejalan dengan posisi penutupan indeks Dow Jones sebelumnya, Kamis (15/9) yang masih ditutup di bawah level resistance 11.500. Dow Jones memang sudah memberikan sinyal positif, tapi kurang satu resistance lagi, 11.500. Kenyataannya, pada Jumat (16/9) Dow Jones naik 75,91 poin (0,66%) ke level 11.509,10.

Jika saja, Dow pada Jumat (16/9) malam, masih mencoba level support di level 11.250, IHSG juga bisa support testing. Tapi, selama indeks Dow berada di atas level 11.250-11.200, trennya masih naik. “Karena itu, pasar tidak perlu terlalu khawatir,” timpalnya.

Dalam sepekan ke depan, Satrio memperkirakan, laju IHSG berpeluang variatif (mixed) seiring pasar yang mencermati pergerakan bursa regional. Jika regional positif, IHSG pun berpeluang positif. “Yang jelas, indeks memiliki kisaran support kuat di level 3.700-3.800,” papar Satrio. “Koreksi indeks pekan lalu, sudah menguji level support ini dan ternyata kuat.”

Sementara itu, resistance indeks di level 3.825-3.850. Jika resistance tersebut mampu ditembus ke atas, IHSG bisa lari dengan mudah ke level resistance 3.950-4.000 lagi. “Sekarang, pasar tinggal melihat reversal naik IHSG yang sudah dimulai pada akhir perdagangan pekan lalu,” tutur Satrio.

Meskipun, kata Satrio, untuk mengofirmasinya, harus melihat bagaimana pergerakan indeks awal pekan ini, Senin (19/9). Dia menambahkan, jika awal pekan naik, IHSG berpeluang menguat dalam sepekan penuh.

Lebih jauh dia menjelaskan, pekan lalu, IHSG berhasil menyelematkan level support 3.700-3.800. Jika sepekan ke depan support ini masih terjaga, sangat positif bagi IHSG. Pasar bisa kembali berharap bahwa sebelum akhir tahun, indeks bisa mencetak rekor baru di atas level 4.200. “Sebab, level tertinggi terakhir di level 4.195,” ujarnya.

Hanya saja, Satrio mengingatkan, semua berita saat ini masih buruk terutama dari krisis Eropa. Karena itu, pasar harus melihat perkembangan terakhir meskipun, European Central Bank (ECB), The Fed, Bank of England, Bank of Japan dan Swiss National Bank (SNB) bekerja sama untuk memberikan likuiditas dolar AS bagi perbankan Eropa yang membutuhkannya. “Pasar tetap harus melihat perkembangannya detik per detik. Tetap harus berhati-hati,” tandasnya.

Termasuk juga, pasar harus mencermati dengan seksama hasil pertemuan para menteri keuangan dalam The Economic and Financial Affairs Council (Ecofin), pada Jumat (16/9) dan Sabtu (17/9). Begitu juga dengan Federal Open Market Committee (FOMC) meeting, pada Kamis (22/9) pekan ini.

Dalam situasi ini, Satrio merekomendasikan positif saham-saham yang jadi penggerak utama pasar. Saham-saham pilihannya di lapis pertama adalah PT Astra Internasional (ASII), PT Bank Mandiri (BMRI), PT Bank Rakyat Indonesia (BBRI) dan PT Gudang Garam (GGRM). Lalu, PT Indo Tambang Raya (ITMG) dan PT Bank Central Asia (BBCA).

Pada lapis kedua, PT United Tractor (UNTR) dan PT Indofood Sukses Makmur (INDF). Lapis ketiga, PT Mitra Adi Perkasa (MAPI), PT Gajah Tunggal (GJTL) dan PT Charoen Pokphand Indonesia (CPIN). “Kalau turun, saya rekomendasikan beli, buy on weakness saham-saham tersebut,” imbuh Satrio. [mdr]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar