Selasa, 10 Mei 2011

Down Grade Yunani Picu Rupiah Melandai

Headline
INILAH.COM, Jakarta - Nilai tukar rupiah ditutup melandai meski indeks saham domestik mendarat di teritori positif. Pemangkasan rating utang Yunani oleh lembaga pemeringkat Standard & Poor’s (S&P) jadi pemicunya.

Analis Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan, pelemahan rupiah hari ini dipicu oleh Lembaga Pemeringkat Standard & Poor’s (S&P) yang men-down grade rating utang Yunani dari level 'BB-' jadi 'B' atau level yang mendekati 'junk' (sampah). Karena itu, pasar melihat masih ada risiko di zona euro.

Karena itu, lanjutnya, pasar khawatir atas kawasan itu sehingga euro, kehilangan kekuatannya. "Rupiah pun terimbas negatif. Sepanjang perdagangan, rupiah melemah ke level 8.560 dan 8.547 sebagai level terlemahnya,” katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Rabu (10/5).

Kurs rupiah di pasar spot valas antar bank Jakarta, Selasa (10/5) ditutup melemah tipis 5 poin (0,05%) menjadi 8.555/8.560 per dolar AS dari posisi kemarin 8.550/8.557

Kondisi itu, lebih lanjut Ariston mengatakan, membuat dolar AS menguat tajam terhadap euro semalam bahkan berlangsung hingga pagi. "Lalu, dari pagi hingga sore pada saat bursa Eropa dibuka, market sideways karena tidak ada berita baru yang muncul," papar Ariston.

Tapi, di sisi lain, setelah penguatan dolar AS terjadi dalam tiga hari terakhir di pekan lalu, ada beberapa mata uang yang sudah kembali rebound. Di antaranya, dolar Australia seiring penguatan harga komoditas minyak, perak dan emas. "Jadi, hanya mata yang yang berhubungan dengan Eropa yang melemah seperti euro dan poundsterling," ujarnya.

Alhasil, dolar AS variatif cenderung menguat terhadap mayoritas mata uang utama termasuk terhadap euro (mata uang gabungan negara-negara Eropa). "Dolar AS menguat ke level US$1,4356 dari level sebelumnya US$1,4362 per euro," imbuh Ariston.

Dari bursa saham, Analis Sekuritas Ekokapital Cece Ridwanullah mengatakan, penguatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG ) hari ini sebesar 15,07 poin (0,40%) jadi 3.800,52 salah satunya dipicu kenaikan harga komoditas. Semalam, harga komoditas terutama minyak mentah dunia naik 3% ke atas US$100 per barel. “Kondisi itu menjadi katalis penguatan indeks domestik,” ujar Cece.

Di sisi lain, saham-saham di grup Bakrie kembali menjadi penggerak market. Selain faktor Vallar Plc yang akan menambah kepemilikan sahamnya di saham BUMI dan saham grup Bakrie lainnya, juga karena faktor penghapusbukuan kerugian BNBR di kuartal sebelumnya. “Karena itu, tidak akan membebani pendapatan emiten untuk kuartal berikutnya,” tutur Cece.

Pada saat yang sama, indeks juga ditopang oleh emiten-emiten yang sudah mendekati masa cum dividen seperti PT Astra Agro Lestari (AALI) dan PT Astra Internasional (ASII). Apalagi, harga Crude Palm Oil (CPO) juga mengalami kenaikan ke level RM3267 per ton. “Kenaikan harga minyak dan CPO sangat positif pengaruhnya bagi saham-saham komoditas termasuk sektor batu bara,” paparnya.

Sementara itu, untuk saham-saham perbankan, pasar mengantisipasi pengumuman BI rate pada Kamis (12/5). Menurutnya, beberapa saham perbankan, dalam 4-5 hari terakhir mengalami konsolidasi. “Karena itu, saham-saham di sektor ini juga turut jadi penggerak market karena technical rebound,” ucapnya. [mdr]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar