Jumat, 27 Mei 2011

Emas ke US$1.600, Tunggu Pertemuan The Fed

Headline
INILAH.COM, Jakarta - Dalam dua pekan ke depan, harga emas diperkirakan naik ke level US$1.538 meskipun belum rally. Untuk mencapai US$1.600 per troy ounce, market masih menantikan kebijakan moneter The Fed pada 22 Juni 2011.

Analis Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan, dilihat dari tren hariannya, kenaikan harga emas masih terjaga. Menurutnya, jika ditarik garis trennya dari level terendah 15 Maret 2011 di level US$1,380,95 dan dihubungkan dengan titik terendah pada 5 Mei di level US$1,462,60 harga emas dalam posisi up trend.

Pasalnya, harga komoditas ini belum ada yang ditutup di bawah garis terlemah tersebut. Tapi, di sisi lain, meski level US$1.460 sudah ditembus ke US$1.530, harga emas belum benar-benar rally (naik terus tanpa henti). “Untuk level buttom sementara di level US$1,462 yang merupakan level support dalam dua pekan ke depan,” katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Kamis (26/5).

Sedangkan resistance berada di level US$1,538 per troy ounce. Resistance tersebut berasal dari tarikan garis Fibonacci dari all time high-nya pada 2 Mei di level US$1,576,65 hingga level terendah Rp1.462 pada 5 Mei. Level retracement yang kuat di angka 61,8% di level US$1.538. “Ini menjadi resistance dalam dua pekan ke depan,” tandas Ariston.

Pada level resistance tersebut, akan ada konsolidasi harga yang menandakan terjadinya pertarungan antara penawaran dan permintaan harga. Artinya, harga emas saat ini memang naik tapi bukan rally, artinya masih ada potensi pelemahan dalam kenaikannya.

Penguatan harga emas, lanjut Ariston, dipicu keresahan pasar atas krisis utang di zona Euro. Tapi, hargatnya belum rally ke level US$1.600, karena investor menunggu pertemuan Bank Sentral AS The Fed pada 22 Juni 2011. “Meskipun, pasar sudah memperkirakan kebijakan moneter AS diperkirakan lebih ketat dibandingkan sebelumnya,” ucapnya.

Lebih jauh Ariston menjelaskan, setelah pasar mendapatkan kejelasan terkait kebijakan moneter The Fed, harga emas berpeluang mencapai US$1.600 per tory ounce. Sebab, Quantitative Easing (QE) tahap dua senilai US$600 miliar hingga Juni 2011 sudah tak ada lagi. “The Fed juga tidak akan menambah dengan kebijakan pelonggaran yang baru sehingga terkesan lebih ketat,” ungkapnya.

Ariston menambahkan The Fed sebenarnya masih memiliki aset dalam obligasi pemerintah sebagai exit strategy senilai US$2,7 triliun. The Fed akan melepasnya secara bertahap setelah Bank Sentral AS itu menaikkan suku bunga acuannya dari level 0-0,25% saat ini untuk pertama kalinya. “Menurut notulen rapat The Fed yang terakhir, bank sentral berniat melepaskan surat berharga dengan catatan telah menaikkan suku bunga yang pertama kali,” papar Ariston.

Potensi kenaikan emas saat ini, ditegaskan Ariston, karena investor menggunakan emas sebagai perlindungan nilai. Sebab, emas merupakan salah satu safe haven asset saat ini. “Jika dolar AS menguat, emas turun karena ditransaksikan dalam denominasi dolar AS,” kata Ariston menambahkan.

Di sisi lain, penguatan harga emas juga dipicu oleh kenaikan permintaan dari berbagai bank sentral sebagai perubahan komposisi reserve. Ini bisa dilihat dari World Gold Council (WGC).

Ariston tetap menyarankan strategi ‘Buy on Dips’ untuk bertransaksi di emas. Artinya, setiap mengalami koreksi besar merupakan kesempatan untuk beli. Menurutnya, support terdekat saat ini di level US$1.519. “Jika emas koreksi ke level terebut kesempatan untuk beli. Level berikutnya, US$1.503-US$1.506,” tambahnya.

Karena itu, bagi yang sudah berposisi beli, bisa menjual sebagian emasnya di level US$1,538. Tapi, bagi yang belum punya posisi, lebih baik jangan jual. Sebab, kenaikan harga emas belum bisa dipastikan hingga level berapa. “Sementara itu, level support-nya sudah bisa diketahui. Sebab, orang-orang akan beli setelah emas jatuh di atas US$10 per troy ounce,” imbuh Ariston. [mdr]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar