JAKARTA. Pekan ini, rupiah mengalami pelemahan mingguan terbesar sejak Januari. Hal ini dipicu aksi investor asing melepas kemilikannya di saham lokal selama empat hari terakhir.
Dana asing yang menjual saham lokal senilai US$ 257 miliar, lebih banyak daripada jumlah yang mereka beli dalam sepekan hingga kemarin. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga tumbang 1,1% selama seminggu ini.
Rupiah tercatat melemah 0,4% pada pekan ini, menuju level Rp 8.576 per dollar AS, pada pukul 4 sore di Jakarta. Meski begitu, hari ini rupiah masih terbilang menguat tipis, yaitu sekitar 0,1%.
Mata uang Garuda ini sudah menunjukkan pelemahan sejak bank sentral mempertahankan suku bunga acuan tetap di 6,75%, pada 12 Mei lalu.
Kepala riset ekonomi Asia dari Citigroup Inc. Johanna Chua menyebut, ada keengganan mengambil risiko secara umum. Bukan hanya karena krisis utang Eropa, tapi juga karena ada kekhawatiran tentang pertumbuhan ekonomi AS. "Dalam jangka pendek, mungkin ada sedikit lompatan keluar karena semua ketidakpastian," sebutnya.
Kemarin, AS merilis data belanja konsumen yang turun di luar perkiraan. Negara ini merupakan pembeli kedua terbesar dari ekspor non migas Indonesia non-migas per Maret.
Sementara, harga obligasi pemerintah naik dalam tiga pelan terakhir. Data Inter-Dealer Market Association menunjukkan, imbal hasil obligasi yang berakhir Juli 2021 turun dua basis poin ke level 7,4% di pekan ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar