Selasa, 28 Juni 2011

Inilah Saham Batu Bara Potensial Technical Rebound

Headline
INILAH.COM, Jakarta – Dalam situasi market yang tidak menentu, saham yang sudah mencapai titik terendah diprediksi bakal technical rebound. Inilah sederet saham batu bara yang sudah mencapai level support-nya.

Analis Sekuritas Ekokapital Cece Ridwanullah mengatakan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG ) memang turun 35,13 poin (0,91%) ke level 3.813,425. Tapi, indeks masih ditahan di atas level psikologis 3.800. Karena itu, secara teknikal indeks berpotensi up trend.

Hanya saja, krisis utang Yunani belum mendapat kepastian. Akibatnya, IHSG mengikuti pelemahan indeks regional. Karena itu, koreksi IHSG sangat wajar seiring koreksi yang terjadi di bursa Asia. “Dalam situasi pasar yang tidak menentu, saham-saham yang sudah berada di titik terendah berpontensi rebound tak terkecuali sektor batu bara,” katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Senin (27/6).

Secara umum, dia menegaskan, saham-saham batu bara sudah mencapai level support-nya karena sudah mengalami koreksi yang banyak sehingga sangat menarik untuk diakumulasi. Salah satunya adalah PT Indo Tambang Raya (ITMG) yang kemarin menguat signifikan Rp900 (2%) ke level Rp45.800 setelah mencapai level support Rp44.600.

Menurutnya, ITMG bakal menembus level resistance-nya hari ini karena sebelumnya sudah memecahkan level support-nya. “Kemarin ditutup di level Rp45.800 dan untuk jangka pendek, ITMG bisa mencapai Rp47.800. Sedangkan level support berada di level Rp44.400,” papar Cece.

Begitu juga dengan saham PT Borneo Lumbung Energi (BORN) dengan support di level Rp1.390-1.360 dan resistance Rp1.500. Sebab, BORN pernah mencapai harga tertingginya di level Rp1.860. “Untuk jangka pendek, saham ini akan menguat ke level Rp1.500. BORN merupakan saham batu bara paling murah,” ungkapnya.

Sementara itu, PT Adaro Energy (ADRO) sempat bertahan di level Rp2.375-2.400. ADRO akan bergerak dalam kisaran support Rp2.325 dan resistance Rp2.550.

Saham PT Harum Energy Indonesia (HRUM) sudah mendekati harga tender offer di level Rp9.050. Kelihatannya investor asing masih bercokol di saham ini. Tapi, saham ini stagnan di level Rp9.400 kemarin.

Artinya, lanjut Cece, jika bursa regional bergerak positif dan harga minyak naik, saham HRUM bakal ditarik naik hingga 9.800. Level support HRUM di Rp9.050-9.000 dan resistance 9.750-9.950,” ujarnya.

Lalu, PT Tambang Bukit Asam (PTBA) yang juga sudah cukup terkoreksi dengan level support 20.450 dan untuk level resistance jangka pendek di level Rp21.500. “Saya rekomendasikan trading jangka pendek saham-saham tersebut dengan permainan yang cepat,” ucap Cece.

Masalahnya, dia menggarisbawahi, harga minyak melemah ke level US$90 per barel. Sedangkan saham-saham di sektor batu bara, akan ramai ditransaksikan jika harga minyak tembus US$98 per barel. “Inilah yang jadi kendala hingga saat ini yang menyebabkan harga batu bara stabil di kisaran US$119-121 per metrik ton berdasarkan harga mingguan di Newcastle,” urainya.

Bukan hanya batu bara, harga nikel dan komoditas lain pun stabil. Jika harga minyak turun ke bawah US$90 per barel, harga batu bara dan komoditas lain sangat riskan turun. Level support minyak masih di US$90 dan jika rebound akan kembali ke US$98 apabila krisis utang Eropa usai. “Diharapkan harga minyak naik seriring adanya kejelasan terkait bailout Yunani pekan depan setelah penghematan fiskal di-voting besok Rabu (29/6) dan Kamis (30/6),” ungkap Cece.

Selain technical rebound, harga minyak diharapkan kembali menguat sehingga harga batu bara juga terdongkrak. Idealnya memang, akan lebih baik mengakumulasi saham-saham batu bara pada saat harga minyak mendekati level US$98 per barel. “Tapi, untuk saat ini trader memiliki peluang gain meskipun semata technical rebound,” tukasnya.

Karena itu, untuk investor jangka panjang, lebih baik menunggu harga minyak tembus US$98 per barel. “Sebab terbukti, setelah harga minyak turun ke bawah level tersebut, harga batu bara dan saham-saham di sektor ini terus turun,” imbuhnya. [mdr]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar