Selasa, 28 Juni 2011

Saham CPO Mesti Dikempit Hingga Lebaran

Headline
INILAH.COM, Jakarta - Sudah sejak lama saham perkebunan dan pertambangan menyandang sebutan sebagai saham jawara. Maklum, selain memberikan banyak gain, efek dari dua sektor ini sering menjadi penopang IHSG.

Sayang, belakangan mereka tak mampu menahan isu negatif yang datang dari manca negara. Dari Amerika, misalnya, tersiar kabar bahwa produksi kedelai tahun ini bakal sukses besar. Dengan membaiknya produksi kedelai dunia, importir CPO seperti Cina dan India tentu akan lebih mengutamakan minyak kedelai.

Kondisi ini diperparah oleh keputusan Pemerintah Pakistan untuk mengurangi impor CPO. Akibatnya, harga CPO untuk pengiriman September turun 1,2% menjadi tinggal 3.140 ringit atau sekitar US$1.035 per ton, terendah sejak November 2010. Kesimpulannya, emiten perkebunan tak bisa lagi mengandalkan lagi ekspor CPO.

Kendati pasar CPO di semester II akan sulit, namun seorang analis dari Kresna Securities mengingatkan bahwa kinerja perusahaan perkebunan masih bisa tertolong. Sebab, menjelang awal Agustus konsumsi minyak goreng dalam negeri akan melambung karena datangnya bulan puasa dan idul fitri. “Biasanya, pada bulan itu permintaan minyak goreng kan tinggi,” katanya.

Melihat faktor tersebut, saham perkebunan akan bertahan hingga awal September. Tetapi setelah melewati itu, diperkirakan harga akan melorot. Jadi, di mata dia, para investor jangan terlalu panik dan melepas saham perkebunan sekarang. Apalagi, menurut analis tadi, ada selang waktu antara penurunan harga CPO dengan reaksi pasar. “Kepit hingga akhir lebaran depan,” katanya. [mdr]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar