Jumat, 08 Juli 2011

BLTA batal beli dua kapal tahun ini

JAKARTA. PT Berlian Laju Tanker Tbk (BLTA) berniat membatalkan pemesanan dua kapal chemical tanker yang dijadwalkan dikirim pada tahun ini. Alasan pembatalan karena harga kapal itu naik tajam mengikuti perubahan nilai tukar mata uang.

Presiden Direktur BLTA, Widihardja Tanudjaja, menjelaskan, BLTA memesan kedua kapal tersebut di Jepang ketika kurs rupiah terhadap yen masih stabil. Kini, “Harga kapal itu sudah naik tiga kali lipat karena selisih kurs,” kata Widihardja, Kamis (7/7).

Rencana BLTA membeli kapal merupakan bagian dari agenda ekspansi perusahaan. Manajemen BLTA, sebelumnya, berencana menambah empat kapal chemical tanker pada tahun ini.

Dari rencana empat kapal, dua kapal telah datang terlebih dahulu pada 14 April lalu. Dengan tambahan dua kapal, BLTA kini memiliki sekitar 98 kapal. Dari jumlah tersebut, sebanyak 68 kapal merupakan jenis chemical tanker. Nilai total kedua kapal tersebut sekitar US$ 40 juta.

Manajemen BLTA menjelaskan, nilai investasi dua kapal terakhir yang siap dibatalkan berkisar US$ 30 juta-US$ 40 juta. “Kalau bisa, maka akan kami batalkan pesanannya,” kata Widihardja.

Untuk menyiasati bisnisnya, BLTA akan mengganti kapal chemical tanker tersebut dengan kapal elpiji. Kapal elpiji ditargetkan datang pada Agustus nanti. Namun, tidak disebutkan berapa nilai investasi kapal tersebut.

Manajemen BLTA juga menolak menyampaikan proyeksi kinerjanya yang terbaru setelah perubahan rencana ekspansi tersebut.

Sebelumnya, manajemen BLTA pernah mengemukakan pendapatan dari jasa pengangkutan kimia pada tahun ini bisa meningkat 8% daripada pemasukan untuk tahun sebelumnya. “Pendapatan sulit diprediksi karena besarnya pengaruh peristiwa di luar negeri, seperti krisis Libia yang belum selesai dan masalah keuangan yang melanda negara Eropa,” kata Widihardja. Pendapatan BLTA pada tahun lalu US$ 656,85 juta

Widihardja juga menolak memberikan estimasi laba bersih tahun ini. Dia bilang, kenaikan harga minyak mempengaruhi kinerja BLTA. Sebab, minyak menyumbang sekitar 40% biaya operasi kapal. Pada 2010, BLTA rugi bersih US$ 154,40 juta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar