Jumat, 08 Juli 2011

Menanti aksi ekspansi Telkom di luar negeri

Menanti aksi ekspansi Telkom di luar negeri
JAKARTA. Lantaran penetrasi industri telekomunikasi di Indonesia sudah tinggi, PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) mulai membidik pasar baru di luar negeri. Perusahaan yang ngetop dengan sebutan Telkom ini antara lain menbidik pasar telekomunikasi di Kamboja.

Telkom bakal masuk ke Kamboja dengan cara mengakuisisi CamGSM, perusahaan telekomunikasi di Kamboja, pada kuartal tiga ini. "Akuisisi sejatinya tidak mendesak, tapi perlu dilakukan," kata Raditya Artono, analis Mandiri Sekuritas pada KONTAN, Kamis (7/7) mengomentari agenda Telkom tersebut.

Asal tahu saja, pertumbuhan sektor telekomunikasi di Indonesia tahun ini diprediksi hanya satu digit. Sementara penetrasi telekomunikasi di Kamboja baru sekitar 40%-50%. "Ekonomi Kamboja bukan yang terbesar di Asia Tenggara, tapi masih ada potensi tumbuh," kata Raditya.

Namun, Raditya yakin TLKM tidak akan kesulitan bermain di pasar baru dengan karakteristik yang berbeda. Perusahaan pelat merah ini pun tidak akan kesulitan mendanai akuisisi senilai Rp 2 triliun ini.

Perusahaan halo-halo ini juga menaikkan anggaran untuk membeli kembali (buyback) saham Telkom yang ada di publik, dari semula hanya Rp 3 triliun jadi Rp 5 triliun. Target saham publik yang bisa dibeli kembali pun naik dari 2,07% menjadi 3.2%.

Chandra S. Pasaribu, analis Danareksa Sekuritas menilai, dengan keterbatasan peluang investasi saat ini, cara termudah bagi TLKM untuk meningkatkan imbal hasil adalah dengan berinvestasi di sahamnya sendiri. Apalagi return on equity (ROE) tahun lalu cukup tinggi, yaitu 28%.

Namun Raditya menilai Telkom sebaiknya mengalokasikan dana kasnya untuk pengembangan infrastruktur data dan internet. "Arah industri telekomunikasi sekarang ke sana semua," kata dia. Buyback saham juga kurang efektif untuk meningkatkan earning per share (EPS). "Lebih efektif dengan menggenjot penjualan," pungkas dia.

Kinerja stagnan

Meski begitu ia menilai wajar langkah buyback TLKM, mengingat posisi kasnya yang besar, yakni Rp 10,6 triliun di kuartal satu tahun ini. Raditya juga yakin banyak pemegang saham yang berminat mengikuti buyback karena harga penawaran sebesar
Rp 7.750 jauh di atas harga saham TLKM saat ini.

Tapi Chandra S. Pasaribu, analis Danareksa Sekuritas mengatakan, dengan keterbatasan peluang investasi saat ini, cara termudah bagi TLKM untuk meningkatkan imbal hasil adalah dengan berinvestasi di sahamnya sendiri. Apalagi dengan return on equity (ROE) tahun lalu cukup yang tinggi, yaitu 28%, di tahun lalu serta keterbatasan peluang investasi, cara termudah bagi TLKM untuk meningkatkan return adalah dengan berinvestasi di dirinya sendiri.

Namun Raditya menilai Telkom sebaiknya mengalokasikan dana kasnya untuk pengembangan infrastruktur data dan internet. "Arah industri telekomunikasi sekarang ke sana semua," kata dia. Meski begitu ia menilai wajar langkah buyback TLKM, mengingat posisi kasnya yang besar, yakni Rp 10,6 triliun di kuartal satu tahun ini.

Sementara itu, walaupun menilai penambahan porsi buyback adalah hal yang wajar mengingat posisi kas TLKM yang berlimpah, sebesar Rp 10,6 triliun di kuartal pertama tahun ini, Raditya lebih menyarankan untuk mengalokasikannya ke infrastruktur data dan internet. "Arah industri telekomunikasi sekarang ke sana semua," kata dia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar