Jumat, 29 Juli 2011

Menebalkan modal sebelum kerek kredit

Menebalkan modal sebelum kerek kredit
JAKARTA. PT Bank Danamon Tbk memperkuat modal demi memuluskan agenda ekspansi. Emiten dengan kode saham BDMN itu menerbitkan saham baru dengan mekanisme hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD).

Rights issue senilai total Rp 5 triliun itu akan digelar September mendatang. Dana yang dihasilkan dialokasi BDMN untuk ekspansi penyaluran kredit sektor usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) serta otomotif.

Jika rights issue berjalan sesuai rencana, rasio kecukupan modal atau capital adequate ratio (CAR) Bank Danamon stand alone akan meningkat menjadi 16,98% dari 12,05% per akhir Maret 2011. CAR konsolidasi terdongkrak menjadi 19,16%.

Aditya Srinath, analis JP Morgan menilai, rencana penambahan modal itu sesuai dengan proyeksi emiten. Kredit mikro memang menjadi tumpuan Bank Danamon. Kontribusinya 30% dari total kredit, tumbuh 23% year on year di semester pertama menjadi Rp 28,05 triliun.

Dalam hitungan Aditya, jika kredit tumbuh 20% setiap tahun selama tiga-lima tahun mendatang, bank harus menaikan modalnya kembali. Padahal, saat itu, Pemilu datang.

Kendati rights issue penting untuk memperkuat modal, kata Aditya, aksi itu bisa menaikkan risk weighted asset (RWA) BDMN menjadi 93%, lebih tinggi ketimbang bank lain.

Rahmi Marina, analis dari Kim Eng Securities menilai, BDMN membutuhkan rights issue karena tak bisa hanya mengandalkan dana pihak ketiga (DPK), yang pertumbuhannya tak terlalu besar.

Apalagi, di semester dua tahun ini, proyeksi kenaikan bunga acuan Bank Indonesia bisa menyeret cost of fund atau biaya dana bank lebih tinggi lagi. Dalam hitungannya, dengan mengantongi Rp 5,4 triliun dari rights issue, CAR BDMN naik menjadi 17,4%. Angka itu dinilai memadai BMDN untuk menjaga pertumbuhan kredit.

Pertumbuhan kinerja

Kenaikan cost of fund Danamon selama semester satu dipercaya analis sebagai penggerus margin bunga. Ujungnya menahan pertumbuhan laba. Padahal, penyaluran kredit BDMN cukup kencang, naik 31% year-on-year menjadi Rp 97,29 triliun.

Aditya memprediksi, BDMN akan berupaya menekan biaya di semester dua ini. Jurusnya dengan memperlambat pertumbuhan outlet baru di paruh kedua. Ia memberi rekomendasi overweight saham BDMN dengan target harga Rp 5.700 per saham. Menurut dia, laba akhir tahun BDMN berpotensi lebih rendah 10% dibandingkan target versi manajemen, yaitu Rp 3,5 triliun.

Rahmi memberi rekomendasi buy saham BDMN karena optimistis proyeksi laba bersih tumbuh 33,81% menjadi Rp 3,85 triliun akan tercapai. Target harga BDMN versi Rahmi Rp 7.100 per saham.

AG Pahlevi, analis dari Andalan Artha Advisindo Sekuritas menilai, kenaikan uang muka pembelian kendaraan bermotor akan menghambat laju Danamon. Selama ini, kinerja 44% pendapatan BDMN berasal dari Adira Finance, anak usahanya di pembiayaan pembelian kendaraan.

Dengan pertimbangan itu, Pahlevi menurunkan target harga BDMN menjadi Rp 5.800 per saham dengan rekomendasi hold. Saham BDMN, Kamis (28/7) turun 0,91% menjadi Rp 5.500 per saham.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar