Jumat, 29 Juli 2011

Utang AS & Eropa Memburuk, Pasar Kehilangan Arah

Headline
INILAH.COM, Jakarta - Kurs rupiah di pasar spot valas antar bank Jakarta, Jumat (29/7) diprediksi menguat terbatas di tengah pasar yang kehilangan arah. Sebab, kondisi utang AS dan Eropa semakin memburuk.

Periset dan analis senior PT Monex Investindo Futures Zulfirman Basir mengatakan, potensi penguatan rupiah hari ini salah satunya dipicu oleh data-data Asia yang dirilis hari ini diekspektasikan positif. Dari Australia pada 8.30 WIB akan dirilis data penyaluran kredit Australia yang diperkirakan membaik.

Begitu juga dengan penjualan ritel Jerman dan Belanja Konsumen Perancis. Inflasi Eropa pun diperkirakan masih tinggi. "Karena itu, rupiah sideways cenderung menguat dan akan bergerak dalam kisaran 8.475 hinga 8.500 per dolar AS,” katanya kepada INILAH.COM.

Di sisi lain, lanjutnya, penguatan rupiah juga, karena market menunggu data inflasi Indonesia untuk Juli 2011 yang akan dirilis 1 Agustus oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Berdasarkan survei Dow Jones, angka inflasi diperkirakan turun ke level 4,78% (year on year) dari sebelumnya 5,54%. Sementara itu, untuk inflasi bulanan diperkirakan naik jadi 0,81% dari sebelumnya 0,55%.

Menurut Firman, yang jadi patokan adalah inflasi year on year. Meredanya inflasi menjadi opportunity tambahan bagi Bank Indonesia untuk kemabli menahan suku bunga acuan (BI rate) pada Agustus 2011 di level 6,75%. "Hanya saja, jika melihat inflasi month to month, menunjukkan adanya kenaikan inflasi yang terjadi jelang bulan Ramadhan," ungkapnya.

Di sisi lain, imbuhnya, panen raya pun sudah berakhir. Karena itu seharusnya harga naik. Karena itu, meski inflasi tahunan turun, tapi tekanan inflasi terus meningkat sehingga memberikan ruang penguatan rupiah lebih lanjut.

Sebab, mau tidak mau, BI harus melanjutkan pengetatan moneternya. Tapi, karena BI enggan menaikkan suku bunga acuannya (BI rate), BI harus mentoleransi dengan membiarkan penguatan rupiah lebih jauh. "Kalau kita lihat, pada saat rupiah tembus 8.500, BI tidak melakukan intervensi," ucapnya.

Hanya saja, penguatan rupiah akan terbatas. Sebab, di Eropa kembali merebak penyebaran krisis utang yang akan menghambat penguatan rupiah lebih jauh. Apalagi, di tengah memburuknya kondisi utang Eropa dan AS membuat investor kehilangan arah.

Kemarin, lanjutnya, obligasi Italia dilelang, di mana yield obligasinya kembali naik ke level 5,77% yang merupakan level tertinggi sejak Februari 2000. Ini menandakan, investor kembali cemas dengan kondisi Eropa.

Tapi, di lain pihak, nanti malam akan dirilis data Gross Domestic Product (GDP) awal yang diperkirakan melemah jadi 1,6% dari sebelumnya 1,9% untuk kuartal kedua 2011. Apalagi, utang AS semakin memburuk karena Presiden AS Barack Obama yang akan memveto kenaikan batas atas utang AS. "Dalam situasi ini market kehilangan arah sehingga penguatan rupiah bakal terbatas hari ini," imbuhnya.

Asal tahu saja, kurs rupiah di pasar spot valas antar bank Jakarta, Kamis (28/7) ditutup melemah 10 poin (0,11%) ke level 8.492/8.502 per dolar AS.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar