Rabu, 20 Juli 2011

Ramai-Ramai Mengakumulasi Saham Properti

Headline
INILAH.COM, Jakarta- Saham sektor properti hingga perdagangan siang ini membukukan kenaikan yang cukup pesat. Para pelaku pasar diyakini beralih mengakumulasi saham ini, di tengah koreksi perbankan.

Pada perdagangan Rabu (20/7) sesi pertama, sektor properti terpantau melesat 2,68%, memimpin kenaikan sektor lain. Properti menopang kenaikan tipis bursa 0,09%, di tengah gelombang profit taking yang dilakukan investor.

Kondisi ini melanjutkan apresiasi pada perdagangan sehari sebelumnya, dimana sektor properti ditutup rebound 2,8% dan meredam koreksi IHSG lebih dalam.

Analis Sekuritas Ekokapital Cece Ridwanullah mengatakan, saham-saham sektor properti hari ini memang mendapat giliran untuk kembali bergerak naik, melanjutkan penguatan kemarin. “Sektor ini bisa menjadi pilihan di tengah sektor perbankan yang masih terancam koreksi akibat profit taking,” ujarnya kepada INILAH.COM.

Cece menyoroti masalah terkendalinya inflasi yang berimbas positif bagi saham-saham terkait kredit, seperti properti. “Dengan ekspektasi suku bunga kredit Kepemilikan Rumah (KPR) turun, orang akan terpicu mengambil kredit di sektor ini,” katanya.

Bank Indonesia awal Juli kemarin masih mempertahankan suku bunga acuan BI rate di level 6,75%. Terkontrolnya tekanan inflasi, maka daya beli tidak tergerus. Para developer properti pun bisa meminjam dana ke bank dengan bunga rendah, sehingga ongkos operational akan lebih rendah. “Secara fundamental, ini sangat menguntungkan emiten properti,” imbuhnya.

Real Estate Indonesia (REI) memperkirakan, pertumbuhaan omset properti Indonesia pada 2011 akan naik 10-12% menjadi Rp36,96 triliun, dibandingkan 2010 yang mencapai Rp33 triliun. Hal ini didukung tingkat KPR yang berada di kisaran 9-12%. Tak mengherankan, mengingat transaksi jual beli properti hunian masih tergantung pemberian kredit.

Senada dengan Ahmad Riyadi, analis Millenium Danatama Sekuritas yang juga menyarankan saham properti. Ekspansi kredit bank di sektor perumahan menjadi katalisnya, selain peningkatan volume penjualan properti yang biasanya terjadi di semester dua.

“Tingkat inflasi masih bisa diredam dengan penguatan rupiah, sehingga BI rate belum perlu dinaikkan hingga akhir tahun. Akibatnya sektor perbankan masih bisa ekspansi kredit, salah satunya ke sektor properti,” katanya dihubungi terpisah.

Di tengah situasi ini, Cece merekomendasikan beberapa saham properti, seperti Ciputra Surya (CTRSCTRP), Summarecon Agung (SMRA) dan Lippo Karawaci (LPKR). “Saya rekomendasikan buy on weakness saham-saham tersebut,” katanya.

Sedangkan Ahmad memilihkan saham properti Sentul City (BKSL), Ciputra Development (CTRA) dan Alam Sutera Realty (ASRI),”Investor bisa trading buy untuk saham properti ini,” ucapnya. [mdr]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar