Kamis, 25 Agustus 2011

JLU menyatakan belum ada kesepakatan terkait rencana pelepasan saham GIAA

JLU menyatakan belum ada kesepakatan terkait rencana pelepasan saham GIAA
JAKARTA. Semakin menukiknya harga saham PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) membuat para Joint Lead Underwriter (JLU) kian sulit untuk melepasnya kembali. Sejumlah opsi kemudian dikemukakan, namun tidak pernah ada kata sepakat di antara ketiganya.

Ketiga sekuritas itu adalah Mandiri Sekuritas, Danareksa Sekuritas,dan Bahana Securities. Direktur Utama Danareksa Sekuritas Marciano Herman mengatakan, opsi-opsi pelepasan itu antara lain melalui exchangeable bonds (obligasi tukar), melalui investor strategis dan pelepasan langsung melalui mekanisme pasar.

Ia memperkirakan mekanisme yang akan ditempuh oleh ketiga sekuritas BUMN itu tidak akan sama karena memiliki kepentingan berbeda.

"Pernah ada kesepakatan mengenai pelepasan bersama, tetapi karena beda kepentingan jadi batal," ujarnya kepada KONTAN kemarin. Ia menolak menjelaskan lebih detail tentang kepentingan masing-masing JLU dan mekanismenya.

Namun, bagi Danareksa sendiri salah satu pertimbangannya adalah harga pelepasan saham GIAA. Marciano mengaku telah mempunyai hitung-hitungan sendiri mengenai level harga ideal untuk pelepasan. Tetapi, ia kembali menolak untuk menyebutkan level harga tersebut.

Harga saham GIAA terus merosot sejak hari pertama melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI). Saat ini, harga sahamnya berada di kisaran Rp 480 per saham atau separuh dari harga IPO yang sebesar Rp 750 per saham.

Namun, menurut Marciano, Danareksa serta pemegang saham lainnya, termasuk dua JLU lainnya tengah berdiskusi guna menemukan cara meningkatkan nilai serta kinerja operasional GIAA. Sehingga pada akhirnya hal itu bisa mendongkrak harga saham.

"Intinya kami berikan advise kepada perusahaan untuk melakukan aksi korporasi yang bisa meningkatkan nilai perusahaan," paparnya.

Aksi korporasi itu, lanjut dia, misalnya dengan melakukan pelepasan saham perdana anak-anak usahanya ke publik (IPO). Seperti diketahui, BUMN penerbangan itu berniat meng-IPO kan tiga anak usahanya yaitu Citilink, Aerowisata, dan Garuda Maintenance Facility (GMF). Usaha lain yang dilakukan adalah memberikan sosialisasi kepada investor mengenai industri penerbangan yang menurut Marciano masih memiliki prospek.

Marciano optimis harga saham GIAA bakal merangsek naik seiring dengan membaiknya kinerja perusahaan. Mengenai metode pelepasannya, Marciano bilang akan disesuaikan dengan kondisi.

Jika ada investor yang tertarik untuk membeli di harga yang dinilainya wajar, maka tentu pihaknya akan melepas. Namun, ia mengaku belum ada investor yang menawarkan diri untuk membeli dan Danareksa pun belum mencari investor yang berminat membeli saham GIAA. Sampai saat ini saham GIAA yang dikempit Danareksa masih utuh.

Sekedar mengingatkan, ketiga JLU itu terpaksa mengambil saham IPO GIAA yang tidak terserap. Totalnya mencapai 3,008 miliar saham atau setara dengan Rp 2,25 triliun. Berarti masing-masing sekuritas mendapat jatah sekitar satu miliar saham.

Masih tertutup

Direktur Utama Mandiri Sekuritas Harry M Supoyo belum mau blak-blakan mengenai kemungkinan opsi-opsi yang akan dipilihnya untuk melepas kepemilikan atas saham GIAA. Namun, ada sejumlah pertimbangan yang menjadi dasar dalam rangka pelepasan.

"Yang penting maksimal manfaatnya bagi kami dari segi likuiditas, profitabilitas, dan MKBD (Modal Kerja Bersih Disesuaikan)," katanya.

Mandiri sekuritas telah menjual beberapa saham yang dimilikinya. Namun, manajemen menolak menyebutkan berapa banyak saham yang telah dilepas dan di harga berapa. Artinya, Mandiri Sekuritas mengambil risiko rugi. Managing Director Mandiri Sekuritas Kartika Wirjoatmodjo pernah mengatakan, sejumlah investor telah melakukan penawaran, tetapi belum ada kesepakatan harga.

Sedangkan Direktur Utama Bahana Securities Eko Yuliantoro mengaku hingga saat ini pihaknya masih memiliki seluruh saham GIAA yang menjadi jatahnya. Ia pun mengaku, salah satu opsi yang akan dilakukan adalah melalui mekanisme penerbitan obligasi tukar.

Jadi, sekuritas akan menerbitkan obligasi yang nilainya setara dengan proyeksi harga GIAA di level tertentu dalam beberapa tahun ke depan dengan bunga yang telah ditetapkan. Saat jatuh tempo, maka sekuritas akan membayar pokok obligasi dengan saham Garuda. Ketiga JLU itu berharap bisa melakukan pelepasan saham GIAA akhir tahun 2011 ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar