Jumat, 09 September 2011

Pidato Obama Tetap Jadi Tekanan bagi Rupiah

Headline
INILAH.COM, Jakarta - Kurs rupiah di pasar spot valas antar bank Jakarta, Jumat (9/9) diprediksi melemah. Sentimen dari pidato Presiden AS Barack Obama semalam jadi tekanan negatif bagi mata uang RI ini.

Periset dan analis senior PT Monex Investindo Futures Albertus Christian mengatakan, hari ini, diekspektasikan penguatan dolar AS akibat besarnya peluang terjadinya risk aversion (penghindaran risiko). Kondisi itu menurutnya, otomatis menjadi tekanan bagi rupiah.

Sebab, menurut Christian, karena dipicu positifnya Pidato Presiden AS Barack Obama semalam juga cenderung memperkuat dolar AS. "Rupiah berpeluang melemah ke level 8.580-8.595 dan batas penguatannya di level Moving Average (MA)60 di level 8.545 per dolar AS yang menjadi level support-nya," katanya kepada INILAH.COM.

Sebelumnya, lanjut Christian, pasar mengharapkan stimulus fiskal untuk pembukaan lapangan kerja baru sebesar US$300 miliar, pemotongan pajak (tax cut) dan stimulus untuk proyek infrastruktur. "Setelah Obama mengeluarkan rencana itu, tampaknya berpengaruh positif bagi dolar AS," imbuhnya.

Sebaliknya, ia menambahkan, kalaupun pasar menilai rencana stimulus itu di bawah ekspektasi, akan terjadi kekecewaan di market. "Karena itu, tetap saja aset-aset berisiko dihindari termasuk rupiah," imbuhnya.

Selain pidato Obama semalam, lanjut Christian, pasar juga merespon Pidato Gubernur Bank Sentral AS The Fed Ben Bernanke. Tapi, pidato Ben sudah diperkirakan tidak banyak memberikan petunjuk mengenai arah kebijakan moneter AS. "Pasar masih menunggu meeting Federal Open Market Committee (FOMC) pada 22 September. Jadi, yang dilihat pasar lebih pada pidato Obama," ujarnya.

Asal tahu saja, kurs rupiah di pasar spot valas antar bank Jakarta,Kamis (8/9) ditutup melemah 90 poin (0,10%) ke level 8.559/8.569 per dolar AS.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar