Selasa, 05 Juli 2011

Saham Pilihan di Tengah Koreksi

Headline
INILAH.COM, Jakarta – Kondisi jenuh beli setelah IHSG mencetak all time high, telah memicu profit taking. Namun, momentum ini dapat digunakan untuk kembali akumulasi. Saham apa saja pilihannya?

IHSG dua pekan terakhir telah menguat signifikan mencapai 6,2% dan empat hari terakhir menguat 3,7%, tanpa koreksi berarti. Hal ini didukung pulihnya sentimen krisis utang di Eropa, setelah Yunani berhasil keluar dari potensi default dan membaiknya data manufaktur AS.

Di tengah minimnya sentimen positif baru menyusul liburnya bursa AS, tak heran bila investor memanfaatkannya untuk profit taking. Apalagi secara teknikal, indeks juga telah berada di area overbought, dengan candlestick berada di luar garis upper Bollinger band, meskipun indikator stochastic dan RSI masih bergerak uptrend.

Perdagangan Selasa (5/7) siang ini, IHSG terkoreksi tipis 12,513 poin (0,32%) ke level 3.941,004. Sementara indeks saham unggulan LQ 45 turun 4,014 poin (0,56%) ke level 700,230. Beberapa emiten yang melemah dan masuk kategori top losers antara lain Astra Internasional (ASII) turun Rp 1.650 ke Rp 66.850, Bukit Asam (PTBA) turun Rp 550 ke Rp 20.800, Indomobil (IMAS) turun Rp 400 ke Rp 9.250, dan Indocement (INTP) turun Rp 250 ke Rp 16.750.

Analis Panin Securities Purwoko Sartono mengatakan, kendati melemah, koreksi bursa kali ini cukup sehat dan hanya akan berlangsung terbatas. “Pasalnya, pelemahan indeks bukan dipicu faktor fundamental domestik, hanya aksi ambil untung belaka,” ujarnya kepada INILAH.COM.

Ia pun merekomendasikan investor untuk melakukan pembelian pada saham-saham yang sudah murah (buy on weakness) terutama di saham lapis dua. “Sedangkan untuk trading, saham sektor konsumer, properti, dan infrastruktur dapat dipilih,” katanya.

Senada dengan Pengamat Pasar Modal Irwan Ariston Napitupulu yang mengatakan, koreksi saham bluechip ini hanya bersifat minor dan harus dimanfaatkan pelaku pasar sebagai titik masuk. “Terutama karena sebelum lebaran, IHSG dapat mencapai level 4.200,” ucapnya dihubungi terpisah.

Beberapa saham yang menjadi pilihan Irwan berasal dari sektor konsumer. Hal ini terkait tingginya permintaan menjelang musim Ramadhan dan lebaran. Saham-saham tersebut adalah Ramayana Lestari Sentosa (RALS), Indofood Sukses Makmur (INDF), Astra International (ASII), Charoen Pokphand (CPIN), dan Japfa Comfeed Indonesia (JPFA). “Investor bisa trading untuk saham-saham ini,” ujarnya.

Optimisme serupa juga diungkapkan Yuganur Wijanarko dari HD Capital. Menurutnya, koreksi bursa dapat digunakan sebagai memontum untuk akumulasi di emiten big cap dan second liner secara selektif.

Pilihan pertama adalah Gajah Tunggal (GJTL). Menurutnya, valuasi PER 8 kali dan profitabilitas (ROE) di atas 34%, membuat emiten ini sangat undervalued. Pasalnya, emiten yang mempunyai return of equity (ROE) di atas 34% biasanya diperdagangkan di atas PER 11 kali. “Ini berarti ada potensi untuk upside adjustement. Rekomendasi beli dengan target harga di Rp3.250,” ucapnya.

Yuga juga menjagokan saham TB Bukit Asam (PTBA). Ia menilai, emiten tambang ini bisa melawan siklus koreksi IHSG, karena secara teknikal, posisi stochastic 5 harian yang baru melewati 50-line pasca penembusan resistance moving average 50 hari di Rp21.300.

“Kondisi ini dapat merubah tren turun yang berlangsung selama sebulan lebih ke short-term positif untuk menuju target harga di Rp21.900,”katanya.

Pardomuan Sihombing, Head of Research Recapital Securities juga masih melihat adanya potensi penguatan pada bursa domestik dalam waktu dekat. Ia menilai, melambatnya tingkat inflasi dan ekspektasi positifnya kinerja emiten-emiten kuartal dua 2011 menjadi obat pendorong penguatan IHSG dari sisi internal.

“Sedangkan penyelesaian masalah utang Yunani, kenaikan peringkat Indonesia oleh pemeringkat asing, dan stabilnya harga komoditas menjadi sentimen positif eskternal,” tuturnya.

Terkait hal ini, Domu menjagokan saham-saham unggulan dan berkapitalisasi besar. Pilihannya adalah ASII, PTBA, Gudang Garam (GGRM), Bank Mandiri (BMRI), Bank Rakyat Indonesia (BBRI), Bumi Resources (BUMI), Astra Agro Lestari (AALI), dan Semen Gresik (SMGR). “Investor bisa buy on weakness emiten-emiten ini,” tutupnya. [mdr]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar