Jumat, 24 Juni 2011

'Wait and See' Yunani, Rupiah Stagnan di 8.595

Headline
INILAH.COM, Jakarta - Kurs rupiah di pasar spot valas antar bank Jakarta, Jumat (24/6) ditutup stagnan di level 8.595/8.605 per dolar AS. Pasar wait and see atas voting bailout Yunani 28 Juni.

Periset dan analis senior PT Monex Investindo Futures Zulfirman Basir mengatakan, stagnannya penutupan rupiah hari ini dipicu oleh variatif (mixed)-nya sentimen di market. Di satu sisi, data AS pada Rabu (22/6) malam menunjukkan bahwa, kebijakan moneter AS mungkin masih akan longgar dalam beberapa bulan ke depan untuk menopang pertumbuhan ekonomi AS.

Kondisi itu, menjaga outlook dolar AS melemah. Hanya saja, di lain pihak, investor masih dibayangi ketidakpastian bailout utang Yunani. "Karena itu, sepanjang perdagnagan rupiah tidak bergerak banyak dalam kisaran terlemahnya 8.605 dan terkuatnya 8.595 per dolar AS,” katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Jumat (24/6).

Lebih jauh Firman mengatakan, sentimen Yunani masih belum pasti, walaupun pemimpin Uni Eropa sudah memberikan janji untuk memberikan bantuan pada Yunani, jika Parleman Yunani meloloskan kebijakan penghematan fiskal pada voting 28 Juni 2011. "Ketidakpastian bailout Yunani membuat pasar enggan mendorong rupiah melanjutkan penguatannya ataupun pelemahannya," ungkap Firman.

Menurutnya, pasar lebih memilih wait and see atas voting itu hingga Selasa, 28 Juni 2011. "Jika ternyata Parlemen Yunani tidak mencapai kesepakatan, kemungkinan terburuknya adalah bursa saham akan kembali anjlok dan rupiah akan tertekan ke bawah lalu dolar AS akan menguat," papar Firman.

Hanya saja, lanjut Firman, risikonya terlalu tinggi bagi Parlemen Yunani jika menolak penghematan fiskal yang menjadi syarat untuk mendapatkan bailout. "Karena itu, Parlemen Yunani kemungkinan akan mendukung program penghematan fiskal dengan bargaining politik berupa insentif pajak bagi industri dan UKM (Usaha Kecil Menengah)," tandas Firman.

Sementara itu, imbuh Firman, dolar AS melemah terhadap mayoritas mata uang utama termasuk terhadap euro (mata uang gabungan negara-negara Eropa). "Sebab, The Ifo Business Climate Index Jerman, angkanya dirilis lebih tinggi 114,5 dari prediksi 113,6 dan angka sebelumnya 114,2," tuturnya.

Tapi, dikatakan Firman, penguatan euro tidak mendongkrak rupiah karena investor domestik lebih memilih sikap wait and see. "Terhadap euro, dolar AS melemah ke level US$1,4278 dari posisi sebelumnya US$1,4257 per euro," imbuh Firman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar