Jumat, 24 Juni 2011

Rupiah Berotot Saham Farmasi Kian Kinclong

Headline
INILAH.COM, Jakarta - Roda kehidupan memang selalu berputar. Terkadang nasib apes yang menimpa, tapi ada kalanya keberuntungan menghampiri. Itulah yang kerap terjadi pasa saham-saham farmasi di lantai bursa.

Nah, yang kini menghampiri saham-saham farmasi adalah keberuntungan. Keberuntungan pertama datang dari penguatan rupiah terhadap dolar. Dengan menguatnya rupiah terhadap dolar, biaya produksi emiten di sektor ini bisa ditekan sedalam mungkin. Maklum, sekitar 90% bahan baku masih diimpor. Makanya, keperkasaan rupiah yang terjadi belakangan ini disambut suka cita oleh pelaku pasar.

Kabar baiknya lainnya adalah konsumsi obat yang tahun ini diperkirakan akan mencapai US$4,4 miliar atau naik 11% dibandingkan 2010. Tahun lalu, penjualan obat mencapai US$ 4 miliar. Dari jumlah tersebut, sekitar US$2,4 miliar merupakan obat resep atau etikal. Sedangkan obat bebas atau over the counter mencapai US$ 1,6 miliar.

Peningkatan konsumsi itu, menurut Lutfi Mardiansyah, Chairman International Pharmaceutical, dipicu oleh kenaikan jumlah penduduk dan produk domestik bruto (PDB). Makanya, tidak mengherankan jika saham farmasi belakangan mulai didekati investor.

Menurut sejumlah analis, selama dolar masih dikisaran Rp9.500, industri ini masih memetik untung. Jika hingga akhir tahun dolar bisa bertahan di level Rp8.600, keuntungan yang diraih industri farmasi tentu akan lebih besar lagi. Lantas, saham mana saja yang kemungkinan dapat memberikan gain?

Seorang analis menyarankan investor mengoleksi saham PT Kalbe Farma (KLBF). Kalbe bersama anak perusahaannya (Dankos) memiliki produk unggulan yang menguasai pasar. Coba, siapa yang tidak mengenal Promag, Extra Joss, atau Cerebovit. Hebatnya, perusahaan ini juga tak pernah berhenti melakukan inovasi produk.

Lantas, bagaimana dengan saham lainnya? Saham PT Tempo Scan Pacific (TSPC) dan PT Dankos (DNKS) juga masuk rekomendasi buy. Penampilan PT Indofarma (INAF) juga lumayan keren. Apalagi manajemennya sudah pasang kuda-kuda dengan melakukan efisiensi. Namun, karena kinerjanya tidak sebagus perusahaan farmasi lainnya, si analis tadi tidak merekomendasikan saham ini.

Emiten farmasi lainnya yakni PT Kimia Farma (KAEF) juga termasuk yang tidak direkomendasikan. “Sebaiknya tunggu sampai kinerja kedua perusahaan tersebut benar-benar oke,” kata si analis.

Jadi, jelas sudah, menguatnya rupiah akan membuat kinerja industri farmasi semakin kinclong. Makanya, jangan terlalu takut-takut berinvestasi. Namun, seperti biasa, semua itu harus dilakukan secara hati-hati. [mdr]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar