Senin, 18 Juli 2011

Akan Ada (Lagi) Koreksi IHSG Sehat

Headline
INILAH.COM, Jakarta - Pasar diterpa suasana ketidakpastian seiring munculnya sentimen negatif dari AS dan benua hijau. Tapi para analis di bursa Jakarta bisa mengumbar senyum lantaran prediksi mereka terbukti benar.

Lihat saja ramalan yang mereka lontarkan kepada wartawan INILAH.COM, sepekan lalu (11/7). Ketika itu, sejumlah analis dan kepala riset menengarai akan adanya koreksi terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ^JKSE. Namun mereka menyarankan investor bertahan di pasar, karena diyakini penurunan bersifat sementara alias koreksi sehat. Setelah itu, indeks akan kembali terangkat.

Pehitungan itu, seperti kita saksikan bersama, terbukti benar. Setelah dua hari pertama di awal pekan mengalami koreksi, indeks kembali mendaki dan akhirnya ditutup pada level 4.023,20 (15/7). Optimisme pun merebak di benak para pelaku pasar.

Investor yakin, 4.000 merupakan level baru yang akan bertahan dalam waktu lama. Apalagi, selain didukung tingkat suku bunga yang tak berubah (karena BI mempertahankan tingkat bunga acuan di 6,75%), pekan-pekan yang segera datang ini akan bermunculan laporan keuangan emiten untuk semester I.

Walhasil, penguatan yang terjadi belakangan ini, hingga IHSG menembus level 4.000, bukanlah kenaikan yang keropos. Namun benar-benar didukung oleh kondisi perekonomian Indonesia yang relatif stabil. Beberapa analis percaya indeks masih akan menguat mendekati level barunya yakni 4.100.

Hanya saja, itu bukan berarti penguatan akan berlangsung mulus. Seperti minggu kemarin, aksi-aksi profit taking akan mewarnai pasar. Sehingga seorang kepala riset menaksir indeks dalam sepekan ke depan akan bergerak di kisaran 3.980-4.050.

Ada sejumlah faktor yang diprediksi bakal menjadi pemicu melemahnya IHSG. Namun yang paling besar pengaruhnya adalah krisis keuangan yang terjadi di sejumah negara Eropa. Sebut saja Yunani, Portugal, Italia dan Spanyol. Sementara perekonomian di Negeri Paman Sam juga belum menunjukkan perbaikan signifikan. Sementara sang raksasa China, Juni lalu, mencatatkan tingkat inflasi tertinggi sepanjang tiga tahun terakhir.

Kendati demikian, para analis menyarankan agar investor tetap bertahan di pasar. Sebab, memburuknya kondisi ekonomi di sejumlah negara besar tersebut sedikit banyak ikut mendorong semakin banyaknya capital inflow yang masuk. “Jakarta tetap merupakan pasar yang menawan bagi asing yang memburu gain,” katanya.

Untuk mengantisipasi penguatan yang diduga bakal berlanjut, para analis menyodorkan sejumlah saham yang layak koleksi. Salah satunya adalah saham perbankan yang berkaitan erat dengan kebijakan BI yang mempertahankan bunga acuan.

PT Bank Tabungan Negara (BBTN) misalnya, kendati telah menguat lumayan dalam pekan lalu, diprediksi masih akan naik menuju Rp1.840. Sementara PT Bank Danamon (BDMN) pantas dikoleksi karena memiliki target harga Rp6.100.

Selain perbankan, saham dari sektor pertambangan dan konsumsi juga mendapap rekomendasi beli yang cukup kuat. Pilihannya, antara lain, PT Indofood (INDF), PT Unilever (UNVR), PT Bumi Resources (BUMI) dan PT Batu Bara Bukit Asam (PTBA).

Menurut seorang analis, dalam jangka pendek, saham-saham tersebut paling tidak bisa mendatangkan gain 2-3%. Nah, selamat berinvestasi. [mdr]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar