Senin, 18 Juli 2011

Tak likuid, emisi MTN dan promissory notes sepi

JAKARTA. Perusahaan cenderung tidak terlalu meminati penerbitan surat utang jangka pendek dan menengah pada tahun ini. Hal ini terlihat dari pertumbuhan nilai emisi surat utang sanggup bayar (promissory notes) dan obligasi jangka menengah (medium term notes/MTN) yang tidak terlalu mengesankan.

Mengutip data PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), total nilai surat utang jangka pendek dan menengah selama semester pertama tahun ini mencapai Rp 14,95 triliun. Terdiri dari medium term notes Rp 14,93 triliun, dan promissory notes senilai Rp 24,1 miliar.

Memang, jika dibandingkan dengan periode sama tahun lalu, ada kenaikan nilai sebesar 30% year to date. Per Juni 2010, penerbitan medium term notes mencapai Rp 11,4 triliun dan promissory notes sebesar Rp 20 miliar.

Namun, angka tersebut kalah jauh jika dibandingkan dengan nilai penerbitan obligasi biasa sepanjang semester I 2011 yang mencapai Rp 25,91 triliun ditambah Rp 100 miliar obligasi syariah (sukuk).

Margaret M. Tang, Direktur KSEI, menuturkan, penerbitan MTN dan promissory notes memang tidak signifikan. "Di pasar sekunder itu (promissory notes dan medium term notes) tidak likuid karena bersifat private placement," ujarnya, beberapa waktu lalu.

Walhasil, investor yang menyerap dua instrumen ini khusus dan terbatas. Apalagi, emiten penerbitnya tidak wajib memberikan peringkat surat utang tersebut. Otomatis, bisa dibilang risiko promissory notes dan medium term notes lebih besar dibandingkan obligasi biasa.

I Made Adi Saputra, analis Obligasi NC Securities, berpendapat serupa. Mencari investor yang bersedia membeli alias menyerap dua jenis instrumen surat utang jangka pendek dan menengah tersebut tidaklah mudah.

Padahal, dari segi kebutuhan, si emiten tentu membutuhkan dana tersebut untuk membiayai ekspansi usaha. "Konsekuensi menyerap MTN dan promissory notes adalah memegang sampai jatuh tempo, sehingga investor harus tahu benar emiten yang menerbitkan," kata Made. Contoh, jika emiten merupakan perusahaan konstruksi maka biasanya yang membeli surat utang itu adalah mitra atau pemilik proyek.

Menurut Made, penerbit dua instrumen tersebut juga memperhatikan faktor yang menarik minat investor. Pertama, profil emiten, yaitu kegiatan usaha perusahaan penerbit. Kedua, struktur instrumen medium term notes dan promissory notes, khususnya jangka waktu dan kupon yang ditawarkan. Biasanya jangka waktu yang ditawarkan berkisar satu hingga lima tahun. Tawaran kupon juga harus lebih tinggi dibandingkan obligasi senior agar investor berminat.

Kondisi keuangan emiten akan menjadi perhatian besar investor. Kupon yang tinggi dan kecenderungan investor memegang hingga jatuh tempo, mengharuskan arus kas emiten selalu sehat. Emiten selaku penerbit harus bisa meyakinkan investor bahwa ia mampu menebus surat utang itu saat jatuh tempo.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar