Senin, 18 Juli 2011

Waspadai Koreksi Bursa Regional!

INILAH.COM, Jakarta - Tren kenaikan IHSG belum memperlihatkan sinyal menyerah. Tapi, pasar harus waspada jika bursa regional anjlok tiba-tiba pekan ini. Moody’s dan S&P yang akan men-downgrade AS menjadi ancaman serius.

Head of Research Division PT Universal Broker Indonesia Satrio Utomo memperkirakan, Indeks Harga Saham Gabungan IHSG ^JKSE pekan ini masih berada dalam tren naik. Menurutnya, indeks bisa menguat meskipun sebagian kalangan menilai sudah overbought (jenuh beli).

Dia menegaskan, indeks domestik pekan ini dalam tren naik terakhir sebelum bergerak konsolidasi. Karena itu, pasar tak perlu takut overbought. Apalagi, asing masih dalama posisi net buy hingga akhir pekan lalu sebesar Rp213,7 miliar dan mayoritas masuk di saham-saham perbankan. “Hanya saja, hingga level berapa batas kenaikannya susah dipastikan,” katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Senin (18/7).

Pada perdagangan Jumat (15/7), IHSG ditutup menguat 25,567 poin (0,64%) ke level 4.023,20, dengan intraday tertinggi di 4.024,02 dan terendah di 3.989,73. Demikian pula indeks saham unggulan LQ45 yang naik 5,496 poin (0,78%) ke level 713,178.

Lebih lanjut Satrio mengatakan, indeks domestik memiliki resistance pertama di level 4.040-4.050 sedangkan resistance kedua di level 4.150. “Tapi, yang peling penting bagi pelaku pasar adalah level support-nya. Level support pertama pekan ini di angka 3.989 dan 3.975 sebagai level support keduanya,” imbuhnya.

Namun demikian, imbuhnya, pasar harus waspada jika level support kedua ditembus ke bawah. Jika itu yang terjadi, lebih baik keluar terlebih dahulu. Sebab, meski trennya naik, volume transaksi semakin mengecil. “Apalagi, jika tiba-tiba bursa regional jatuh tajam,” ungkap Satrio.

Pasalnya, akhir pekan lalu pun indeks regional masih berada dalam tren turun. Hanya saja, koreksi tersebut terjadi secara perlahan. Karena itu, pekan ini bursa regional memiliki peluang untuk turun tajam.

Satrio memaparkan, lembaga pemeringkat Moody’s Investor Service Rabu (13/7) disusul Standard & Poor’s Rating Service pada Kamis (14/7) akan men-downgrade peringkat utang AS sehingga merupakan ancaman yang serius. “Itu akan jadi kenyataan jika sampai 2 Agustus mendatang Kongres tak kunjung setuju untuk menaikkan plafon utang AS,” tandas Satrio.

Menurutnya, down grade utang AS bakal memicu koreksi tajam bursa regional sewaktu-waktu. Karena itu, pelaku pasar dalam negeri pun jangan kecewa jika terjadi pembalikan arah melemah. “Sebaliknya, jika bursa regional masih bergerak naik, indeks domestik pun akan naik menyongsong resistance 4.150 pekan ini,” ucapnya.

Sementara itu, lanjutnya, laporan kinerja keuangan berbagai emiten untuk kuartal kedua 2011, juga masih harus dipastikan apakah sesuai ekspektasi, di atas atau justru di bawah ekspektasi. “Jika indeks masih berada dalam tren naik pekan ini, sektor saham penggeraknya adalah perbankan,” ucapnya.

Dia menambahkan, saham-saham yang dikejar investor asing pekan ini adalah bluechips sedangkan investor lokal berburu saham-saham ‘gorengan’ (lapis ketiga dan keempat). Saham-saham lapis dua cenderung dibiarkan. Dalam situasi ini, tak satu pun saham mendapat rekomendasi positif. “Menurut saya, saat ini lebih baik mewaspadai koreksi yang mungkin terjadi,” timpal Satrio.

Di atas semua itu, jika indeks masih naik, lebih baik hold saham yang Anda miliki. Tapi, jika tren kenaikan indeks selesai dan balik arah turun sehingga menembus level support kedua 3.975 lebih baik lakukan aksi jual. “Jika indeks bertahan di level support pertama 3.989, menandakan indeks masih bertenaga naik,” imbuh Satrio. [mdr]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar