Senin, 18 Juli 2011

Stress Test Bank UE Gagal Pulihkan Kepercayaan

Headline
INILAH.COM, Jakarta – Nilai tukar rupiah melemah tajam meski IHSG kembali mencetak rekor baru. Hasil uji ketahanan (stress test) perbankan Uni Eropa (UE)dinilai gagal mengembalikan kepercayaan investor atas penyelesaian krisis utang.

Periset dan analis senior PT Monex Investindo Futures Albertus Christian mengatakan, pelemahan rupiah hari ini dipicu oleh hasil stress test perbankan Uni Eropa akhir pekan lalu yang gagal mengembalikan keyakinan para investor terhadap potensi krisis utang zona Eropa. Meskipun, hasilnya dirilis lebih baik dari perkiraan.

Dia memaparkan hanya 8 bank yang gagal stress test yang kebanyakan dari bank-bank di Yunani. Sebelumnya, diekspektasikan 10-15 bank yang gagal uji ketahanan itu. Tapi, dolar AS menguat tajam terhadap mata uang rival lainnya. "Sepanjang perdagangan rupiah mencapai level terlemahnya 8.558 dan terkuatnya 8.538 per dolar AS,” katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Senin (18/7).

Kurs rupiah di pasar spot valas antar bank Jakarta, Senin (18/7) ditutup melemah 25 poin (0,29%) ke level 8.554/8.564 per dolar AS dari posisi akhir pekan lalu 8.529/8.539.

Christian melanjutkan, sentimen hasil stress test masih tetap negatif. Pasalnya, stress test perbankan Uni Eropa itu tidak memasukkan skenario jika terjadi penyebaran krisis. "Karena itu, meski bank-bank yang gagal dalam uji ketahanan itu angkanya lebih kecil, sentimennya tetap negatif di market," timpalnya.

Pasalnya, stress test hanya dalam kategori kondisi ekonomi Eropa saat ini. "Akibatnya, pelaku pasar terpicu untuk mengalihkan aset berisiko termasuk aset rupiah ke aset dolar AS," tandasnya.

Selain itu, lanjutnya, perhatian pasar juga masih tertuju pada special meeting para menteri keuangan Uni Eropa untuk membahas kestabilan keuangan kawasan itu yang diagendakan pada Kamis (21/7) di Brussel. "Pasar mengharapkan adanya progress terhadap pembiayaan baru bagi Yunani sehingga penyebaran krisis utang tidak terlalu menyebar," tutur Christian.

Alhasil, dolar AS menguat terhadap mayoritas mata uang utama termasuk terhadap euro (mata uang gabungan negara-negara Eropa). Indeks dolar AS naik 0,54% ke level 75,92. "Terhadap euro, dolar AS menguat ke level US$1,4065 dari sebelumnya US$1,4157 per euro," imbuh Christian.

Dari bursa saham, pengamat pasar modal Willy Sanjaya mengatakan, penguatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG ) sebesar 9,77 poin (0,24%) ke level 4.032,97 justru dipicu kekacauaan krisis utang di Uni Eropa dan kemelut batas atas utang AS. Pekan ini AS akan mem-voting kenaikan batas atas utangnya itu. “Kondisi ini justru menjadi keuntungan bagi indeks saham domestik,” ujarnya.

Pasalnya, lanjut Willy, buruknya sentimen Eropa dan AS memicu peralihan dana ke Indonesia. Akibatnya, pasar dalam negeri kebanjiran capital inflow baik dari investor institusi maupun individu. “Ini terbukti dengan besarnya net buy asing hingga Rp308,1miliar hari ini,” papar Willy.

Menurutnya, investor asing melihat Indonesia sebagai ladang investasi yang sangat menguntungkan. Karena itu, bagi investor domestik pun berinvestasi saham masih sangat menjanjikan ke depannya. “Apalagi, secara politik pun, pasar Indonesia merupakan satu-satunya yang paling aman di Asia,” timpalnya.

Lihat saja, kata Willy, Malaysia secara politik belum ada kepastian apalagi dengan sistem keuangannya yang dikunci secara ketat. Begitu juga Filipina dan Thailand yang masih bergejolak. Sementara itu, Korea Selatan masih bermasalah secara politik dengan Korea Utara. “Di Timur Tengah negara-negara Arab masih bergejolak terkait kudeta dan pemaksaan untuk turun presiden di negeri padang pasir itu,” ucapnya. [mdr]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar