Senin, 18 Juli 2011

Pasar Masih Was-was Batas Atas Utang AS

Headline
INILAH.COM, Jakarta - Kurs rupiah di pasar spot valas antar bank Jakarta, Senin (18/7) diprediksi sideways cenderung melemah. Meski pasar was-was batas atas utang AS, tapi tren inflasi Indonesia melandai.

Periset dan analis senior PT Monex Investindo Futures Zulfirman Basir mengatakan, hasil uji stress test perbankan Eropa yang dirilis akhir pekan lalu akan mempengaruhi pergerakan rupiah awal pekan ini. Hanya saja, rupiah akan bergerak konsolidasi alias sideways dengan kecenderungan melemah.

Pasalnya, lanjut Firman, kalaupun hasil uji stress test perbankan Eropa positif, pasar akan kembali kecewa terhadap penyelesaian krisis utang zona euro di tengah melonjaknya yield obligasi Portugal, Italia, Spanyol dan Yunani. "Karena itu, rupiah sideways cenderung melemah dalam kisaran 8.520-8.550 per dolar AS,” katanya kepada INILAH.COM.

Selain itu, lanjut Firman, pasar melihat ketidakjelasan kebijakan Uni Eropa untuk menyelesaikan masalah utang kawasan itu. Sebab, sebelumnya, sudah diekspektasikan UE kembali mengagendakan pertemuan di Brussel akhir pekan lalu yang akan dihadiri para petinggi Uni Eropa. "Tapi, karena German tidak bersedia untuk menghadirinya, pertemuan itu ditunda hingga pekan ini," ungkapnya.

Pada saat yang sama, memang perhatian pasar juga fokus pada kemelut negosiasi kenaikan batas atas utang AS. Sebagian pelaku pasar pesimistis batas atas utang AS bakal dinaikkan. Tapi, sebagian pelaku pasar beranggapan, tidak mungkin AS berani melakukan hal tersebut. "Kondisi ini seharusnya memperlemah dolar AS," papar Firman.

Tapi, lanjutnya, berkaca pada pertikaian Capitol Hill dengan Washington terkait penyelesaian krisis finansial pada 2008, memang pada awalnya, Kongres tidak menyetujui bailout industri finansial di negara itu. "Tapi, pada akhirnya Kongres juga setuju untuk bailout di luar Quantitative Easing (QE) tahap pertama," timpalnya.

Dalam kasus kenaikan batas atas utang AS pun, menurut Firman, mungkin tidak akan berbeda jauh skenario-nya. Firman memperkirakan, 1-2 hari sebelum deadline pada 2 Agustus 2011, dipastikan Kongress dan Pemerintah Obama mencapai kesepakatan. "Sebelum batas atas utang AS disepakati, market akan waswas dan dibayangi berbagai koreksi yang mengiringi kecemasan tersebut," ucap Firman.

Dia menegaskan, kondisi utang AS seharusnya memperlemah dolar AS. Tapi, di sisi lain, level rupiah 8.500 cukup kuat bertahan dan Bank Indonesia enggan untuk menaikkan suku bunga. Sebab, BI yakin tekanan inflasi Indonesia akan melambat. "Itulah yang mengurangi sentimen penguatan rupiah lebih jauh. Padahal, kokohnya fundamental ekonomi Indonesia dan suramnya kondisi makro ekonomi global seharusnya memperkuat rupiah," imbuh Firman.

Asal tahu saja, kurs rupiah di pasar spot valas antar bank Jakarta, Jumat (15/7) ditutup menguat tipis 1 poin (0,01%) ke level 8.529/8.539 per dolar AS dari posisi kemarin 8.530/8.540.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar