Selasa, 13 September 2011

KLBF fokus menaikkan volume lantaran harga terbatas

KLBF fokus menaikkan volume lantaran harga terbatas
JAKARTA. PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) mengubah strateginya demi meningkatkan kinerja. Produsen obat ini kini fokus meningkatkan volume penjualan karena celah bersaing di tingkat harga semakin terbatas. Maklumlah, soalnya, kisaran harga obat diatur pemerintah.

Langkah KLBF meningkatkan volume penjualan antara lain dengan membangun pabrik baru di Cikarang, juga pabrik di Filipina atau Vietnam. Perusahaan ini menyiapkan belanja modal tahun ini senilai Rp 700 miliar.

Pabrik di Cikarang akan meningkatkan kapasitas produksi obat generik KLBF hingga 50%. KLBF juga meningkatkan kepemilikan di PT Enseval Putera Megatrading Tbk (EPMT) untuk memperkuat jalur distribusi obat.

Menurut analis Batavia Prosperindo Sekuritas, Andy Ferdinand, KLBF tidak punya masalah dana ekspansi karena memiliki kas Rp 2 triliun dan treasury stocks Rp 2 triltiun. "Ini bisa menjadi modal ekspansi, baik di dalam dan luar negeri," kata dia.

Namun menurut Analis Kresna Securities, Irwan Budiarto, pembangunan pabrik di Cikarang belum mendesak karena saat ini hanya menyumbang 2,2% dari penjualan. Dia memperkirakan, peningkatan kapasitas pabrik ini baru mendesak pada dua-tiga tahun nanti. Menurut Irwan, KLBF justru mendapat keuntungan dari produk-produk barunya, seperti Fatigon Hydro dan Tipco, yang diterima masyarakat.

Proyeksi Irwan, perusahaan ini akan mencapai target pendapatan Rp 6,5 triliun akhir tahun nanti. Salah satunya berkat ditopang kehadiran pabrik baru.

Selain memacu produksi, KLBF juga ingin meningkatkan ekspor lebih dari 25%, lebih tinggi dibanding kontribusi ekspor di tahun 2010 sebesar 4,1%. Meski begitu, Andy memperkirakan, penambahan penjualan ekspor tak signifikan dibanding pertumbuhan permintaan domestik.

Beban promosi

Di tengah gencarnya rencana untuk meningkat volume penjualan dan ekspansi, analis menilai, kinerja semester I-2011 kurang memuaskan. Gifar Indra Sakti, Analis Sucorinvest Central Gani dalam risetnya menulis, tingginya aktivitas promosi menggerus laba usaha KLBF. Selama semester I, laba operasi atau usaha KLBF hanya meningkat 4,8% menjadi Rp 878,6 miliar.

Padahal, penjualan semester I mencapai 4,95% atau naik 5,1% dibanding periode yang sama tahun lalu. Efisiensi biaya produksi dan penguatan kurs rupiah juga membuat laba kotor KLBF naik 8% menjadi Rp 2,5 triliun.

Kinerja KLBF, menurut Gifar, terbantu turunnya beban pajak dan hak minoritas. Ini mendorong laba bersih naik 18% menjadi Rp 676 miliar. Meski naik di beberapa sektor, Gifar menilai kinerja KLBF pada semester I-2011 berada di bawah konsensus para analis.

Ketiga analis memberi rekomendasi hold untuk KLBF. Target harga Gifar dan Irwan sama, Rp 3.650 per saham. Dalam hitungan Gifar, target harga tersebut mencerminkan price to earning ratio (PER) 19,8 kali dan 17,5 kali, untuk tahun 2011 dan 2012.

Berdasarkan kinerja semester I dan prospeknya, Andy menetapkan target harga lebih rendah, Rp 3.100 per saham. Harga KLBF, Senin (12/9), menguat 0,69% menjadi Rp 3.600 per saham.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar